Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tips Agar Anak Gemar Berolahraga, Dibikin Fun Aja

ilustrasi anak dan bola (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi anak dan bola (pexels.com/Kampus Production)

Anak zaman now sudah akrab sekali dengan gadget. Baik untuk keperluan sekolah maupun mencari hiburan, banyak anak mengandalkan gadget. Persoalannya, lengketnya anak dengan perangkat yang satu ini dapat membuatnya mager parah.

Padahal, mager selama beberapa tahun saja pada orang dewasa akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Apalagi pada anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Seharusnya, ia lebih banyak melalukan aktivitas fisik ketimbang duduk atau rebahan dengan gadget di tangan.

Sebelum main gadget sepanjang hari menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan, ajak anak supaya senang berolahraga. Tekankan bahwa berolahraga gak harus berat dan melelahkan. Bahkan berolahraga bisa terasa menyenangkan dengan cara:

1. Bebaskan anak memilih jenis olahraganya

ilustrasi memanah (pexels.com/RODNAE Productions)
ilustrasi memanah (pexels.com/RODNAE Productions)

Jangan baru di awal saja orangtua sudah terjebak pada pembagian olahraga maskulin atau feminin, juga olahraga yang baik atau buruk. Semua olahraga baik asalkan dilakukan dengan hati-hati.

Olahraga juga tak mengenal jenis kelamin. Bola misalnya, akan tetap menggelinding ditendang oleh anak laki-laki maupun perempuan. Bebaskan anak memilih olahraga yang menarik baginya supaya dia bersemangat.

2. Olahraga di dalam maupun di luar ruangan sama baiknya

ilustrasi olahraga bela diri (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi olahraga bela diri (pexels.com/cottonbro)

Sebagai orangtua, kita mungkin akan lebih puas bila anak berolahraga di luar rumah. Anak akan memperoleh manfaat dari cahaya matahari dan udara segar. Namun ingat bahwa anak barangkali tak nyaman berolahraga di luar rumah pada pagi hari yang dingin atau sore yang masih panas.

Daripada anak sama sekali tak berolahraga, biarkan ia melakukannya di dalam rumah. Saat Minggu pagi misalnya, anak dapat berolahraga sambil tetap menonton film kartun kesukaannya. Anak bisa senam, belajar bela diri, atau yoga. Gak harus punya kolam renang di rumah.

3. Pahami karakter anak, lebih suka berkelompok atau sendirian

ilustrasi latihan yoga (pexels.com/Yan Krukov)
ilustrasi latihan yoga (pexels.com/Yan Krukov)

Masalah yang kerap dirasakan anak ketika diajak berolahraga adalah malas dan malu. Malas harus dikikis perlahan-lahan dengan membiasakannya berolahraga sedikit demi sedikit. Sedang soal malu, selain orangtua berusaha membangun kepercayaan diri anak, pahami juga karakternya.

Sebagian anak memang lebih pemalu ketimbang teman sebayanya. Dia merasa tidak nyaman jika gerakannya ketika berolahraga dilihat orang banyak. Berikan banyak pilihan jenis dan cara berolahraga yang sesuai dengan karakter anak.

4. Gak usah dikaitkan dengan kompetisi dan target, fun aja

ilustrasi latihan tenis (pexels.com/RODNAE Productions)
ilustrasi latihan tenis (pexels.com/RODNAE Productions)

Kecuali anak memang berminat sekali di bidang olahraga, orangtua dapat sekalian mengarahkannya agar mencetak prestasi bahkan menjadi atlet. Akan tetapi bila olahraga dimaksudkan sekadar untuk menjaga kebugaran anak, bikin biar fun aja.

Jangan membayangi anak dengan persoalan kalah atau menang ketika ia bermain tenis atau lari pagi bersama teman dan keluarga. Terpenting anak merasa senang. Juga tak perlu membuat target waktu olahraga harus sekian jam.

Sesuaikan dengan kondisi anak pada saat itu serta keperluannya yang lain, seperti ia ingin menonton film kartun pada jam tertentu. Bila anak senang dengan kegiatan olahraganya, besok-besok dia otomatis mengulanginya sampai menjadi kebiasaan.

5. Lakukan bersama keluarga

ilustrasi olahraga bersama (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi olahraga bersama (pexels.com/Kampus Production)

Kembali pada pemahaman bahwa mager gak bagus buat siapa pun. Jadi, jangan cuma anak yang disuruh berolahraga. Orangtua juga wajib ikut berolahraga. Pergi berenang, bersepeda, atau bermain bola bersama pasti menyenangkan.

Keikutsertaan orangtua dalam kegiatan olahraga anak memberi sejumlah manfaat. Pertama, membuat anak lebih percaya diri untuk berolahraga di luar rumah. Kedua, mencegah anak berolahraga dengan cara yang tidak memperhatikan keselamatan. Ketiga, membangun waktu yang berkualitas dalam keluarga.

6. Ajak anak menonton pertandingan olahraga

ilustrasi balap sepeda (pexels.com/Bono Tsang)
ilustrasi balap sepeda (pexels.com/Bono Tsang)

Perlu diingat bahwa menonton pertandingan olahraga gak harus dengan membawa anak ke stadion. Banyaknya orang dan stadion yang tak dirancang ramah anak justru dapat membahayakan kalau terjadi aksi berdesak-desakan atau kerusuhan.

Pilihan menonton pertandingan olahraga dari televisi atau internet malah lebih bervariasi. Dengan menonton pertandingan olahraga, jiwa sportivitas anak akan tumbuh. Ia juga lebih termotivasi melihat prestasi yang dapat diraih para atlet. 

Kita yang telah dewasa dan baru menyadari pentingnya gaya hidup sehat tentu merasakan betapa susahnya membiasakan diri buat berolahraga. Jadi, jangan biarkan anak kita telanjur mager. Mari membiasakan olahraga bersama anak meski hanya di Minggu pagi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us