Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak perempuan dan ibunya (pexels.com/Karolina Grabowska)

Orangtua seharusnya mampu menjadi pelindung yang bisa diandalkan bagi buah hatinya. Namun, tidak dimungkiri bahwa terkadang mereka justru menjadi salah satu pihak yang berpotensi membuat anak kecewa dan patah semangat.

Hal ini terjadi karena orangtua memberikan perlakuan kurang menyenangkan yang menjadikan anak merasa dirinya kecil. Jika dibiarkan, tentu ini dapat memberikan dampak psikologis yang buruk di masa depan. Berikut beberapa perlakuan orangtua yang sangat rentan membuat anak merasa kecewa.

1.Membandingkan anak

ilustrasi seorang anak laki-laki (pexels.com/cottonbro studio)

Salah satu “penyakit” yang sering menghampiri orangtua adalah  suka membandingkan anak, baik dengan saudara kandungnya atau dengan buah hati orang lain. Mungkin sebenarnya ada niat baik di balik perbuatan itu, seperti ingin memotivasi anak agar bisa berkembang lebih hebat.

Alih-alih jadi semakin semangat untuk memperbaiki diri, yang ada anak malah menjadi malas dan kecewa karena dirinya merasa tidak dihargai. Rasa sakit hati kemudian muncul dan membuat anak merasa trauma.

2.Tidak menghargai perjuangan anak

ilustrasi seseorang yang sedang merenung (pexels.com/Alena Darmel)

Sebagai seorang anak, tentu ada keinginan untuk membuat orangtuanya bangga dan bahagia. Segala cara dilakukan demi bisa mewujudkan hal itu, tidak peduli bila harus lelah dan jatuh bangun dalam menempuh prosesnya.

Namun, terkadang orangtua tidak mau menghargai persembahan tersebut. Mungkin karena apa yang diberikan tidak sesuai dengan harapan atau ada faktor lain. Akibatnya, anak merasa dirinya tidak berharga dan sangat kecewa dengan kenyataan itu.

3.Menganggap pendapat anak tidak bernilai

ilustrasi seorang remaja yang merasa sedih (pexels.com/cottonbro studio)

Seorang anak, berapa pun usianya, sebenarnya selalu punya hak untuk menyampaikan pendapat. Terlepas dari diterima atau tidak, mereka berkesempatan untuk mengatakan apa saja yang ada dalam pikirannya.

Sayangnya, orangtua terkadang menganggap pendapat anak tidaklah penting sehingga diabaikan begitu saja. Perlakuan semacam ini sangat buruk dan menimbulkan kekecewaan yang mendalam.

4.Menegur kesalahan di depan orang lain

ilustrasi seorang anak yang mendapat teguran (pexels.com/Monstera)

Setiap orang pasti pernah berbuat salah, tidak peduli dia tua atau muda. Mengingatkan agar tidak lagi melakukan sesuatu yang keliru adalah hal yang baik, tetapi caranya juga harus diperhatikan dengan saksama.

Menegur kesalahan di depan orang lain, apalagi dengan keras, bisa membuat anak ketakutan hingga trauma. Rasanya seperti tidak percaya telah diperlakukan demikian, sehingga tidak menutup kemungkinan anak akan membenci orangtuanya.

5.Memberi label buruk pada anak

ilustrasi menasihati anak (pexels.com/Kindel Media)

Setiap anak lahir dengan keistimewaannya masing-masing. Ada yang bisa bersikap tenang, ada pula yang lebih lincah. Semuanya sama-sama berhak mendapatkan perlakuan yang baik dari kedua orangtua.

Namun, sepertinya tidak semua orangtua mau memahami dan menerima keadaan anak yang sedikit “aktif”. Biasanya, label nakal atau sulit diatur bisa langsung tersemat pada buah hati yang berlaku demikian.

Padahal, tentu ada sisi positif dari karakter tersebut dan itu merupakan tugas orangtua untuk mencarinya. Jangan sampai anak kecewa karena diperlakukan dengan buruk.

Orangtua juga harus senantiasa belajar agar lebih bisa memahami bagaimana memperlakukan anak sesuai dengan karakternya masing-masing. Dengan begini, hubungan keluarga yang harmonis akan terwujud dan tidak ada pihak yang merasa tersakiti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team