Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pelajaran Penting Soal Bercanda yang Perlu Anak Pahami, Ingatkan! 

ilustrasi bercanda bersama teman (pexels.com/Norma Mortenson)

Candaan dapat membuat interaksi sosial lebih hangat dan menyenangkan. Anak-anak, seperti halnya orang dewasa, sering melontarkan lelucon terhadap temannya. Akan tetapi, kemampuan mereka untuk membedakan mana yang boleh dan tidak boleh dijadikan bahan bercanda masih berkembang.

Sebagai orangtua, kita memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan anak batasan wajar dalam bercanda. Hal ini penting agar mereka memahami humor yang sehat, tanpa menyakiti perasaan orang lain. Berikut adalah beberapa pelajaran penting yang perlu anak pahami. Bantu ingatkan mereka, ya!

1. Ajarkan untuk mengenali perasaan orang lain

ilustrasi menenangkan teman yang sedang sedih (freepik.com/freepik)

Sebelum melontarkan candaan, anak perlu belajar untuk memahami perasaan orang lain. Misalnya, ketika teman sedang sedih, candaan bisa memperburuk suasana.

Ajarkan anak untuk bertanya pada diri sendiri sebelum bercanda, “Apakah ini akan membuat orang lain nyaman?” Kebiasaan ini membantu anak lebih peka dalam memilih momen untuk bercanda, sambil tetap mempertimbangkan perasaan orang lain.

Salah satu cara yang mudah untuk melatih ini adalah dengan melakukan permainan peran di rumah. Buat skenario kecil dan ajak anak untuk berdiskusi tentang bagaimana perasaan mereka jika mendengar candaan dalam situasi tertentu.

Latihan ini dapat melatih anak untuk lebih peka dan memahami perbedaan antara candaan yang baik dan yang perlu dihindari.

2. Jelaskan bahwa topik sensitif bukan untuk bercanda

ilustrasi mengejek teman (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kadang, anak sulit membedakan mana yang sekadar candaan dan mana yang sudah masuk kategori ejekan. Kondisi fisik, finansial, budaya, atau kekurangan orang lain adalah topik sensitif yang tidak boleh dijadikan lelucon. Jelaskan bahwa candaan seperti ini bisa menyakiti perasaan orang lain, dan penting untuk mengingatkan anak agar lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata.

Bantu anak mengenali bahwa candaan yang sehat tidak melibatkan hal-hal pribadi atau sensitif. Arahkan mereka untuk memilih topik yang lebih ringan dan menyenangkan, seperti cerita lucu atau hal-hal positif dari keseharian mereka. Humor positif seperti ini dapat menciptakan suasana yang lebih hangat dan membuat orang merasa dihargai.

3. Tahu kapan harus berhenti

ilustrasi sahabat (freepik.com/freepik)

Candaan yang awalnya lucu bisa berubah jadi menyebalkan kalau terlalu berlebihan. Ajarkan anak untuk peka terhadap tanda-tanda, seperti teman yang berhenti tertawa atau mulai terlihat kesal. Kemampuan membaca situasi ini penting untuk menjaga suasana tetap nyaman dan tidak kelewat batas. 

Latih anak untuk memperhatikan ekspresi wajah, nada suara, atau sikap tubuh orang lain saat bercanda. Jika mereka melihat tanda-tanda ketidaknyamanan, dorong anak untuk segera berhenti dan mengalihkan topik pembicaraan.

Mengajarkan kepekaan ini bukan hanya membantu mereka menjaga hubungan baik dengan teman-temannya, tetapi juga membangun kemampuan sosial yang berharga untuk masa depan.

4. Biasakan minta maaf jika salah bicara

ilustrasi meminta maaf (freepik.com/freepik)

Semua orang bisa khilaf, termasuk anak-anak. Ingatkan bahwa meminta maaf adalah bentuk keberanian dan tanggung jawab. Jelaskan kepada anak bahwa apabila candaan mereka menyakiti orang lain, ucapan maaf dapat memperbaiki hubungan.

Orangtua dapat menjadi teladan dengan meminta maaf secara tulus jika pernah salah bicara di depan anak. Sikap ini mengajarkan bahwa semua orang, termasuk orang dewasa, bertanggung jawab atas kata-kata mereka.

Anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini cenderung berkembang menjadi pribadi yang empati dan menghargai hubungan dengan orang lain.

5. Latih anak untuk menolak bercanda yang kelewat batas

ilustrasi berkata tidak (freepik.com/freepik)

Banyak anak merasa tertekan untuk ikut bercanda meski tahu itu salah, hanya karena khawatir dianggap tidak seru oleh temannya. Beri pemahaman bahwa mereka tidak harus selalu mengikuti arus untuk diterima.

Justru, keberanian untuk berkata "tidak" pada candaan yang melampaui batas adalah  wujud rasa hormat terhadap orang lain sekaligus memperkuat integritas diri sendiri.

Latih anak untuk menanggapi tekanan sosial dengan cara yang sopan, misalnya dengan berkata, "Maaf, tapi menurutku itu tidak lucu." Jelaskan bahwa tidak mengikuti arus bukan berarti kehilangan teman, tapi menunjukkan kepedulian terhadap perasaan orang lain. Dengan begitu, anak-anak dapat menjadi teladan positif bagi orang-orang di sekitarnya.

Mengajarkan batasan bercanda kepada anak bukan hanya tentang melatih mereka untuk berhati-hati, tetapi juga untuk membangun rasa empati dan menghargai perasaan orang lain.

Dengan menanamkan pelajaran-pelajaran ini sejak dini, anak akan lebih bijaksana dalam melontarkan humor. Tujuannya adalah agar candaan dapat menjadi jembatan penghubung antar sesama, bukan justru menciptakan jarak dan memisahkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Isnaini
EditorAnnisa Isnaini
Follow Us