TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ini 6 Bukti Anak Siap Toilet Training, Tak Perlu Memaksa!

Kalau dipaksa, anak akan trauma dan prosesnya jadi lama

ilustrasi toilet (pexels.com/Sasha Pshenkov)

Memang kalau secara usia, anak siap toilet training dilakukan mulai dari usia 18 bulan hingga tiga tahun. Namun, ada anak yang baru siap jika usianya tiga tahun ke atas, dan itu merupakan hal yang normal.

Setiap anak punya kesiapan yang berbeda-beda, tidak bisa dipaksakan usia dua tahun sudah harus lepas popok. Terlalu cepat memaksa anak untuk toilet training, akan membuatnya trauma dan proses belajarnya melelahkan, baik untuk anak dan orangtua. Namun, jika anak sudah melakukan enam hal berikut ini, berarti bukti kalau anak sudah siap toilet training.

1. Anak menunjukkan ketertarikannya dengan toilet

ilustrasi anak (pexels.com/Elina Fairytale)

Pertama dan utama, anak perlu menunjukkan minat dan keinginan dari dirinya sendiri untuk belajar menggunakan toilet. Setiap manusia pada akhirnya akan menggunakan toilet. Tapi jika memulainya dengan paksaan, maka proses berkenalan dengan toilet itu bisa lama.

Beberapa hal yang anak lakukan bukti kalau mereka sudah menunjukkan minat untuk toilet training:

  • Popok bisa kering dalam waktu dua jam.
  • Anak penasaran dengan apa yang orang tua lakukan di kamar mandi selain mandi.
  • Anak ingin menggunakan pakaian dalam, bukan popok lagi.
  • Anak tidak mengasosiasikan diri sebagai bayi lagi, tapi ingin dianggap sebagai orang dewasa.

Membaca buku anak tentang toilet training, akan membantu mempercepat prosesnya. Namun kesiapan anak di antara usia 18 bulan hingga tiga tahun itu berbeda-beda. Biarkan berjalan sesuai kesiapan anak tanpa dipaksa.

Baca Juga: 5 Kesalahan Orangtua saat Mendidik Anak untuk Toilet Training

2. Anak sudah bisa melepaskan pakaiannya

ilustrasi anak (pexels.com/ Yan Krukau)

Salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai sebelum anak toilet training adalah dia bisa melepaskan dan memakai sendiri celananya. Bagi balita, keterampilan motorik ini butuh waktu lebih lama untuk dipelajari.

Orang tua bisa melatih keterampilan ini dengan cara membiarkan anak memilih dan menggunakan sendiri pakaiannya. Meski hasilnya berantakan, jangan terlalu cepat mengoreksi, biarkan anak menemukan caranya sendiri gimana memakai baju dengan benar. Untuk mempermudah, letakkan pakaian yang tidak terlalu rumit seperti banyak kancing, di jangkauan anak.

3. Anak bisa berlari dan duduk diam

ilustrasi anak berlari (pexels.com/Trân Long)

Kelihatan sepele, namun kemampuan ini penting bagi anak balita yang sedang belajar toilet training. Karena dorongan untuk ke kamar mandi bisa datang tiba-tiba, tentu anak perlu kemampuan berlari ke tujuan dengan baik sebelum terjadi 'kecelakaan'. Jika berlari saja masih jatuh-jatuh, hal ini bisa membuat niat anak untuk toilet training gagal.

Menggunakan toilet, terutama untuk buang air besar, membutuhkan kesabaran. Anak harus bisa duduk diam tanpa melakukan aktivitas apapun selama beberapa menit untuk menyelesaikan kebutuhannya. Untuk melatih anak, orangtua bisa menyiapkan beberapa buku atau mainan agar anak tetap duduk di toilet.

4. Anak sudah bisa berkomunikasi dan mengikuti perintah sederhana

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/George Pak)

Anak yang sudah bisa berkomunikasi dengan baik, akan mempercepat toilet training tanpa menimbulkan frustasi. Anak bisa mengungkapkan keinginannya untuk ke toilet tanpa menggunakan bahasa isyarat. Orangtua bisa dengan mudah memahami kebutuhan anak.

Bisa mengikuti perintah sederhana seperti menuruti ajakan orangtua untuk ke toilet meski belum terlalu ingin, juga merupakan poin plus. Apalagi jika anak sudah bisa mengungkapkan iya atau tidak butuh ke toilet. Ingin melakukan toilet training tanpa drama dan paksaan? Tunggu sampai anak bisa lancar berbicara. Untuk sementara, orang tua bisa mengenalkan konsep toilet lewat buku atau lagu.

5. Anak sudah menunjukkan dia ingin mandiri

ilustrasi anak (pexels.com/Tatiana Syrikova)

Begitu anak balitamu sudah bisa mengungkapkan dia ingin melakukan semuanya sendiri, maka ini saat yang tepat untuk toilet training. Karena di masa inilah, orang tua bisa mengajarkan bagaimana caranya melepas dan memakai pakaian sendiri. Atau langkah-langkah yang dilakukan selama di toilet.

Untuk anak kedua, proses toilet training ini biasanya akan berjalan lebih cepat. Karena anak merasa ada temannya dalam proses toilet training. Namun jika orangtau dan anak akan menjalani perubahan yang cukup besar seperti pindah rumah, ditinggal pengasuh, atau masuk sekolah. Lebih baik tunda dulu toilet training-nya sampai anak merasa aman dan siap.

Baca Juga: 5 Tanda Anak Siap Toilet Training, Sudahkah Bunda Tahu?

Verified Writer

Liem Ling

"Don't let the muggles get you down." -Ron Weasley

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya