5 Penyebab Keponakan Bisa Lengket Denganmu, seperti Anak Sendiri 

Misalnya, kamu dan kakakmu masih tinggal serumah. Otomatis setiap hari kamu akan bertemu keponakanmu. Bahkan kamu menjadi saksi atas kelahirannya.

Saat dia sedikit lebih besar, dia malah bisa menganggapmu sebagai kakaknya. Seringnya kebersamaan kalian membuatnya sangat nyaman denganmu. Sebaliknya, kamu pun tak canggung lagi dalam berinteraksi dengannya.

Sekilas ini mirip dengan poin pertama, tetapi sesungguhnya berbeda. Kali ini kamu mengemban tanggung jawab yang jauh lebih besar atas keponakanmu. Kamu tak sekadar menjadi tante atau omnya melainkan menggantikan peran orangtuanya.

Misalnya, karena orangtuanya sudah meninggal dunia, menelantarkannya, atau bekerja jauh sekali. Kalaupun orangtuanya masih ada dan hanya bekerja di luar pulau atau luar negeri, dia pasti akan lebih dekat denganmu ketimbang dengan mereka.

Di matanya, kamu selalu ada untuknya. Semua kebutuhannya dipenuhi olehmu. Kamu memberinya perlindungan, perhatian, kasih sayang, dan membentuk perilakunya.

Anak-anak dan bermain adalah dua hal yang tidak mungkin dipisahkan. Tak jarang, kriteria teman baik untuknya sesederhana siapa yang mampu menemaninya bermain. 

Walaupun ada orangtua, bila kamu yang paling sering mendampinginya bermain, dia pasti selalu mencarimu. Bahkan sampai dia besar dan dunianya bukan lagi hanya berisi permainan. Dia terikat pada kenangan berharga tentang kebersamaan kalian.

Kalau keponakanmu lengket sama kamu disebabkan ia sering mendapat hadiah darimu, ini sama sekali tak berarti dia kecil-kecil sudah materialistis. Orang dewasa saja senang jika mendapatkan hadiah, apalagi anak-anak.

Anak-anak selalu memiliki ketertarikan besar terhadap hal-hal baru, termasuk hadiah darimu. Jangankan hadiah yang memang sesuai dengan keinginannya, hadiah sekecil apa pun juga membuatnya penasaran dan antusias.

Kamu tidak sedang ikut campur dalam cara saudaramu mendidik anaknya. Kamu hanya berusaha memberikan perspektif baru pada keponakanmu agar dia lebih mampu memahami alasan di balik sikap orangtuanya.

Misalnya, orangtua memarahinya karena dia suka membuang makanan. Satu sisi, kamu menahan orangtuanya dari ekspresi kemarahan yang berlebihan sehingga anak bisa lebih cepat 'bebas' dan tidak ketakutan.

Di sisi lain, kamu mengajak keponakanmu untuk membicarakan duduk masalahnya. Kamu menjelaskan letak kesalahannya, mengapa itu keliru, serta apa yang diharapkan orangtua darinya. 

Menjadi om atau tante yang dicintai keponakan itu menyenangkan, lho. Dia dapat menjadi pengobat lelahmu setelah bekerja. Kamu juga jadi tak perlu tergesa-gesa menikah cuma buat melenyapkan rasa sepi. Semangat terus buat jadi om atau tante yang baik, ya!