TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Manfaat Mengombinasikan Gaya Asuh pada Anak, Wajib Diketahui!

Jangan straight pada satu gaya pengasuhan saja

Ilustrasi anak dan orangtua (pexels.com/Emma Bauso)

Jika kamu adalah orangtua muda, kamu pasti mendapatkan banyak masukan dan nasihat tentang bagaimana mendidik anak. Mulai dari budaya dan kebiasaan keluarga hingga edukasi pengasuhan dari buku maupun video, terpapar padamu.

Kita tahu bahwa banyak sekali label pola asuh anak. Mulai dari authoritaria, authoritative, permissive, free-range, neglectful, dan masih banyak lagi yang lainnya. Tapi, manakah yang sebetulnya paling efektif?

Dilansir Rockford Register Star, penulis Mia Raether merekomendasikan kombinasi beberapa gaya pengasuhan untuk situasi tertentu. Kombinasi ini bisa dikoordinasikan bersama oleh ayah dan ibu. Misalnya, jika ayah sudah tegas, ibu harus bisa memberi pengertian dengan lembut. Kemudian, cobalah untuk bertukar di saat-saat tertentu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Cheryl L dan timnya dari Wayne State University, kombinasi pola asuh ternyata sangat bermanfaat, lho! Berikut penjelasan terkait manfaat mengombinasikan gaya asuh pada anak. Simak baik-baik, ya!

1. Mendisiplinkan anak tanpa meninggalkan luka

Ilustrasi anak dengan pola asuh kombinasi (pexels.com/Vlada Karpovich)

Mendisiplinkan anak merupakan pilihan yang sulit diambil oleh kebanyakan orangtua. Bisa jadi, alasannya karena tidak tega atau bisa juga karena bingung bagaimana cara mendisiplinkan anak tanpa melukai perasaannya.

Namun, kita harus memberikan batasan terhadap hal-hal yang bisa ditoleransi dan yang tidak. Ini akan membentuk anak jadi pribadi yang memahami hak dan kewajibannya saat dewasa. Dilansir How to Adult, Beth Greenwood selaku kontributor, menjelaskan caranya.

"Coba kombinasikan gaya yang tegas dan demokratis. Orangtua memberikan batasan dan konsekuensi, memastikan anak paham tentang berbagai hal sebelum mereka memilih. Biarkan anak memilih, tapi tetap berpegang teguhlah pada konsekuensi yang akan kalian berikan," ujar Beth.

2. Tidak membuat anak merasa tersudutkan

Ilustrasi anak yang bahagia dengan pola asuh orangtua (pexels.com/RODNAE Productions)

Jika anak berbuat salah, cobalah untuk tahan sejenak amarahmu. Pastikan pasanganmu juga mengetahui kesalahan ini, kemudian berbagi tugaslah. Jangan sampai ayah dan ibu sama-sama menegur atau sama-sama membiarkan.

"Jangan menghukum anak dengan menyudutkan. Jika ingin marah, lebih baik salah satu (dari orangtua) diam dan salah satunya berusaha bicara dengan baik," kata Mia.

Ini adalah teknik yang dilakukan Mia dan suami. Cara tersebut terbukti efektif karena anak akan memahami kesalahannya, tapi tidak merasa disalahkan. Jangan lupa untuk kembali memperbaiki suasana setelah fase panas dan menegangkan itu, ya!

Baca Juga: 7 Tips Cegah Anak Kuper, Contoh dari Orangtua Berperan Penting!

3. Anak lebih mudah beradaptasi di lingkungan sosial

Ilustrasi anak yang mudah beradaptasi (pexels.com/ Ksenia Chernaya)

Dunia sosial memiliki beragam individu dengan cara mengekspresikan emosi yang berbeda. Tentu, ini tak selalu menyenangkan untuk diterima. Tapi, anak yang dibesarkan dengan pola asuh kombinasi akan bisa beradaptasi dengan lebih baik.

Penelitian yang dilakukan Cheryl L dan tim membuktikan hal ini. Anak-anak dengan usia menengah ke atas yang dibesarkan dengan kombinasi Atuhoritative-Authoritarian, menunjukkan adaptasi yang baik, punya toleransi tinggi, dan mampu mengelola emosi.

Hal ini mungkin karena anak terbiasa dengan perbedaan yang disuguhkan kedua orangtua. Mereka akan secara otomatis menyadari bahwa perbedaan itu ada dan itu adalah hal yang biasa.

4. Membantu anak mengelola emosi

Ilustrasi membantu anak mengelola emosi (pexels.com/Phil Nguyen)

Kombinasi pola asuh juga dapat disesuaikan dengan kondisi mental dan emosi anak. Orangtua perlu mengenali kapan harus membebaskan dan memberi anak waktu untuk sendiri, atau kapan anak perlu didampingi dan diberikan pengawasan ekstra.

Anak yang impulsif dan tak bisa diam, senantiasa aktif, hingga tak jarang menantang bahaya, membutuhkan orangtua dengan proporsi pola asuh authoritarian lebih besar. Tentu pola dan gaya asuhnya akan berbeda dengan anak yang pendiam dan pemalu.

"Orangtua yang berhasil mengadaptasikan kombinasi pola asuh yang tepat dengan karakter emosional anak, akan sukses membuat anak lebih memahami diri sendiri dan bisa mengelola emosinya," jelas Beth.

Baca Juga: Apa Itu Pola Asuh Authoritative? Positif untuk Pertumbuhan Anak

Verified Writer

Kintan Ayu Sevila

Sejenis lumba-lumba

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya