ilustrasi keluarga (pexels.com/Kampus Production)
Tak seperti orang dewasa, anak sama sekali belum memikirkan tentang pentingnya pencitraan. Ketika kita ingin menciptakan kesan keluarga yang harmonis atau diri sendiri sebagai ayah atau ibu yang baik, anak gak peduli dengan semua itu. Foto tak lebih dari gambar diri.
Lebih penting baginya ialah segala pengalaman nyata seperti keseruan bermain. Pemikiran bahwa foto atau videonya tidak penting inilah yang membuat anak enggan. Anak barangkali cukup sering bertanya, mengapa kita terus mengarahkan kamera padanya?
Penjelasan berulang-ulang pun belum tentu mampu dipahami oleh anak. Kita dan anak punya cara pandang yang berbeda mengenai foto serta video tersebut. Ia mungkin baru akan sependapat dengan kita kelak ketika dia sendiri telah menjadi orangtua.
Sulitnya mengambil foto anak yang bagus menurut kita sebaiknya gak usah dipersoalkan lebih lanjut. Jangan marahi anak hanya gara-gara obsesi kita tentang foto keluarga yang bahagia. Kebahagiaan sebuah keluarga sesungguhnya tidak dapat dilihat dari beberapa lembar foto, melainkan keseharian yang dijalani dan hanya anggota keluarga yang paling tahu.