Memasuki usia 6 bulan, bayi sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kesiapan untuk dikenalkan pada makanan padat pendamping ASI atau yang lebih dikenal dengan istilah MPASI. Bagi orangtua, momen ini adalah salah satu tahapan penting dalam pertumbuhan si kecil. Tidak hanya tentang memberi makan, MPASI adalah kesempatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi secara optimal, sekaligus membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini.
Namun, di tengah banyaknya pilihan bahan makanan, sering kali muncul pertanyaan, makanan apa yang sebaiknya diberikan pertama kali? Banyak orangtua memilih buah atau bubur fortifikasi sebagai menu. Tapi tahukah kamu, bahwa daging sapi justru merupakan salah satu pilihan terbaik untuk MPASI bayi?
Joclyn Evans, seorang ahli gizi dari Hyvee, menulis dalam Des Moines Register bahwa, “Sebagai salah satu makanan pertama yang diperkenalkan kepada bayi, daging sapi menyediakan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk mempersiapkan perkembangan dan kesehatannya.” Berikut ini lima alasan mengapa daging sapi cocok untuk menu MPASI bayi.
5 Alasan Daging Sapi Cocok untuk MPASI Bayi, Ibu Wajib Tahu!

Intinya sih...
Daging sapi mengandung zat besi heme yang mudah diserap tubuh, mendukung perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh bayi.
Daging sapi kaya nutrisi penting seperti protein, vitamin B6, B12, zat besi heme, dan lemak sehat untuk pertumbuhan otak.
Daging sapi membantu menjaga kesehatan pencernaan bayi dan mendukung perkembangan oral-motorik dengan tekstur yang bervariasi.
1. Zat besi dalam daging sapi lebih mudah diserap tubuh
Zat besi adalah nutrisi penting bagi bayi, terutama setelah usia 6 bulan saat cadangan zat besi alami dari dalam kandungan mulai menurun. Sayangnya, tidak semua zat besi dapat diserap tubuh dengan mudah. Daging sapi mengandung zat besi heme, jenis zat besi yang secara alami lebih mudah diserap tubuh dibandingkan zat besi non-heme yang ditemukan dalam makanan nabati atau bubur fortifikasi.
Menurut penelitian, zat besi heme diserap tubuh hampir enam kali lebih baik dibanding zat besi non-heme. Meskipun bubur fortifikasi bisa mengandung zat besi lebih tinggi dalam angka total, manfaatnya tidak seoptimal zat besi dari daging sapi. Lebih menarik lagi, daging sapi mengandung zat besi dua kali lipat lebih banyak dibanding telur, ayam, dan ham yang juga sering digunakan sebagai sumber protein hewani untuk bayi.
Dengan rutin mengonsumsi daging sapi, bayi akan memiliki status zat besi yang lebih baik, yang berarti mendukung perkembangan otak, produksi sel darah merah, dan sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat
2. Kaya nutrisi penting yang lengkap
Di dalam daging sapi terkandung paket lengkap nutrisi penting yang sangat dibutuhkan bayi dalam masa pertumbuhannya, antara lain:
Protein: Mendukung pembentukan sel dan jaringan tubuh bayi.
Kolin: Membantu perkembangan otak, memori, dan sistem saraf.
Vitamin B6: Berperan dalam perkembangan otak dan saraf.
Vitamin B12: Nutrisi penting yang hanya ditemukan dalam makanan hewani, mendukung pembentukan sel darah dan fungsi neurologis.
Zat besi heme: Penting untuk otak dan sistem imun.
Zink (Seng): Membantu fungsi imun, memperkuat komunikasi antar neuron di otak, dan mendukung perkembangan kognitif.
Dengan kandungan selengkap ini, daging sapi membantu memastikan bahwa kebutuhan nutrisi si kecil terpenuhi dengan lebih optimal, tanpa perlu mengandalkan terlalu banyak suplemen tambahan.
3. Mengandung lemak sehat untuk pertumbuhan otak
Bayi membutuhkan lemak dan faktanya, ASI pun mengandung banyak lemak, karena lemak merupakan sumber energi utama bayi dan sangat penting untuk perkembangan otak, hormon, serta sistem kekebalan tubuh.
Daging sapi mengandung kombinasi lemak jenuh dan tak jenuh tunggal yang:
Mendukung pertumbuhan tulang melalui peningkatan penyerapan kalsium
Membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K.
Menjaga bayi kenyang lebih lama sehingga kualitas tidur malam pun bisa meningkat.
Jadi, jika kamu khawatir lemak akan membuat bayi “terlalu gemuk”, jangan khawatir. Justru, lemak sehat dari daging sapi adalah fuel yang dibutuhkan bayi untuk belajar, tumbuh, dan berkembang secara optimal.
4. Membantu menjaga kesehatan pencernaan bayi
Kesehatan saluran cerna bayi sangat memengaruhi keberhasilan MPASI. Ternyata, zat besi juga berperan penting dalam menjaga keragaman mikrobiota usus atau bakteri baik yang membantu sistem pencernaan bayi.
Sebuah studi membandingkan dua kelompok bayi, yaitu diberi bubur fortifikasi dan diberi daging sapi. Hasilnya bayi yang diberi bubur justru mengalami penurunan jumlah bakteri usus sehat, sedangkan bayi yang diberi daging sapi justru memiliki mikrobiota usus yang lebih melimpah dan beragam. Artinya, zat besi alami dari daging sapi bukan hanya diserap lebih baik, tapi juga tidak merusak keseimbangan flora usus bayi.
5. Mendukung perkembangan oral dan motorik bayi
MPASI bukan hanya soal nutrisi, tetapi juga tentang kemampuan mengunyah, mengenal tekstur, dan menerima rasa baru. Daging sapi, terutama yang dimasak lembut atau diolah menjadi pure, memberikan tantangan baru yang penting untuk melatih koordinasi oral-motorik bayi.
Masa pengenalan makanan padat dari usia 6 hingga 24 bulan disebut sebagai “window of taste”, yaitu jendela emas di mana bayi terbuka terhadap berbagai rasa dan tekstur. Jika pada masa ini bayi dikenalkan dengan daging sapi, maka mereka akan lebih terbiasa dan menerima rasa kompleks di kemudian hari.
Selain itu, mengenalkan daging sejak dini bisa meminimalkan risiko picky eater di masa balita. Menolak makanan baru itu wajar, tapi dengan konsistensi dan kesabaran (hingga 12–15 kali percobaan), bayi akan belajar menerima dan bahkan menyukai makanan bergizi tinggi seperti daging sapi.
Memilih daging sapi sebagai bagian dari MPASI bukan hanya memberikan nutrisi harian, tetapi juga berinvestasi untuk masa depan kesehatan anak. Dengan kandungan zat besi heme, protein, lemak sehat, dan berbagai vitamin penting lainnya, daging sapi mendukung segala aspek pertumbuhan bayi, mulai dari perkembangan otak hingga sistem kekebalan.