ilustrasi membersihkan kamar mandi (pexels.com/Gustavo Fring)
Disiplin dalam mengerjakan tugas rumah tangga tak bermakna waktunya menjadi kaku. Ingat bahwa anak juga punya kegiatan lain seperti bersekolah. Bahkan anak pun punya hak buat bermain di waktu luangnya.
Maka dari itu, bersikaplah lebih fleksibel terkait waktu pengerjaan sebuah tugas. Misalnya, anak tergesa-gesa bila harus mengerjakan tugas rumah tangga sebelum berangkat sekolah. Maka biarkan anak melakukannya di sore hari setelah ia tidur siang.
Jika waktu pengerjaan tugas dapat disesuaikan dengan keinginan anak, ia akan senang-senang saja melakukannya. Sebaliknya, disiplin yang kaku bakal membuatnya melawan dengan menolak mengerjakannya. Garis bawahi saja supaya anak tetap membereskan tugasnya setiap hari, kecuali dalam keadaan tertentu seperti ketika ia sakit.
Anak umumnya merasa tertarik dan tertantang kala diperkenalkan pada tugas rumah tangga. Namun seantusias apapun reaksi anak, orangtua tetap kudu berhati-hati dalam memberinya tugas. Pekerjaan itu jangan terlalu sulit dibandingkan kemampuannya saat ini.
Ajarkan anak mengenai pekerjaan rumah secara bertahap. Lebih baik anak menikmati melakukannya sedikit demi sedikit ketimbang ia kelelahan, bosan, dan gak mau lagi. Apabila anak telah mampu diajak berbagi tugas, keluarga dapat menghemat pengeluaran untuk mempekerjakan asisten rumah tangga.