TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

9 Tanda Kamu Mengalami Parental Burnout, Merasa Tidak Berharga

Kenali tanda parental burnout saat parenting

ilustrasi parental burnout (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Meskipun kebahagiaan dan kepuasan dapat dirasakan dalam membesarkan anak, kenyataannya, perjalanan sebagai orangtua sering kali diwarnai oleh tekanan dan tuntutan yang tak henti. Salah satu dampak ekstrem dari beban ini adalah munculnya apa yang dikenal sebagai parental burnout. Parental burnout adalah suatu kondisi di mana kelelahan fisik dan emosional mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.

Ketika kamu memaksakan diri untuk melakukan parenting saat sedang parental burnout, mungkin saja hasilnya tidak akan sesuai harapan kamu. Anak bisa saja salah menerima tindakan, sikap, atau ucapan kamu di depan mereka. Berikut telah IDN Times rangkum sembilan tanda kamu mengalami parental burnout.

1. Kelelahan yang tidak berhenti

ilustrasi merasa lelah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kelelahan yang tidak berhenti merupakan salah satu gejala utama dari parental burnout. Ini tidak hanya mencakup kelelahan fisik, tetapi juga kelelahan mental yang berkelanjutan. Orangtua yang mengalami kelelahan yang tak kunjung reda merasakan penurunan energi secara konsisten, bahkan setelah beristirahat. Hal ini bisa disebabkan oleh tuntutan yang terus-menerus dalam memenuhi kebutuhan anak-anak, tugas rumah tangga, dan pekerjaan di luar rumah.

Kelelahan yang terus-menerus dapat menghambat kemampuan kamu untuk berfungsi secara optimal dalam peran sebagai orangtua. Ini juga dapat mempengaruhi aspek-aspek emosional, membuat kamu lebih rentan terhadap stres, iritabilitas, dan kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya membawa kegembiraan.

Kamu perlu mengakui tanda kelelahan yang tidak berhenti ini sebagai isyarat bahwa perlu adanya perubahan dalam pola hidup dan pendekatan terhadap tanggung jawab sebagai orangtua. Mencari bantuan, merencanakan waktu istirahat yang cukup, dan mengatur keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan keluarga dapat menjadi langkah-langkah kunci untuk mengatasi kelelahan yang berkelanjutan ini.

2. Lebih mudah tersinggung

ilustrasi merasa tersinggung (pexels.com/Liza Summer)

Lebih mudah tersinggung adalah suatu kondisi di mana kamu menjadi lebih rentan terhadap rangsangan atau situasi yang sebelumnya tidak begitu mengganggu. Dalam konteks parental burnout, meningkatnya iritabilitas bisa menjadi tanda bahwa kamu merasa tertekan dan kesulitan menghadapi situasi sehari-hari dengan sabar.

Orangtua yang lebih mudah tersinggung mungkin menunjukkan respons emosional yang berlebihan terhadap masalah kecil atau perilaku anak-anak yang sebelumnya dianggap sebagai hal yang wajar. Ini bisa menciptakan ketegangan dalam hubungan keluarga dan memperburuk suasana hati secara keseluruhan.

Meningkatnya iritabilitas sering kali menjadi indikator bahwa perlu ada waktu istirahat, dukungan, atau strategi untuk mengatasi tekanan yang mungkin sedang dialami. Mengidentifikasi penyebab iritabilitas dan mencari cara yang sehat untuk menanggulanginya dapat membantu membangun kembali keseimbangan emosional dan meminimalkan dampak negatif pada kesejahteraan keluarga.

3. Tidak bisa terhubung secara emosional

ilustrasi parenting (pexels.com/Andy Kuzma)

Tidak bisa terhubung secara emosional adalah kondisi di mana kamu mengalami kesulitan dalam membentuk atau mempertahankan ikatan emosional yang sehat dengan orang-orang di sekitar, termasuk anak-anak atau anggota keluarga lain. Dalam konteks parental burnout, keterputusan emosional ini dapat menjadi tanda bahwa kamu merasa terpisah atau kehilangan koneksi mendalam dengan anak-anak.

Faktor-faktor seperti kelelahan yang berlebihan, stres, atau ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan kehidupan keluarga dapat mempengaruhi kemampuan kamu untuk merespon secara emosional terhadap kebutuhan anak-anak. Tidak adanya koneksi emosional dapat menciptakan perasaan kesepian dan isolasi, baik bagi orangtua maupun anak-anak.

Mengatasi keterputusan emosional melibatkan upaya untuk menciptakan ruang dan waktu yang memungkinkan interaksi emosional yang bermakna. Komunikasi terbuka, kehadiran fisik dan emosional yang sadar, serta pengembangan keterampilan pengelolaan stres dapat membantu membangun kembali ikatan yang mungkin terputus akibat tekanan dan kelelahan.

Baca Juga: Deretan Tips Cegah Parental Burnout, Parents Harus Tahu!

4. Minat yang menurun dalam kegiatan dan hobi

ilustrasi parenting (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Minat yang menurun dalam kegiatan dan hobi merupakan indikator bahwa kamu mungkin mengalami parental burnout. Dalam situasi ini, kamu dapat kehilangan minat pada aktivitas atau hobi yang sebelumnya memberikan kegembiraan dan pengalaman positif. Beban tugas yang terus-menerus, stres, dan kelelahan dapat menyebabkan penurunan motivasi untuk melibatkan diri dalam kegiatan yang sebelumnya dianggap menyenangkan.

Hal ini bisa merugikan secara emosional dan mental karena kegiatan yang memberikan kepuasan dan relaksasi biasanya berperan penting dalam menjaga keseimbangan hidup. Penurunan minat ini juga dapat berdampak pada hubungan dengan anak-anak, karena kamu mungkin merasa kurang termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam kehidupan mereka.

Mengatasi minat yang menurun melibatkan upaya untuk menyadari perubahan ini dan mencari cara untuk menghidupkan kembali gairah terhadap kegiatan yang memberikan kebahagiaan. Hal ini dapat mencakup penjadwalan waktu khusus untuk hobi, mencari dukungan dari teman atau keluarga, dan merencanakan aktivitas bersama anak-anak untuk memperkuat ikatan keluarga.

5. Mengabaikan perawatan diri

ilustrasi beristirahat (pexels.com/Thirdman)

Mengabaikan perawatan diri adalah kecenderungan untuk menelantarkan kebutuhan dan kesejahteraan pribadi, baik secara fisik maupun mental. Dalam konteks parental burnout, ini mencerminkan perilaku di mana kamu tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap diri sendiri karena terlalu fokus pada tugas dan tanggung jawab keluarga.

Orangtua yang mengabaikan perawatan diri mungkin mengorbankan istirahat yang cukup, nutrisi yang seimbang, atau waktu untuk kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan pribadi. Ini dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental, meningkatkan kelelahan, dan merugikan kemampuan untuk menghadapi stres sehari-hari.

Menyadari pentingnya perawatan diri dalam menjaga kesehatan dan kebahagiaan. Menetapkan waktu untuk istirahat, menerapkan kebiasaan makan yang sehat, dan mengidentifikasi cara-cara untuk merawat aspek-aspek emosional dan mental merupakan langkah-langkah kunci untuk mencegah atau mengatasi parental burnout. Dengan merawat diri sendiri, kamu dapat memperkuat daya tahan terhadap tekanan dan memberikan kontribusi positif pada dinamika keluarga.

6. Gejala fisik

ilustrasi sakit kepala (pexels.com/Karolina Grabowska)

Gejala fisik yang muncul dalam konteks parental burnout mencakup manifestasi fisik yang dapat timbul sebagai akibat dari stres dan kelelahan yang berlebihan. Orangtua yang mengalami parental burnout dapat sering kali mengalami sakit kepala yang mungkin bersifat tegang atau menyebabkan ketidaknyamanan di area kepala. Kesulitan tidur atau gangguan tidur seperti insomnia juga dapat muncul, menciptakan pola tidur yang tidak teratur atau terganggu.

Stres dan kelelahan dapat memengaruhi sistem pencernaan, menyebabkan masalah seperti gangguan lambung, mual, atau gangguan pencernaan. Sistem kekebalan tubuh pun dapat terpengaruh, meningkatkan risiko terhadap penyakit dan infeksi. Beberapa orangtua mungkin mengalami perubahan berat badan, baik penurunan berat badan yang signifikan atau peningkatan berat badan sebagai respons terhadap stres.

Mengenali gejala fisik ini dilakukan untuk memahami dampak burnout pada kesehatan fisik dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi sumber stres dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental.

Baca Juga: Lelah Berlebih Saat Mengurus Anak? Waspada Fenomena Parental Burnout

7. Merasa tidak mampu

ilustrasi merasa tidak mampu (pexels.com/Engin Akyurt)

Merasa tidak mampu adalah gejala emosional yang dapat muncul pada kamu yang mengalami parental burnout. Gejala ini mencakup perasaan ketidakmampuan untuk mengatasi tugas-tugas dan tanggung jawab sebagai orangtua. Orangtua yang mengalami hal ini mungkin merasakan adanya perasaan meragukan kemampuan sendiri dalam menghadapi tantangan dan keputusan sebagai orangtua.

Kamu mungkin merasa bahwa kamu tidak dapat memenuhi harapan, baik dari diri sendiri maupun harapan sosial atau keluarga. Perasaan bahwa setiap usaha yang dilakukan sebagai orangtua dianggap gagal atau tidak memadai juga dapat menjadi tanda bahwa kamu sedang mengalami parental burnout.

Merasa tidak mampu dapat merugikan kesehatan mental dan emosional, serta mempengaruhi hubungan dengan anak-anak. Penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi rasa tidak mampu ini melalui dukungan sosial, perencanaan tugas yang realistis, dan pengelolaan stres untuk membantu membangun kembali keyakinan diri dan memperkuat kemampuan mengatasi tantangan sebagai orangtua.

8. Sikap sinis yang terus berlanjut

ilustrasi merasa skeptis (pexels.com/Liza Summer)

Sikap sinis atau skeptis terhadap peran orangtua atau kehidupan keluarga bisa menjadi pertanda burnout. Kamu mungkin kehilangan pandangan positif dan mengembangkan sikap yang lebih skeptis terhadap segala sesuatu.

Sikap sinis yang terus berlanjut dapat memperburuk keadaan parental burnout dan berdampak pada kesejahteraan anak-anak. Penting untuk mengenali dan mengatasi sikap ini dengan mencari dukungan, mengubah pola pikir negatif, dan menemukan cara untuk mendapatkan kembali rasa penghargaan terhadap peran sebagai orangtua.

Verified Writer

Fairuz Marhaenda Prasida

Semoga tulisanku bermanfaat :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya