Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Tanda Burnout dalam Parenting, Jangan Dianggap Remeh!

ilustrasi keluarga (pexels.com/Vika Glitter)
Intinya sih...
  • Burnout parenting adalah tekanan kronis yang mengganggu hubungan orangtua-anak
  • Tanda-tanda burnout termasuk emosi tidak stabil, kehilangan kepercayaan diri, dan menarik diri dari interaksi
  • Burnout parenting dapat berdampak pada kondisi fisik dan mental, memerlukan perhatian serius dan dukungan profesional

Menjadi orangtua merupakan perjalanan yang penuh dengan pengorbanan dan juga tantangan yang berlangsung setiap hari tanpa henti. Namun, jika hal ini tidak diiringi dengan perawatan diri yang memadai dan juga dukungan yang kuat, maka rutinitas mengasuh anak bisa rentan memicu adanya kelelahan fisik dan emosional yang lebih dikenal sebagai burnout parenting.

Burnout pada dunia parenting bukan hanya sekadar rasa lelah biasa, namun merupakan tekanan kronis yang dapat mengganggu hubungan antara orangtua dengan anak, bahkan memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh sebab itu, sebagai orangtua tentunya harus lebih cermat dalam memahami tanda berikut ini yang menunjukkan burnout parenting, sehingga dapat mencari langkah efektif dalam menghadapinya.

1. Merasa emosional secara berlebihan atau mati rasa

ilustrasi merenung (pexels.com/Engin Akyurt)

Tanda utama dari burnout adalah munculnya perasaan emosional yang tidak stabil, seperti menangis tanpa sebab yang jelas, mudah marah, atau justru kerap merasa hampa dan tidak terhubung secara emosional dengan anak. Kondisi ini bisa saja terjadi akibat kelelahan secara psikologis yang berkepanjangan, sehingga membuat orangtua rentan kehilangan kapasitas untuk merespons dengan cara yang sehat terhadap tekanan sehari-hari.

Pada saat emosi sudah mulai tidak terkendali atau justru mati rasa terhadap situasi rumah tangga, maka ini artinya sistem stres dalam tubuh telah bekerja terlalu keras tanpa adanya waktu untuk pemulihan. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka dapat mengganggu ikatan emosional antara orangtua dan anak, sehingga dapat menurunkan kualitas dalam pengasuhan sehari-hari.

2. Merasa tidak efektif sebagai orangtua

ilustrasi terpuruk (pexels.com/Andrew Neel)

Orangtua yang mengalami burnout pada umumnya merasa tidak mampu atau tidak cukup baik dalam mengasuh anak-anaknya, meski pada kenyataannya sudah melakukan banyak hal yang terbaik. Perasaan bersalah, merasa tidak berguna, hingga kerap membandingkan diri dengan orangtua lain justru akan semakin memperparah kondisi tekanan yang dialami.

Kondisi seperti ini jelas dapat membuat seseorang rentan kehilangan kepercayaan diri dalam mengasuh anak-anaknya, sehingga mudah goyah atau merasa kewalahan dalam menghadapi hal-hal kecil. Jika kondisi ini tidak segala ditangani, maka ketidakmampuan dapat menurunkan motivasi untuk terlibat secara aktif dalam tumbuh kembang anak.

3. Menjauhi interaksi atau aktivitas bersama anak

ilustrasi anak dan ibu (unsplash.com/Sai De Silva)

Pada saat kelelahan sudah mencapai titik yang kritis, maka biasanya banyak orangtua yang secara tidak sadar mulai menghindari adanya interaksi secara langsung dengan anak-anaknya, bahkan untuk aktivitas sederhana seperti berbicara sekali pun. Hal ini bukan berarti mereka tidak peduli, melainkan energi fisik dan mentalnya sudah terkuras secara habis.

Menarik diri dari hubungan antara orangtua dan anak jelas dapat menyebabkan jarak emosional yang membuat anak jadi merasa diabaikan, padahal yang dibutuhkan adalah pemulihan dan juga dukungan untuk orangtua. Jarak yang terus melebar bisa membawa dampak jangka panjang terhadap keharmonisan keluarga dan juga tumbuh kembang anak.

4. Mengalami gangguan fisik dan psikologis

ilustrasi anak dan ibu (unsplash.com/Sai De Silva)

Burnout parenting sering kali berdampak secara langsung pada kondisi fisik dan mental, seperti sakit kepala berkepanjangan, sulit tidur, gangguan pencernaan, hingga gejala kecemasan yang berujung pada depresi. Tubuh seolah memberikan sinyal bahwa ada ketidakseimbangan serius yang harus segera diperbaiki, sehingga tidak boleh dibiarkan.

Jika kondisi ini tidak segera ditanggapi dengan serius, maka gejala fisik dan psikologi sangat semakin memper buruk rasa lelah dari orangtua, bahkan menciptakan siklus stres yang terus berulang. Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk terus peka terhadap perubahan kondisi tubuh dan tidak ragu untuk mencari bantuan profesional apabila dibutuhkan.

Burnout dalam parenting bukan hanya tanda kelemahan, melainkan sinyal tubuh dan juga pikiran bahwa kamu sedang memerlukan ruang waktu dan dukungan yang tepat. Dengan memahami tanda-tanda tersebut, maka bisa mengambil langkah pencegahan dan pemulihan sebelum kondisinya semakin berat. Ambilah jeda sejenak demi kesehatan dan menjaga hubungan yang sehat dengan anak-anak!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tresna Nur Andini
EditorTresna Nur Andini
Follow Us