Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Efek Tersembunyi dari Screen Time Anak yang Berlebihan, Hati-hati!

Ilustrasi seorang anak laki-laki (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Intinya sih...
  • Screen time berlebihan dapat mengganggu konsentrasi anak.
  • Cahaya biru dari layar gadget dapat merusak kualitas tidur anak.
  • Interaksi sosial langsung berkurang akibat terlalu banyak screen time.

Di era digital seperti sekarang, screen time—waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar gadget seperti ponsel, tablet, atau televisi—menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Seringkali kita berpikir bahwa memberikan anak gadget adalah solusi praktis agar mereka tetap tenang dan sibuk. Namun, tahukah kamu bahwa terlalu banyak screen time bisa membawa dampak yang tidak langsung terlihat tapi sangat berpengaruh pada perkembangan mereka? Kita perlu jeli dan sadar agar tidak terlena pada kemudahan tanpa memahami risikonya.

Screen time yang berlebihan bukan sekadar soal "terlalu lama main gadget," tapi lebih jauh dari itu, ia bisa mengubah cara anak tumbuh, belajar, bahkan berinteraksi sosial. Dalam artikel ini, kita akan membahas lima efek tersembunyi dari screen time yang berlebihan pada anak, yang mungkin selama ini sering luput dari perhatian kita. Ini penting supaya kamu yang punya adik, keponakan, atau bahkan anak sendiri bisa lebih bijak dalam mengatur waktu mereka bermain gadget.

1. Menurunnya kemampuan konsentrasi dan fokus

Ilustrasi seorang anak perempuan (Pexels.com/Gustavo Fring)

Saat anak terlalu banyak menghabiskan waktu di layar gadget, otaknya cenderung terbiasa dengan rangsangan cepat dan berganti-ganti. Ini mirip seperti kamu menonton video yang durasinya cuma beberapa detik dan langsung pindah ke video berikutnya, otak anak juga jadi terbiasa dengan "jump cut" ini. Akibatnya, kemampuan mereka untuk fokus pada satu hal dalam waktu lama bisa menurun secara signifikan. Ketika mereka menghadapi tugas yang membutuhkan konsentrasi lebih, seperti belajar atau membaca buku, mereka mudah merasa bosan dan kehilangan minat.

Lebih jauh, gangguan fokus ini sebenarnya bisa berimbas pada prestasi akademis dan keterampilan berpikir kritis anak. Saat kemampuan konsentrasi melemah, anak jadi sulit memahami pelajaran secara mendalam atau mengembangkan pemikiran yang terstruktur. Jadi, sebenarnya screen time yang tidak terkontrol bisa jadi penghambat perkembangan kecerdasan mereka, padahal kita ingin anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan tangguh.

2. Gangguan kualitas tidur yang mempengaruhi kesehatan mental

Ilustrasi seorang anak perempuan (Pexels.com/Kampus Production)

Salah satu efek yang paling sering tidak disadari adalah bagaimana screen time berlebih bisa merusak kualitas tidur anak. Cahaya biru dari layar gadget memengaruhi produksi hormon melatonin yang berperan mengatur siklus tidur. Akibatnya, anak menjadi sulit mengantuk, tidur tidak nyenyak, atau bahkan sering terbangun di malam hari. Padahal, tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk perkembangan otak dan kestabilan emosi mereka.

Kalau pola tidur sudah terganggu, efeknya bukan hanya fisik tapi juga mental. Anak bisa menjadi lebih mudah stres, cemas, atau bahkan depresi karena kurang istirahat. Kita tahu betapa pentingnya kesehatan mental sejak dini, dan masalah tidur yang berkepanjangan bisa jadi pemicu yang serius. Oleh sebab itu, mengatur screen time sebelum jam tidur harus jadi prioritas yang kita jaga bersama.

3. Keterampilan sosial yang terhambat

Ilustrasi seorang anak perempuan (Pexels.com/BOOM)

Anak-anak belajar berinteraksi dengan orang lain lewat pengalaman langsung, seperti bermain bersama teman, berdiskusi, atau bahkan berdebat kecil-kecilan. Sayangnya, terlalu banyak screen time membuat mereka lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya yang serba instan dan terbatas pada komunikasi digital. Interaksi sosial yang seharusnya kaya dengan bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan nuansa suara jadi berkurang drastis.

Ini bisa membuat anak kesulitan membangun empati dan memahami perasaan orang lain, karena mereka tidak banyak berlatih “membaca” situasi sosial secara nyata. Pada jangka panjang, anak bisa merasa lebih canggung, kurang percaya diri, dan sulit membangun hubungan yang bermakna. Kita tentu ingin anak-anak kita tumbuh menjadi manusia yang punya kemampuan sosial yang baik, bukan? Maka dari itu, batasi screen time agar mereka tetap punya ruang berinteraksi nyata dan belajar dari lingkungan sekitar.

4. Risiko kesehatan fisik yang tidak terlihat

Ilustrasi seorang anak perempuan (Pexels.com/Kampus Production)

Meski dampak fisik dari screen time berlebihan seperti mata lelah dan postur tubuh buruk sudah cukup dikenal, ada aspek lain yang sering terlupakan, yaitu risiko kesehatan jangka panjang yang muncul tanpa kita sadari. Anak yang lebih banyak diam di depan layar cenderung kurang bergerak, yang berisiko menyebabkan obesitas, gangguan pernapasan, hingga masalah metabolik. Aktivitas fisik yang minim juga bisa melemahkan sistem imun dan membuat anak lebih rentan sakit.

Anak-anak yang tidak aktif secara fisik juga kehilangan kesempatan untuk mengembangkan koordinasi motorik halus dan kasar yang esensial dalam tumbuh kembang mereka. Jadi, selain membatasi screen time, kita juga harus memastikan anak punya waktu cukup untuk bergerak dan bermain di luar. Ingat, tubuh dan otak mereka tumbuh optimal justru lewat keseimbangan antara istirahat, stimulasi, dan aktivitas fisik.

5. Ketergantungan dan dampak pada kesehatan emosional

Ilustrasi seorang anak laki-laki (Pexels.com/Anna Shvets)

Screen time yang tidak terkendali dapat memicu ketergantungan, terutama pada konten yang dirancang untuk membuat anak terus “klik” dan “scroll.” Ketika anak mulai menggantungkan kebahagiaannya pada gadget, mereka bisa kehilangan rasa puas dengan hal-hal sederhana di sekitar mereka. Ketergantungan ini tidak hanya membuat anak sulit lepas dari gadget, tapi juga menimbulkan perasaan cemas dan gelisah saat tidak memegangnya.

Secara emosional, ketergantungan gadget ini bisa menyebabkan anak lebih mudah frustrasi, marah, atau bahkan merasa kesepian meskipun mereka tampak “terhubung” secara digital. Ini adalah paradoks modern yang sering terjadi: semakin sering “terhubung” lewat layar, semakin rentan anak mengalami isolasi emosional. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membantu anak mengelola penggunaan gadget dengan bijak, bukan hanya demi kesehatannya secara fisik, tapi juga kesejahteraan emosional mereka.

Melihat berbagai efek tersembunyi dari screen time yang berlebihan pada anak, kita diingatkan bahwa teknologi bukan musuh, tapi bagaimana kita mengelolanya yang menentukan hasilnya. Anak-anak kita membutuhkan bimbingan yang peka dan penuh perhatian agar mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang sehat, cerdas, dan berdaya. Jangan biarkan gadget mengambil alih peran penting dalam pembentukan karakter dan kebahagiaan mereka.

Kita sebagai generasi yang lebih dewasa punya tanggung jawab untuk menciptakan keseimbangan—memberikan ruang bagi anak untuk belajar, bermain, berinteraksi, dan juga beristirahat tanpa gangguan digital yang berlebihan. Dengan kesadaran dan strategi yang tepat, kita bisa menjadikan teknologi sebagai alat bantu yang memperkaya, bukan yang membatasi kehidupan anak-anak kita. Yuk, mulai dari sekarang, mari lebih bijak dalam mengatur screen time demi masa depan yang lebih cerah bagi mereka!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us