Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Tips Punya Mertua yang Bercerai, Jangan Menyamakan dengan Orangtuamu

ilustrasi ayah mertua (pexels.com/Kampus Production)

Sebagai menantu, kamu perlu menjaga sikap terhadap mertua. Alasannya, jangan sampai banyak terjadi ketidakcocokan di antara kalian yang bikin hubungan selamanya gak akur. Menghadapi ayah dan ibu mertua di waktu yang bersamaan memang gampang-gampang susah.

Namun, jika pasanganmu diasuh oleh salah satu orangtuanya saja karena mereka sudah bercerai juga tak berarti akan lebih mudah bagimu sebagai menantu. Justru perlu kehati-hatian ekstra ketika dirimu memasuki keluarga pasangan. Apalagi baik ayah maupun ibunya sama-sama masih hidup.

Kamu mesti menjaga cara bicara serta setiap tindakanmu supaya tidak menyinggung ayah dan ibu mertua maupun pasanganmu. Ini bahkan perlu dilakukan sejak dirimu berpacaran. Hindari sikap terlalu ikut campur, tetapi tetaplah peduli pada kedua mertua yang bercerai. Berikut delapan tips lengkapnya.

1. Jangan pernah bertanya langsung ke mereka tentang sebab perceraian

ilustrasi ibu mertua (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Cara paling simpel untuk menjaga hubunganmu dengan siapa pun adalah jangan menanyakan hal-hal yang mungkin sensitif bagi mereka. Memang tidak ada kepastian mengenai topik yang sensitif atau gak buat orang lain. Namun, dirimu sebagai orang dewasa dapat memperkirakannya.

Semua hal yang menyangkut kehidupan pribadi orang lain sebaiknya dihindari. Begitu pula soal penyebab perceraian mertuamu. Kamu boleh menanyakannya pada pasangan. Itu pun mesti melihat-lihat dulu kira-kira dia keberatan atau tidak.

Pertanyaan juga tetap harus diawali dengan permintaan maaf dan hanya bila ia berkenan menjawab. Namun, jangan pernah menanyakannya langsung pada ayah atau ibu mertua. Andai pun salah satu dari mereka bercerita padamu, cukup dengarkan dan komentari sekadarnya. Biarkan mertua sendiri yang mengatakan alasannya. Kamu tak perlu memancingnya.

2. Selama mereka baik padamu, kamu juga mesti bersikap sama

ilustrasi ibu mertua (pexels.com/Ron Lach)

Berpura-puralah tak tahu apa-apa tentang masalah dalam keluarga pasangan. Bahkan sekalipun konon ayah atau ibunya berbuat jahat terhadap keluarga sehingga mereka berpisah. Demikian pula meski pasanganmu membenci salah satu orangtuanya.

Kamu harus tetap menempatkan dirimu di posisi netral. Toh, dirimu baru memasuki keluarga itu setelah orangtua pasangan berpisah. Maka apa pun persoalan di antara mereka, ini jelas tidak berkaitan denganmu. Tak ada alasan kuat buatmu tiba-tiba membela siapa pun. Bersikaplah sopan pada ayah dan ibu mertuamu apabila mereka juga memperlakukanmu dengan baik.

3. Dorong pasangan agar menjaga hubungan baik dengan keduanya

ilustrasi ayah mertua (pexels.com/cottonbro studio)

Harapan terbaik dengan adanya dirimu ialah kamu bisa membantu memperbaiki hubungan pasangan dan orangtuanya. Misalnya, pasangan diasuh oleh ibunya setelah perceraian orangtua. Ayahnya tidak memberikan nafkah bahkan dengan cepat menikah lagi. Sebagai anak, pasanganmu menjadi sakit hati.

Pelan-pelan dirimu barangkali bisa mendorong pasangan untuk tetap menjalin silaturahmi dengan ayahnya. Terlebih apabila sekarang ayahnya kembali mencoba menghubunginya. Cobalah untuk melunakkan hati pasanganmu. Namun, kamu juga jangan terkesan memaksa sebab hanya dia yang paling tahu sedalam apa luka hatinya.

4. Bergantian mengunjungi keduanya terutama di hari-hari penting

ilustrasi ayah mertua (pexels.com/Ivan Samkov)

Kalau pasanganmu tak bersikap terlalu anti pada salah satu orangtuanya, selalu ingatkan dia buat berkunjung. Walaupun selama bertahun-tahun ia lebih sering diasuh oleh salah satu orangtua, bukan artinya ayah atau ibu yang tinggal jauh darinya boleh diabaikan. Minimal pada hari raya keagamaan kalian mengunjunginya.

Jika kalian merayakan Lebaran misalnya, bagi hari libur untuk mengunjungi kedua orangtuanya. Contohnya, di hari pertama Idulfitri kalian ke rumah ibu mertuamu. Hari kedua baru kalian gantian ke rumah ayah mertuamu. Syukur-syukur kunjungan kalian bisa lebih sering. Atau, lakukan komunikasi via telepon.

5. Jangan membandingkan mereka dengan orangtuamu yang harmonis

ilustrasi keluarga (pexels.com/Kampus Production)

Beda keluarga, beda cerita. Sekalipun kondisi keluarga pasangan lain dengan keluargamu, terima saja. Kamu gak boleh sedikit pun mengatakan sesuatu yang mengarah pada pendapat bahwa orangtuamu lebih baik daripada orangtuanya. Kegagalan rumah tangga mertua tidak usah dihakimi.

Sekalipun pasangan mengagumi keharmonisan hubungan ayah dan ibumu, dirimu tak perlu terlalu membanggakannya. Bersikaplah biasa-biasa saja. Kamu dapat mengatakan hal-hal yang bijak serta netral. Seperti di antara mereka sesekali juga ada masalah. Rasanya semua pernikahan pasti begitu.

6. Ambil pelajarannya untuk bekal pernikahanmu sendiri

ilustrasi pasangan (pexels.com/Alex Dos Santos)

Semua hal yang terjadi dalam kehidupan orang lain bisa diambil hikmahnya. Jangankan pengalaman hidup orang lain. Pengalaman pribadimu juga perlu direnungkan dan dipetik pelajarannya. Agar kehidupanmu hari ini serta ke depan makin baik.

Begitu juga dengan perpisahan ayah dan ibu mertuamu. Kalaupun kamu belum tahu alasan perceraian mereka, tetap garis bawahi tentang pentingnya kekuatan komitmen. Setelah dirimu mengetahui kisah lengkapnya, makin banyak poin penting yang dapat dipelajari bersama pasangan. Dengan begini, semoga pernikahan kalian langgeng.

7. Siapa pun yang sakit perlu diperhatikan

ilustrasi ayah mertua (pexels.com/SHVETS production)

Misalnya, pasangan dibesarkan oleh ibunya setelah orangtua berpisah. Kalau ibunya sakit, tentu baik kamu dan pasangan bersama-sama merawat. Akan tetapi, bagaimana jika ayahnya yang jatuh sakit? Apalagi pasangan punya segudang kenangan buruk tentang sosok ayah.

Baik ayahnya telah berkeluarga kembali atau hidup sendirian, dia mungkin tidak peduli. Boro-boro pasanganmu mau merawatnya, menjenguknya barang sekali saja barangkali menolak. Kamu perlu melembutkan hatinya. Tidak sekadar dengan dirimu menceramahinya tentang bakti anak pada orangtua.

Sebab nasihatmu seputar anak yang berbakti boleh jadi bakal ditolaknya dengan alasan ia saja diabaikan oleh ayahnya. Katakan bahwa andai pun pasangan gak bisa menyayanginya sebagai ayah, berikan bantuan sebagai sesama manusia. Dia lebih mungkin tergerak buat mengulurkan tangan.

8. Jangan tinggal bersama mertua lawan jenis yang masih cukup muda

ilustrasi ayah mertua (pexels.com/Antonio Friedemann)

Ketika kamu menikah dengan pasangan, orangtuanya boleh jadi masih termasuk muda. Contohnya, pasanganmu berumur 25 tahun. Orangtuanya menikah di usia yang sama dan segera dikaruniai momongan, yaitu pasanganmu. Artinya, sekarang mereka baru berusia sekitar 50 tahun. Meski mereka gak semuda kamu, tetap belum kategori lansia.

Maknanya, ketertarikan terhadap lawan jenis bisa masih tinggi sekali. Padahal, ayah dan ibunya sudah berpisah. Kalau masing-masing punya pasangan baru, kebutuhan seksual tersalurkan dengan baik. Tapi bila salah satu dari mereka masih menjanda atau menduda, kamu perlu waspada. Jangan sampai terjadi cinta terlarang antara mertua dengan menantu.

Jika kamu perempuan, jangan tinggal serumah dengan ayah mertua. Demikian pula apabila dirimu pria, ajak pasangan tinggal terpisah dari ibunya. Kelak ayah atau ibunya yang tetap hidup sendiri sudah makin renta dan sakit-sakitan baru kalian dapat tinggal serumah. 

Kalau kamu punya mertua yang bercerai, janganlah terlalu khawatir. Ini sama sekali bukan tanda bahwa hubungan kalian pasti juga berujung cerai, kok! Pasanganmu yang menjadi korban perceraian bakal berusaha keras mempertahankan rumah tangga kalian sampai maut memisahkan. Kamu pun mesti mengusahakan hal yang sama sekalipun ujian datang silih berganti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us