4 Cara Menjadi Ibu yang Baik dengan Teori AGIL, Belajar Berdaptasi!

Setelah dinyatakan positif hamil, lalu mengandung selama 9 bulan, anakmu pun berhasil dilahirkan. Wajar jika di saat itu ada ketakutan kalau kamu tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk anakmu. Ya, layaknya ketika baru masuk sekolah, wajar jika ada banyak ketakutan kalau tidak bisa menyesuaikan diri di sana. Lingkungan baru ialah faktor penyebabnya, begitu pula dengan ketakutanmu dalam menjaga ibu baru.
Nah, untuk membantu kamu menyesuaikan diri dengan kehidupan baru sebagai ibu, kamu bisa mempelajarinya secara sosiologis, nih. Yang mana dalam ilmu sosiologi terdapat teori AGIL yang terdiri dari Adaptation (adaptasi), Goal Attainment (pencapaian tujuan), Integration (integrasi), dan Latency (pemeliharaan pola). Penasaran bagaimana penjabarannya dalam menjadi cara menyesuaikan diri menjadi ibu baru yang baik? Langsung simak ulasan berikut, ya.
1. Adaptasi dengan mengenal karakter anak
Menurut Parsons, adaptasi ini berwujud mengatasi situasional yang datang dari luar. Dengan kata lain, ibu baru harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru beserta segala kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalamnya, nih.
Bagaimana caranya? Kamu bisa mulai dengan menanamkan prinsip bahwa saat ini kami ialah seorang ibu, bukan lagi hanya sekadar istri. Ibarat sekolah, maka saat ini kamu sedang naik kelas. Dengan begitu, wajar jika tanggung jawabnya juga semakin besar, ya.
Berada di kelas yang baru, yakni sebagai ibu, tentu untuk bisa beradaptasi ya dengan belajar mengenal karakter anak. Hal tersebut sejalan dengan istilah, tak kenal maka tak sayang, nih. Jadi, kalau kamu sayang sama anak sendiri, ya kenalin dengan baik mulai dari hal kecil hingga yang paling besar dari anaknya, ya.
2. Penentuan tujuan dari penyesuaian diri
Dalam teori AGIL, parsons meminta pelakunya untuk mendefinisikan tujuannya dalam menyesuaikan diri. Setelah menemukan definisinya, ya tinggal diusahakan untuk mencapai tujuan tersebut. Secara lebih kompleks, penentuan tujuan ini berguna sebagai pedoman, arah, acuan dalam proses jatuh bangunnya penyesuaian sebagai ibu baru, nih.
Misalnya, tujuan penyesuaian diri adalah supaya meningkatkan bonding dengan anak. Ketika sudah ada ikatan, maka anak bisa senang berada di dekatmu.Terlebih lagi, anak jadinya gak rewel.
Kalau sudah begitu, tentu ibu tidak kelelahan saat mengurus anak. Tapi, justru sebaliknya, yakni serasa bermain dengan anak kecil yang menggemaskan, yakni anaknya sendiri. Nah, itulah contoh definisi tujuan yang bisa dicapai dalam penyesuaian diri sebagai ibu baru.
3. Integrasi dengan membuat peraturan
Integrasi menurut Parsons memiliki peran penting dalam mengatur bagian-bagian yang jadi komponennya. Yakni, mulai dari adaptasi, pencapaian tujuan, hingga pemeliharaan pola. Maka dari itu, untuk mengatur semua bagian itu bisa tetap fungsional, ya dibutuhkan sebuah peraturan.
Sederhananya, seperti aturan untuk ibu bisa beristirahat dari jam sekian sampai sekian. Dengan adanya istirahat, maka ibu jadi lebih fresh, gak letih, dan pastinya semangat dalam menyesuaikan diri dengan peran barunya sebagai ibu. Jadi, dengan peraturan yang seperti ini, maka adaptasi, pencapaian tujuan, hingga pemeliharaan pola tidak akan disfungsional, ya.
Sebaliknya, saat ibu istirahat, di sini dibutuhkan peran ayahnya untuk menggantikan ibu. Di sini, ayah juga bisa menciptakan ruang supaya bisa bonding dengan anaknya sendiri. Jadinya, bisa mutualisme atau saling menguntungkan, baik untuk ibu maupun ayah, ya.
4. Pemeliharaan pola
Puncak dari belajar teori AGIL itu berada pada pemeliharaan pola. Hal tersebut dikarenakan pemeliharaan pola ini bermakna sistem yang melengkapi, memelihara, dan memperbarui motivasi individu yang jadi pelakunya.
Dengan kata lain, percuma saja adaptasi, penentuan tujuan, hingga integrasi sudah disusun sedemikian rupa bagusnya. Namun, ternyata hanya teoritis belaka, tak ada action, dan pastinya tidak ada komitmen untuk terus menjalankannya.
Jadi, semua bagian-bagian yang ada itu harus terus terpelihara dengan baik, seperti itu polanya yang harus berjalan. Jika di depan ada yang salah atau kurang, maka bisa diperbaiki, lalu bangun komitmen kembali.
Pun ketika di depan merasa kurang bersemangat, maka bisa istirahat sembari memperbarui motivasi yang ada. Begitu hingga seterusnya, dan sampailah pada keberhasilan penyesuaian diri sebagai ibu baru. Bagaimana? Sudah siap mempraktikkannya?