6 Alasan Perlu Tahu Keuangan Keluarga Pacar sebelum Nikah

- Rasa saling mencintai layak untuk diperjuangkan, tapi penting mempelajari keuangan keluarganya sebelum menikah
- Banyak orang tidak menyisihkan pendapatan untuk ditabung, berpikir uang harus dinikmati sekarang
- Perhatikan tanggungan finansial keluarga calon pasangan, utang mereka, dan harapan calon mertua terhadap status sosial ekonomi
Rasa saling mencintai dan sama-sama ingin menikah layak untuk diperjuangkan. Semoga kalian bisa sampai ke pelaminan. Namun, sebelum kamu mantap membangun rumah tangga bersamanya, ada baiknya mempelajari seluk-beluk keuangan keluarganya.
Ini lebih dari sekadar dirimu tahu pendapatan pacar per bulannya. Juga tidak dimaksudkan untuk bersikap materialistis dengan mengukur kekayaan keluarganya. Akan tetapi, kebiasaan dalam pengelolaan keluarga bisa berpengaruh besar terhadap mindset pacarmu tentang uang.
Bahkan, memengaruhi jalannya keluarga kalian nanti. Kamu tak perlu sampai seperti sedang menginterogasi pacar dan bikin dia gak nyaman. Cari tahu seputar ajaran serta masalah keuangan di keluarganya dalam obrolan santai. Di bawah ini enam alasan dirimu tidak boleh mengesampingkan kondisi keuangan keluarga calon suami atau istri.
1. Bahaya jika ia dibesarkan dengan ajaran uang untuk dihabiskan

Gak sedikit lho, orang yang berpandangan bahwa menyisihkan sebagian pendapatannya buat ditabung sama sekali tidak penting. Mereka malah berprinsip uang ada untuk dihabiskan. Caranya dengan memaksimalkan belanja. Makan seenak mungkin, jalan-jalan ke mana pun, dan membeli aneka barang.
Mereka berpikir uang tak dibawa mati sehingga mesti dinikmati sekarang juga mumpung masih hidup dan sehat. Apabila uang diirit-irit, jangan-jangan akhirnya justru tidak sempat digunakan. Atau, uang hanya habis buat biaya berobat di hari tua. Padahal, semasa muda pun mereka sudah rela sengsara demi berhemat.
Pasanganmu dapat saja memiliki pandangan yang lebih bijak seputar uang. Ia lain dari orangtua dan saudara-saudaranya. Namun, tidak banyak orang yang bisa seperti ini. Lebih banyak anak yang mengikuti ajaran orangtuanya. Kamu harus lebih waspada. Jangan sampai setelah kalian menikah, tabungan selalu gak ada lantaran kebiasaan pasangan menghabiskan uang.
2. Biar tahu jumlah tanggungan pacar dan perkiraan waktunya

Berpacaran bahkan menikah dengan seseorang yang mesti membiayai orangtua dan saudara sebenarnya gak apa-apa. Sisi positifnya, dia pasti pribadi yang sangat bertanggung jawab, siap bekerja keras, dan menyayangi keluarga. Akan tetapi, ada baiknya dirimu tahu persisnya berapa jumlah tanggungan serta jangka waktunya.
Untuk membiayai orangtua jelas gak ada waktu yang pasti sebab tugas ini berlangsung hingga mereka kelak berpulang. Namun, waktu buat membiayai adiknya yang masih bersekolah dapat dihitung. Sebagai contoh, adiknya masih kelas 1 SMA. Artinya, sampai dia selesai berkuliah butuh waktu 6 hingga 7 tahun lagi.
Jika kalian menikah, dalam rentang waktu tersebut mungkin saja dikaruniai 2 bahkan 3 momongan. Mampukah kalian dari segi keuangan? Bila pun dirimu juga bekerja, kira-kira keberatan atau tidak sebab biaya kuliah adiknya tentu tak sedikit? Belum lagi kalau kamu juga memiliki tanggungan yang sama di keluargamu. Memperhitungkan semua konsekuensinya di awal lebih baik ketimbang kalian terlampau stres selepas berumah tangga.
3. Red flag kalau keluarganya punya banyak utang

Hampir semua keluarga mempunyai utang. Bentuknya bisa pinjaman uang atau kredit barang termasuk rumah. Pertanyaannya, sebesar apa utang keluarga pacar? Apakah mereka dapat lancar mencicil sampai melunasinya satu per satu? Ataukah banyak utang yang macet dan bikin mereka dikejar-kejar penagih?
Topik ini amat sensitif sehingga dirimu kudu ekstra hati-hati ketika mengangkatnya. Kamu dapat memulainya dengan membicarakan utang keluargamu sendiri atau berita tentang kasus-kasus terkait utang. Namun, dirimu jangan langsung sinis pada orang-orang yang gak bisa melunasi utangnya.
Cara ini akan memancingnya buat bercerita juga. Makin besar utang keluarganya dan rumitnya proses pembayaran, kamu mesti waspada. Utang orangtua atau saudaranya pada akhirnya sangat mungkin menyeret pacarmu. Cegah kamu menjadi tidak bisa hidup tenang setelah menikah dengannya.
Seperti rumah kalian ikut didatangi debt collector serta sebagian gaji pasangan dipakai buat membantu membayar utang keluarga. Berbagai kebutuhan keluargamu sendiri justru telantar. Jika menurutmu utang keluarganya sudah terlalu besar dan mereka tidak punya aset yang bisa digunakan buat menutupnya, pikirkan ulang rencana pernikahan kalian.
4. Risiko juga tinggi bila ada prinsip uang siapa pun milik bersama

Jika di keluargamu gak ada prinsip begini tentu rasanya tak masuk akal. Namun, beberapa keluarga memaknai kekuatan hubungan mereka dengan cara segalanya mesti dirasakan bersama-sama. Bukan cuma makanan yang wajib dibagi-bagi di rumah atau kendaraan boleh saling pinjam tanpa perlu izin.
Gaji pun seperti tidak sepenuhnya milik pribadi. Uang pacarmu berarti juga uang orangtua serta saudara-saudaranya. Gak seperti keluargamu yang tetap mempunyai batasan terkait uang masing-masing. Bila pun saudara pinjam uang ke kamu atau sebaliknya, perjanjiannya jelas.
Uang pinjaman itu bakal dikembalikan dalam jangka waktu tertentu. Sementara itu, di keluarga pacar tak begini. Siapa pun yang masih punya uang mesti merelakan bila sewaktu-waktu orangtua atau saudaranya membutuhkan. Uang itu nantinya bisa dikembalikan atau tidak, tapi yang pasti pemiliknya mesti ikhlas.
Tak mudah untukmu mengubah aturan yang telah mendarah daging di keluarga pacar setelah kalian menikah. Dirimu tidak akan kuat apabila penghasilan pasangan tetap bebas digunakan juga oleh keluarganya. Pasanganmu pun merasa gak enak untuk mulai berprinsip penghasilannya hanya untuk keluarga kecilnya. Nanti dia terkesan pelit sejak menikah.
5. Waspadai jika dia menyerahkan seluruh gaji pada orangtua

Sekilas ini mungkin tampak sebagai sikap anak yang amat berbakti pada kedua orangtuanya. Mumpung dia belum menikah, seluruh gajinya diberikan pada orangtuanya. Ia hanya mengambil sedikit sekali buat biaya transportasi sehari-hari. Selebihnya biar dalam pengaturan orangtua.
Akan tetapi, sesungguhnya tindakan ini justru masalah besar. Orang dewasa seharusnya gak menyerahkan urusan uang sepenuhnya dalam pengaturan orang lain sekalipun orangtuanya sendiri. Jangan-jangan pacarmu tidak tahu sama sekali mengenai cara mengelola uang dengan baik.
Pun tak ada jaminan setelah kalian menikah, orangtuanya rela tak lagi diserahi penghasilan anaknya. Atau, pasanganmu bakal terlalu sering meminta persetujuan mereka sebelum mengeluarkan uang untuk kebutuhan keluarga kalian. Menyerahkan seluruh pendapatan ke orangtua cenderung menunjukkan kepribadiannya sebagai individu dewasa belum matang.
6. Mengerti harapan orangtuanya pada calon menantu

Penyelidikan diam-diam tentang seluk-beluk keuangan keluarga pacar akan membawamu pada kesimpulan terkait harapan calon mertua. Meski secara umum semua orangtua ingin anaknya bahagia dengan menikah, terkadang masih ada tambahan harapan yang jumlahnya bisa tidak terhingga. Terutama pada calon menantu.
Misalnya, mereka ingin pernikahan kalian membantu meningkatkan status sosial ekonomi keluarganya. Itu sebabnya mereka hanya mengharapkan calon menantu yang cukup mapan dan terpandang. Apakah kira-kira kamu dapat memenuhinya dan ikhlas?
Jangan sampai di kemudian hari dirimu merasa cuma dimanfaatkan oleh keluarga pasangan. Jika kamu keberatan dengan ekspektasi itu, masih ada waktu buat mendiskusikannya melalui pacarmu. Kalau tetap buntu karena keluarganya menilai pernikahan kalian tidak akan memperbaiki status sosial ekonomi mereka mending dirimu mundur.
Pernikahan bukan sekadar penyatuan cinta, melainkan juga kebiasaan dan nilai-nilai yang dipelajari dari keluarga. Termasuk tentang keuangan yang amat penting dalam jalannya rumah tangga kalian. Jangan merasa gak enak untuk lebih sering membicarakan ajaran keuangan dari keluarga masing-masing seiring kian seriusnya hubungan kamu dan dia. Biar kalian punya kesamaan pandangan seputar finansial.