5 Dampak Kalau Terlalu Memforsir Anak Belajar, Bisa Bikin Stres!

Semua orangtua pada dasarnya sama, yaitu ingin yang terbaik untuk anak terutama dalam menjamin kehidupan dan masa depannya kelak. Itulah kenapa rata-rata orangtua sangat strict pada pendidikan anak dan ingin anaknya berprestasi di bidang akademik, sebab pendidikan yang bagus bisa jadi salah satu pembuka pintu kesuksesannya.
Akan tetapi terlepas dari seberapa inginnya orangtua untuk anaknya berprestasi, terlalu memforsir anak untuk belajar justru bisa menimbulkan dampak buruk. Yang mana lima dampak di antaranya akan dibahas lebih lanjut di bawah ini. Jadi simak baik-baik, ya!
1. Tertekan karena harus mengorbankan waktu bermainnya

Dampaknya yang pertama kalau terlalu memforsir anak belajar ialah lama-lama hal itu akan membuat anak merasa tertekan, di mana dia harus mengorbankan waktu bermainnya. Di satu sisi dia harus menuruti orangtua untuk terus belajar, namun di sisi lain dia juga harus kehilangan waktu bermainnya.
Padahal semua anak sebenarnya butuh waktu bermain yang cukup, lho. Demi menjaganya untuk tetap bersemangat dan terhindar dari stres. Makanya bisa bayangkan bagaimana tertekannya anak kalau waktu bermainnya yang berharga direnggut, kan.
2. Memaksakan otaknya untuk belajar melebihi kemampuan

Banyak belajar memang bagus untuk anak karena hal itu akan memperluas wawasannya, akan tetapi tidak dengan terlalu memforsirnya untuk belajar terus menerus. Karena dampaknya bisa sampai memicu burnout pada anak sejak dini.
Di mana dia dipaksa untuk terus belajar dan berpikir melebihi dari batas kemampuan otaknya. Karena semua anak itu kan berbeda-beda, ada yang memang mampu belajar berjam-jam lamanya tapi ada juga yang tidak bisa. Dan memaksakan hal itu bisa jadi bahaya.
3. Sangat membuat tersiksa apalagi jika kemampuannya bukan di bidang akademik

Kalau orangtua mau memberikan yang terbaik untuk anak mestinya juga mesti paham letak kemampuan anaknya sendiri, apakah di bidang akademik atau di bidang lain. Bakalan salah jadinya kalau memforsir anak belajar jika ketertarikannya justru di bidang seni atau yang lainnya.
Karena kalau orangtua mendorong anak di bidang yang salah bukannya disebut sebagai support akan tetapi siksaan bagi anak. Di mana dia harus mempelajari hal yang tidak dia sukai dan tertekan dengan perasaan keterpaksaan.
4. Berakhir terlalu capek dan muak melihat pelajaran hingga dia benci sekolah

Dampaknya yang keempat ialah bisa membuat anak jadi benci pelajaran dan sekolah. Kenapa? Karena logikanya, ketika dia diforsir untuk selalu belajar yang ada dia melakukannya karena keharusan dari orangtua, bukan kemauannya sendiri.
Akibatnya anak yang muak ketika disuruh belajar terus menerus pun jadi membenci sekolah. Sebab setiap hari dia dihadapkan dengan pelajaran yang tak ada habisnya. Sama seperti orang dewasa yang lama-lama muak dengan pekerjaan jika tidak dibarengi dengan istirahat yang cukup.
5. Tidak antusias dengan apa yang ia pelajari karena hanya mematuhi orangtua

Dampaknya yang terakhir ialah anak jadi kehilangan minat untuk belajar karena terbiasa diforsir orangtuanya. Dia belajar hanya untuk mematuhi orangtua dan seperti melakukan kewajiban saja.
Dampaknya tentu saja membuat anak jadi tidak tertarik untuk memperdalam pengetahuannya, dan gak berhasrat untuk menguasai bidang pelajaran tertentu. Sekedar belajar dan melakukannya sebagai rutinitas saja. Bukankah hal ini malah menjadi kegagalan orangtua dalam mendidik anak? Yang mana anak jadi tidak punya ketertarikan pada hal yang dia pelajari.
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa memforsir anak untuk belajar bukanlah tindakan yang tepat. Bikin anak jadi muak pada pelajaran dan menghilangkan semangatnya.