5 Tips Efektif Deep Talk dengan Anak, Kenali Momennya!

Seperti yang kita ketahui bahwa komunikasi antar orangtua dan anak itu sangat penting. Cara komunikasi yang bisa diterapkan adalah deep talk atau percakapan mendalam. Selain membuat anak lebih terbuka dengan perasaannya, ini juga dapat memperkuat hubungan dan kepercayaan.
Karena itu, diperlukannya perhatian khusus agar deep talk berjalan dengan efektif. Sehingga, anak benar-benar merasakan kehadiran sosok ayah dan ibu di kehidupannya. Berikut lima tips yang bisa diterapkan.
1. Sadari momen deep talk

Terkadang deep talk bisa terjadi tanpa direncanakan. Alias, anak bisa saja secara spontan ingin bercerita tentang masalah ataupun pengalamannya. Karena itu, jangan menyia-nyiakan momen tersebut. Apabila misalnya sedang sibuk dengan pekerjaan, cobalah berhenti sejenak untuk mendengarkan mereka.
Dengan begitu, mereka akan merasa seperti diprioritaskan atau diperhatikan oleh orangtuanya. Momen-momen ini jelas membuka jalan untuk kalian berdiskusi lebih mendalam. Selain itu, kamu juga bisa menciptakan lingkungan yang nyaman, misalnya berbicara di kamar tidur, kafe, atau lainnya.
2. Tunjukkan sambutan hangat atau kesediaan untuk mendengarkan

Anak akan lebih terbuka jika orangtua menunjukkan sambutan dan kesediaan untuk mendengarkan. Tentunya mereka akan merasa didengar dengan penuh perhatian. Sebagai contoh, pada permulaan orangtua bisa membaca raut wajah mereka, apakah terlihat sedih, bahagia, bingung, dan lainnya.
Setelah itu, konfirmasi kembali dengan bertanya kepada mereka seperti "Kamu terlihat sedih hari ini." Apapun respons mereka, entah membenarkan atau menyangkal, tetap lanjutkan obrolannya. Misalnya, bertanya lagi "Ada yang mengganjal di hati kamu?" atau "Hal apa yang membuatmu sedih hari ini?" Dengan begitu, perlahan mereka akan mencoba untuk bercerita tentang hal yang sedang dialaminya.
3. Hindari sikap menghakimi atau mengkritik

Saat sedang berbicara dengan anak, hindari untuk memberikan komentar yang terkesan menghakimi, mengkritik, atau membandingkan dengan orang lain. Ini jelas akan membuat mereka tidak nyaman dan ditakutkan ke depannya mereka akan malas untuk bercerita.
Sebaliknya, jika mereka sedang menyampaikan keluh kesah, cobalah untuk memvalidasi perasaannya. Tunjukkan empati dengan memberikan respons yang menunjukkan bahwa kamu mengerti apa yang mereka rasakan. Misalnya, "Ibu paham apa yang kamu rasakan. Memang berat dan membingungkan."
4. Membagi pengalaman yang serupa dengan anak

Agar komunikasi yang tercipta lebih interaktif, orangtua juga bisa membagikan pengalaman serupa dengan apa yang dialami anak. Dengan begitu, mereka tidak akan merasa sendiri karena menghadapi masalahnya.
Akan tetapi, tetap pastikan bahwa kamu tidak mendominasi percakapan tersebut, atau bahkan adu nasib. Jadi, prioritaskan pengalaman atau perasaan mereka. Karena di sini posisinya mereka yang sedang mengalaminya, sementara kamu sudah pernah melewatinya.
5. Berikan dukungan dan solusi

Setelah anak meluapkan seluruh isi hatinya, di akhir obrolan orangtua bisa memberi dukungan. Misalnya, dengan mengatakan bahwa kamu selalu ada dalam suka maupun duka. Jangan lupa juga untuk memberikan pelukan hangat agar mereka merasakan perlindungan yang kuat dari orangtuanya.
Lebih lanjut, apabila masalahnya serius dan membutuhkan solusi yang jelas, kamu bisa mengajak mereka untuk mencari solusinya bersama-sama. Namun, perlu diingat juga untuk menghargai keputusan mereka dalam menyelesaikan masalah. Hindari untuk terkesan memaksa atau mengatur secara berlebihan.
Momen deep talk bisa jadi momen yang paling ditunggu oleh anak. Karena itu, sebagai orangtua perlu perhatian lebih untuk mengenali setiap momen tersebut. Buatlah mereka merasa didengar, dilindungi, dan diperhatikan oleh orangtuanya.