Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Merespons Kesalahan Anak ala Istri Anies Baswedan, Fery Farhati

Fery Farhati (Instagram.com/fery.farhati)

Sebagai orang tua mendapati anak melakukan kesalahan adalah sesuatu yang normal. Terlebih kesalahan yang dilakukan pada usia anak-anak yang memerlukan penjagaan dan bimbingan ekstra. Respons orang tua terhadap anak turut membentuk bagaimana karakter anak sampai ia dewasa. 

Merespons kesalahan anak perlu disesuaikan dengan seberapa besar kesalahan anak dan bagaimana karakter anak. Sebagai orang nomor satu yang memahami anak, parents harus memastikan agar cara merespons kesalahan anak tepat dan tidak berdampak buruk.

Terdapat lima tips dari Fery Farhati untuk merespons anak ketika melakukan kesalahan. Untuk lebih jelasnya simak ulasan berikut ini!

1. Lihat kesalahan anak sebagai 'alat' untuk anak tahu hikmah dan pembelejarannya

Ilustrasi anak-anak di sekolah (Pexels.com/Lukas)

Sepanjang hidup dari bayi sampai tua dibarengi dengan terjadinya kesalahan-kesalahan kecil maupun besar yang menjadi proses pendewasaan. Saat anak melakukan kesalahan, berikan pengertian bahwa melakukan kesalahan adalah proses belajar untuk menjadi lebih baik.

Berikan pengertian bahwa tidak ada keberhasilan yang bisa diraih secara mulus, biasanya terdapat kesalahan yang perlu dijadikan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai keberhasilan tersebut. Misalnya, proses belajar berjalan pada saat bayi yang melewati banyak kesalahan hingga akhirnya dapat berjalan.

Berdasarkan hal tersebut, berikan pengertian bahwa kesalahan adalah hal yang wajar, namun berikan bimbingan kepada anak agar tidak melakukan hal yang sama di masa depan.

"Sebagai orang tua yang visioner, kita harus melihat kesalahan (anak) sebagai sarana sebagai alat untuk membuat anak tahu apa yang harus dilakukan anak ke depan, bukan hanya untuk menghentikan kesalahan itu." Fery, Farhati. 

2. Berikan teguran yang tidak menghakimi

Ilustrasi anak-anak di sekolah (Pexels.com/naomi shi)

Teguran merupakan salah satu langkah orang tua untuk memberikan arahan dan penjagaan bagi anak dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dari anak-anak yang belum stabil secara psikis dan fisiknya, hingga anak sesudah dewasa yang hidup di lingkungan dengan berbagai dinamika akan selalu membutuhkan peran orang tua di samping untuk kebaikan hidupnya.

Sebagai orang tua yang memahami karakteristik anak, berikan teguran yang disesuaikan dengan karakteristik anak saat anak membuat kesalahan. Terdapat anak yang tidak masalah saat langsung ditegur, adapula anak yang sensitif saat diberikan teguran, maka orang tua harus hati dalam memberikan teguran.

Maka dari itu, pastikan teguran diberikan demi kebaikan anak tanpa merendahkan harga diri anak. Sampaikan kekecewaan atau kekhawatiran parents sejelas-jelasnya, tanpa bermaksud mempermalukan anak atau melukai harga diri anak. 

"Dalam memberikan teguran kepada anak, kita menghargai harga diri anak dan menggunakan cara yang positif." Fery Farhati.

3. Bentuk kedisiplinan anak setelah ia melakukan kesalahan

Ilustrasi orang tua dan anak (Pexels.com/RDNE Stock project)

Berdasarkan pernyataan Fery, orang tua perlu memahami perbedaan hukuman dan disiplin. Hukuman memiliki tujuan untuk menghentikan perilaku negatif yang fokusnya momen saat ini, adapun disiplin berfokus pada menghentikan perilaku negatif dalam jangka panjang. 

Sebagai orang tua yang menginginkan anak memiliki perilaku yang mulia sepanjang hidupnya, maka saat anak melakukan kesalahan fokus utamanya adalah bentuk sikap disiplin anak untuk tidak melakukan tersebut di hari kemudian dengan cara memberikan jalan-jalan akternatif perilaku yang seharusnya sebagai solusi dari kesalahan yang anak lakukan.

Memberikan hukuman akan mengontrol perilaku anak berdasarkan rasa takut, bukan karena kesadaran akan pentingnya perilaku positif. Adapun, dengan membentuk kedisiplinan anak akan meningkatkan kesadaran perilaku positif berdasarkan kehendaknya sendiri. 

"Anak yang diberi arahan perilaku alternatif, maka akan lebih percaya diri dan memiliki kontrol akan dirinya karena tahu apa yang harus dilakukan," Fery Farhati

4. Lihat kesalahan anak sebagai proses belajar parents

Ilustrasi anak bermain (Pexels.com/Kampus Production)
Ilustrasi anak bermain (Pexels.com/Kampus Production)

Alih-alih memarahi anak yang melakukan kesalahan, respons yang seharusnya dilakukan orang tua yaitu lihat kesalahan anak tersebut sebagai proses belajar bagi orang tua itu sendiri.

Saat menghadapi kekecewaan terhadap anak, tak jarang orang tua tidak bisa mengontrol emosi dengan meluapkan amarah pada anak. Mendapati anak melakukan kesalahan jadikan pelajaran untuk belajar mengontrol diri, jangan sampai yang disampaikan parents malah merusak percaya diri anak yang membekas sampai dewasa. 

"Jangan sampai apa yang kita ucapkan berdampak negatif bagi anak, toh tujuan kita menyampaikan disiplin itu adalah untuk kebaikan anak bukan hanya untuk ketenangan orang tua saat itu," Fery Farhati

5. Komunikasikan kesalahan anak secara gamblang

Ilustrasi anak-anak (Pexels.com/RDNE Stock project)

Memberikan silent treatment pada semua permasalahan baik hubungan dengan pasangan, orang tua, dll merupakan langkah keliru dalam merespons permasalahan.

Termasuk dengan anak, mendiamkan anak atas kesalahannya yang telah dilakukan tidak akan memperbaiki situasi. Memperlihatkan silent treatment pada anak bisa menjadi contoh yang buruk bagi anak dalam menghadapi permasalahan.

Alih-alih anak memperbaiki kesalahannya, anak tidak mengetahui apa yang perilaku yang seharusnya karena tidak ada komunikasi yang jelas terkait kesalahannya. Parents bisa deskripsikan kekecewaan atau kekhawatiran parents secara jelas dengan cara yang positif yang mengharuskan anak memperbaiki perilaku tersebut.

"Komunikasikan apa kesalahannya, apa yang membuat kita marah disampaikan dengan kata-kata yang positif dengan selalu menggunakan (kalimat) mama kecewa atau mama khawatir," Fery Farhati

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aneu Rizky Yuliana
EditorAneu Rizky Yuliana
Follow Us