Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bermain ketapel (pexels.com/RDNE Stock project)

Intinya sih...

  • Anak laki-laki waktunya dikhitan

  • Latihan bersepeda dan berenang

  • Proyek membantu orangtua dapat uang

Libur sekolah telah tiba. Bertepatan dengan tahun ajaran baru, masa libur anak biasanya cukup lama. Kalau waktu libur ini tidak diisi dengan berbagai kegiatan, anak akan bosan di rumah saja. Masalahnya, orangtua juga belum tentu dapat terus mengajak anak bepergian.

Kamu dan pasangan masih tetap bekerja seperti biasa. Seandainya pun kalian berprofesi sebagai pengajar, justru kesibukan meningkat di tahun ajaran baru. Dirimu serta pasangan mesti mempersiapkan penerimaan siswa baru.

Anak perlu belajar memahami kesibukan orangtuanya. Sebagai pengganti piknik dan agar anak tidak hanya bermain sepanjang hari, libur sekolah dapat dipakai buat lima kegiatan berikut. Anak bakal terbiasa beraktivitas di rumah tanpa menganggapnya membosankan.

1. Anak laki-laki waktunya dikhitan

ilustrasi ayah dan putranya (pexels.com/Joel Santos)

Sebagian anak laki-laki sudah dikhitan sebelum usia sekolah. Jika anakmu belum dikhitan, inilah saatnya. Peran kedua orangtua terutama ayah amat penting untuk meningkatkan keberanian anak menjalani proses khitan.

Kalau anak sudah bersedia, segeralah menghubungi klinik atau rumah sakit untuk menjadwalkan khitannya. Sekalipun saat ini proses khitan sudah makin canggih, tetap perlu waktu buat anak benar-benar pulih. Mumpung libur sekolah, anak dapat beristirahat hingga lukanya sembuh dan mampu beraktivitas seperti biasa dengan nyaman.

Meski di beberapa daerah khitan juga dibuat pesta seperti orang menikah, kamu gak perlu melakukannya kalau repot dan makan biaya. Terpenting khitan dilakukan oleh ahlinya. Cukup kasih anak hadiah sebagai bentuk apresiasi atas keberaniannya.

2. Latihan bersepeda dan berenang

ilustrasi latihan bersepeda (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Dua hal ini perlu diprioritaskan saat libur sekolah sebab biasanya gak cukup hanya sehari latihan. Anak butuh berkali-kali berlatih sampai ia cukup mahir bersepeda dan berenang. Untuk latihan naik sepeda, kamu atau pasangan dapat melatihnya sendiri.

Manfaatkan jalan kompleks saat masih sepi, seperti di pagi hari. Jalanan menurun juga bisa mempercepat anak melatih keseimbangannya terlebih dahulu. Anak tidak perlu langsung mengayuh. Terpenting ia tak terjatuh ketika sepedanya meluncur turun.

Latihan dapat dilakukan setiap pagi atau pagi dan sore. Dalam beberapa hari saja anak bakal bisa bersepeda keliling kompleks. Kalau kemampuannya mengendarai sepeda sudah baik, hari pertama masuk sekolah nanti dia boleh membawa sepeda.

Dengan catatan jalan yang dilalui bukan jalan raya yang terlalu berbahaya buat anak-anak. Sementara untuk berenang, kamu bisa mendaftarkannya les renang khusus anak. Tentu hanya jika anak tertarik. Kalau anak gak tertarik meski sudah diberi tahu manfaatnya, tunda dulu rencana mengikutkannya les renang.

3. Proyek membantu orangtua dapat uang

ilustrasi mencuci (pexels.com/cottonbro studio)

Ini bukan buat mengajarkan anak agar menjadi materialistis. Memang membantu orangtua sebaiknya dilakukan dengan sukarela. Akan tetapi, cara ini cukup efektif sebagai tambahan motivasi di awal anak latihan mengerjakan tugas rumah tangga.

Anggap saja anak sedang magang selama libur sekolah. Ajari dulu cara mengerjakan sesuatu lalu pantau anak melakukannya sendiri. Upahnya dapat dihitung per jenis pekerjaan yang diselesaikan anak setiap hari. Misalnya, menyapu lantai seluruh ruangan 5 ribu rupiah.

Kemudian mencuci pakaian dengan mesin, menjemur, mengangkat jemuran setelah kering, plus melipat dan memasukkannya ke lemari pakaian total Rp10 ribu karena waktunya lebih panjang. Anak akan sangat termotivasi. Toh, setiap uang yang dikeluarkan orangtua bakal dipakai oleh anak sendiri. Anak juga menjadi mengerti bahwa ia mesti bekerja keras buat mendapatkan keinginannya. Bukan asal meminta meski pada orangtua sendiri.

4. Baca buku non-pelajaran

ilustrasi membaca (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Di hari sekolah, waktu anak habis buat sekolah serta belajar di rumah. Kamu bahkan mungkin tidak mengizinkannya mengakses hiburan apa pun dari Senin sampai Jumat. Di akhir pekan sebagian besar waktu anak dipakai buat bermain, tidur, atau jalan-jalan bersama orangtua.

Lalu kapan anak berkesempatan membaca lebih banyak buku non-pelajaran? Seperti buku cerita serta pengetahuan umum. Kedua jenis buku ini juga penting buat perkembangan kognitifnya sekaligus membentuk karakter melalui pesan moral yang didapat.

Masa libur sekolah bisa dimaksimalkan untuk membentuk kesukaan anak terhadap bacaan. Ajak anak ke toko buku dan biarkan ia memilih sendiri bacaannya. Ketika orangtua di rumah juga bisa bersama-sama membaca buku pilihan masing-masing lalu saling menceritakan isinya.

5. Merapikan barang-barang pribadi

ilustrasi menata barang (pexels.com/Anna Shvets)

Mulai dari lemari pakaian, meja belajar, kotak mainan, rak sepatu, sampai tempat tidur anak perlu dibereskan. Bukan hanya sekadar ditata ulang, tetapi juga pilih kembali apa-apa yang masih akan digunakan atau sebaiknya disingkirkan. Orangtua biasanya punya penilaian tentang apa saja yang sudah gak perlu dipakai anak.

Akan tetapi, anak sering kali memiliki pandangannya sendiri. Boneka lusuh di atas tempat tidur boleh jadi malah menjadi kesayangannya. Kalau boneka itu dibuang, dia gak akan bisa tidur. Tapi, ia mungkin kurang menyukai boneka lainnya dan dapat diberikan pada siapa pun yang menginginkannya.

Buku-buku yang sebelumnya dipakai juga dapat dipak agar rak bisa diisi kembali dengan buku-buku baru. Lalu di antara sekian banyak alas kaki anak, minta ia menyingkirkan sepatu atau sandal yang sudah terlalu sempit. Pakaian di lemari juga disortir dan ditata ulang biar rapi.

Libur sekolah memang identik dengan piknik keluarga ke luar kota. Namun jika waktu serta anggaran belum memungkinkan, isi libur sekolah anak dengan lima kegiatan di atas. Justru kalau anak dibiasakan lebih banyak di rumah saat libur panjang, ia akan terbentuk menjadi tak mudah bosan meski gak ke mana-mana.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorInaf Mei