#MahakaryaUntukAyahIbu : Ayah, Andaiku Dapat Memutar Waktuku Kembali

Teruntuk Ayahku yang hebat, maafkan aku atas segala kesalahanku.

Malam itu, aku bertengkar dengan Ayah. Ibu yang melihat hal itu langsung melerai kami berdua. Karena terbawa emosi, tanpa sengaja aku mendorong Ibu hingga terjatuh. Melihat hal itu, Ayah semakin marah kemudian mengusirku dari rumah. Dengan amarah yang memuncak, kupergi meninggalkan rumah, pergi ke kota mencari kerja untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari tanpa orangtua. 12 tahun pun berlalu. Kini aku adalah seorang pengusaha yang sukses.

Hingga suatu malam, sepulang kerja, aku melihat seorang bapak tua dengan becaknya yang tengah menunggu penumpang. Tak lama kemudian, datang seorang anak kecil menghampiri bapak tua sembari memegangi perutnya dan berkata, “Pak, Kiky lapar Pak”. Bapak tua itu pun mengelap keringat yang membasahi wajahnya, kemudian berjongkok menyamai tingi anaknya. Bapak tuapun tersenyum dan berkata, “Sabar ya Nak. Bapak akan bekerja lebih keras lagi”. Seketika itu juga aku menitikkan air mata.

Kuteringat pada orangtuaku di desa. Terekam kembali kejadian 12 tahun silam, dimana amarah menguasaiku. Malam itu, bulatlah tekadku untuk mengunjungi mereka, memohon maaf kepada keduanya atas khilafku dulu. Hari ini, aku telah sampai di kampung halamanku. Akupun berlari menuju sebuah rumah yang masih hangat dalam ingatanku. Dan akupun sampai. Rumah itu masih sama meski sudah 12 tahun berlalu. Kumemasuki rumah dengan langkah pelan. Satu persatu memori dalam rumah itu mengalir memasuki ingatanku. Hingga terhenti langkahku pada sebuah album tua di atas meja.

Air mataku mulai menetes setiap membuka lembar demi lembar kenangan masa laluku. Tiba-tiba sebuah sentuhan hangat hinggap di bahuku. “Nak,” suara itu mengalun lembut di telingaku. Aku hafal persis suara itu. Langsung kupeluk Ibu  dengan penuh kata maaf. “Ibu maafkan aku, Ibu maafkan aku,” terus kuucapkan kalimat itu di tengah pelukanku. Kemudian kulepas pelukanku dan bertanya,”Ibu, Ayah dimana?”. Ibu terdiam.

dm-player

Kulihat Ibu mulai meneteskan air mata, ia lalu memelukku dan berkata,” Ayahmu sudah meninggal 3 tahun yang lalu Nak”. Seketika itu tubuhku terasa membeku. Air mataku pun menetes lagi. “Ayahmu punya sesuatu untukmu Nak,” ucap Ibu sembari memberikan sebuah amplop dan bingkisan kecil. Kubuka amplop itu, didalamnya tertulis:

“Untuk Anakku yang kubanggakan, maafkan Ayah karena belum bisa membuatmu bahagia. Maafkan Ayah yang selalu memarahimu, Ayah hanya ingin engkau menjadi pribadi yang kokoh tak tertandingi dan kuat menjalani getirnya dunia. 9 tahun berlalu, bukan waktu yang cepat untuk Ayah. Ayah terus berharap engkau akan pulang membawa kembali kebahagiaan dalam keluarga kecil kita.

Anakku, Ayah berharap suatu hari nanti surat ini akan sampai kepadamu. Meski mungkin saat itu Ayah telah tiada. Anakku sayang, Ayah punya sebuah bingkisan kecil hasil jerih payah Ayah selama 9 tahun untukmu. Mungkin kado dari Ayah tak seberapa untukmu, tapi anggaplah kado ini sebagai ucapan terima kasih Ayah atas kebahagiaan dan kehangatan yang kau berikan untuk keluarga kita. Tertanda, Ayah”

Dengan kekuatan yang masih tersisa, kubuka bingkisan dari Ayah. Sebuah jam tangan mewah impianku dulu. Tangiskupun pecah. Akupun meminta kepada ibu untuk mengantarku ke pemakaman Ayah. Di samping makam Ayah, aku bersimpuh, menangis menyesali kesalahanku. “Sudahlah Nak. Ayahmu sudah memaafkanku,” ucap Ibu sambil mengelus rambutku.

Teruntuk Ayahku yang hebat, maafkan aku atas segala kesalahanku. Ayah, terima kasih telah menjadikanku sosok yang kokoh tak tertandingi seperti dirimu. Mungkin terlambat untuk menunjukkan mahakaryaku untukmu. Tetapi ditengah doaku, aku selalu berdoa agar engkau selalu bahagia disana. Seperti yang telah engkau wasiatkan untukku Ayah, aku berjanji akan merawat Ibu dan membahagiakannya untuk Ayah. Terima kasih Ayah untuk perjuangan hebatmu untukku.

Alifah Tri Setiani Photo Writer Alifah Tri Setiani

Hidup tanpa mimpi adalah hambar.. ^-^

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya