Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak menangis
ilustrasi anak menangis (unsplash.com/Zahra Amiri)

Intinya sih...

  • Anak yang overstimulasi perlu dibawa ke lingkungan tenang dan minim rangsangan untuk meredakan intensitas stimulasi yang diterima.

  • Sentuhan lembut dari orangtua dapat membantu anak merasa aman, namun perlu diingat bahwa tidak semua anak menyukai sentuhan saat sedang overstimulasi.

  • Mengajarkan anak teknik pernapasan sederhana dan menggunakan alat bantu menenangkan seperti mainan kesayangan atau musik lembut.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap anak memiliki cara yang berbeda-beda dalam menerima rangsangan dari lingkungan sekitar yang berada, mulai dari cahaya, suara, sentuhan, hingga aktivitas yang padat. Namun, jika anak terlalu banyak memeroleh rangsangan, maka bisa membuat mereka merasa kewalahan dan memunculkan berbagai overstimulasi, seperti menangis, rewel, atau bahkan tantrum yang sulit dikendalikan.

Sebagai orangtua tentunya penting untuk selalu memahami bahwa stimulasi bukanlah tanda anak nakal atau tidak penurut, melainkan bentuk respon tubuhnya terhadap berbagai rangsangan yang berlebihan. Berikut ini merupakan beberapa cara efektif yang dapat dilakukan untuk mendampingi anak ketika sedang mengalami overstimulasi dan cara dalam mengatasinya.

1. Ajak anak ke tempat yang tenang dan minim rangsangan

ilustrasi anak dan ibu (unsplash.com/Sai De Silva)

Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan segera membawa anak ke lingkungan yang lebih tenang, yaitu jauh dari sumber kebisingan, cahaya terang, hingga keramaian. Lingkungan yang sepi bisa membantu anak untuk tetap merasa aman, sekaligus memberikan kesempatan dalam menurunkan intensitas rangsangan yang diperoleh.

Jika anak berada di luar rumah, maka carilah ruangan khusus, seperti ruang tunggu yang sepi, ruang menyusui, atau bahkan sudut ruangan yang terasa lebih tenang. Sementara jika berada di rumah, maka orangtua bisa mempersiapkan area tenang khusus untuk anak agar membantunya lebih cepat pulih.

2. Berikan sentuhan yang menenangkan

ilustrasi ibu dan dua anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Sentuhan lembut dari orangtua ternyata bisa menjadi bentuk komunikasi non verbal yang cukup efektif untuk memberikan rasa aman bagi anak. Sentuhan tersebut dapat berupa usapan di punggung, genggaman tangan, hingga pelukan hangat yang membantu anak untuk mengurangi rasa cemasnya.

Perhatikan pula respon anak karena ternyata tidak semua anak menyukai sentuhan ketika sedang mengalami overstimulasi. Jika anak terlihat menolak, maka orangtua bisa mencoba alternatif lain dengan cara duduk berdekatan atau sekadar hadir tanpa harus menyentuhnya, sehingga tidak akan membuatnya merasa tertekan.

3. Membantu anak mengatur pernapasan

ilustrasi anak dan ibu saling peluk (pexels.com/Gustavo Fring)

Mengajarkan anak teknik pernapasan sederhana dapat membantu untuk menenangkan tubuh dan pikiran sejenak. Sebagai contoh, dengan mengajak anak untuk menarik nafas dalam, lalu menghembuskan hasil perlahan, maka hal tersebut dapat memberikan contoh secara langsung agar ia pun dapat mengikutinya.

Cara ini dapat dikemas dengan permainan, seperti membayangkan meniup balon atau meniup gelembung sabun. Aktivitas yang terasa menyenangkan dapat membuat anak untuk lebih mudah mengikuti hal tersebut tanpa harus dipaksa, sehingga lebih rileks.

4. Gunakan alat bantu yang menenangkan

ilustrasi anak bermain (pexels.com/Polesie Toys)

Ada beberapa anak yang lebih cepat pulih dari overstimulasi apabila diberikan alat bantu tertentu yang menenangkan, seperti misalnya boneka, mainan kesayangan, atau selimut lembut. Benda-benda tersebut nantinya bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak untuk tetap menyalurkan emosinya dengan baik.

Orangtua juga bisa memanfaatkan alunan musik lembut, aromaterapi yang menenangkan, hingga lampu redup untuk membantu mengurangi intensitas rangsangan yang diperoleh. Dengan cara tersebut, maka nantinya anak pun akan merasa lebih aman dan berangsur-angsur tenang.

Menghadapi anak yang sedang overstimulasi memang bisa menjadi tantangan tersendiri, terutama ketika situasinya sedang berada di tempat umum atau pada saat orangtua sedang sibuk. Namun, dengan memahami cara-cara yang tepat, maka orangtua bisa membantu anak untuk melewati fase tersebut dengan lebih tenang. Semakin sering anak dibimbing, maka semakin terlatih pula ia dalam mengatur emosinya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team