6 Hal yang Perlu Diingat Saat Toilet Training Anak

Si kecil yang belajar, kita yang mempersiapkannya!

Toilet training adalah salah satu cara membentuk kemandirian anak. Ayah ibu dapat memulai proses toilet training setelah anak dianggap menunjukkan kesiapan fisik dan mental.

Menurut laman Raising Children, kesiapan anak dapat ditandai dengan kemampuan berekpresi dan berkomunikasi saat ingin buang air, tidak BAB saat tidur malam hari, popok kering selama lebih dari 2 jam, dan bisa melepas celana sendiri.

Sebelum memulai toilet training, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan bagi ibu dan ayah. Semoga artikel ini dapat membantu, ya!

1. Persiapkan mental 

6 Hal yang Perlu Diingat Saat Toilet Training AnakIlustrasi pasangan suportif untuk kesehatan mental (Pexels/Emma Bauso)

Awal proses toilet training, anak akan sering mengompol. Akibatnya, rumah akan menjadi bau dan kotor, banyak cucian menumpuk, dan tidak jarang menyebabkan pekerjaan rumah lainnya menjadi terbengkalai.

Untuk anak yang terbiasa menggunakan popok sekali pakai, proses ini akan semakin menantang. Anak akan sering mengompol di celana karena kadang mereka belum memahami sinyal tubuh untuk buang air kecil (BAB) dan besar (BAK).

Tenang, hal ini wajar kok! Seperti orang dewasa, anak juga berproses untuk menerima dan membiasakan diri atas hal baru. Kita, sebagai orangtua, adalah yang mereka harapkan untuk menemani dan mengajari mereka dalam proses tumbuh kembangnya.

Di masa depan, pengalaman ini akan menjadi kenangan dan cerita lucu, yang akan kita ingat selalu saat kita sedang merindukan mereka. Loh kok jadi mellow ya?

2. Ajak anak mengenal proses toilet training 

6 Hal yang Perlu Diingat Saat Toilet Training AnakIlustrasi komunikasi tentang toilet training (Pexels/Elina Fairytale)

Menurut situs Help Me Grow, membiasakan anak untuk berdiskusi sejak dini memiliki dampak baik untuk perkembangan bahasa dan komunikasi anak, loh! Salah satu praktiknya adalah dengan mengenalkan berbagai aktivitas sehari-hari.

Sejak 1-2 bulan sebelum memulai toilet training, kita dapat membicarakan tentang alasan beserta cara toilet training. Misal: alasan buang air kecil dan besar di toilet, cara melepas dan memasang celana, atau cara membersihkan diri setelah buang air.

Buku cerita bergambar juga dapat membantu proses mengenalkan toilet training kepada anak. Selain itu, ayah ibu juga bisa mengenalkan sambil mencontohkannya di rumah.

3. Ciptakan suasana positif dan menyenangkan

6 Hal yang Perlu Diingat Saat Toilet Training AnakIlustrasi belajar toilet training melalui buku (Pexels/Mikhail Nilov)
dm-player

Cara komunikasi dan kontrol emosi ayah ibu juga berperan dalam menyukseskan proses ini. Dikutip dari laman Potty Training, suasana positif dan ceria, serta pemberian motivasi dan apresiasi adalah salah satu cara agar anak menyukai toilet training.

Selain itu, ayah ibu dapat bersifat menerapkan beberapa strategi. Misalnya, saat mengingatkan anak untuk ke toilet, ibu ayah dapat mengajaknya ke toilet, bukan memberikan pilihan ingin ke toilet atau tidak. Hal ini dapat mencegah anak untuk mengompol, terutama bagi anak yang belum mengerti sinyal BAB dan BAK.

Baca Juga: 5 Tips Menerapkan Baby Sleep Training, Lakukan Secara Rutin

4. Stok celana yang cukup

6 Hal yang Perlu Diingat Saat Toilet Training AnakIlustrasi celana tatur (Pexels/Public Domain Pictures)

Karena awal proses toilet training anak akan banyak mengompol, maka ibu ayah mungkin akan mengganti celananya sekitar 3-6 kali per hari. Semakin anak mampu memahami sinyal buang air dan mengkomunikasikannya, maka penggunaan celana akan semakin berkurang, yaitu hanya sekitar 1-2 celana per hari.

Belilah celana yang memiliki lapisan untuk menyerap air seni, dan belilah dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari ke depan. Hal ini karena celana tatur biasanya memiliki lapisan yang lebih tebal sebanyak 3-6 lapisan, sehingga proses pengeringannya relatif lebih lama, terlebih bila cuaca sedang mendung.

5. Miliki potty chair atau dudukan kloset anak 

6 Hal yang Perlu Diingat Saat Toilet Training AnakIlustrasi anak duduk di kursi (Pexels/Anna Shvets)

Anak biasanya takut terpeleset atau jatuh saat duduk di kloset kamar mandi. Ukuran kloset di rumah tidak pas untuk ukuran tubuhnya yang kecil menyebabkan anak merasa tidak nyaman.

Berdasarkan situs Raising Children, salah satu kunci sukses toilet training adalah membuat si kecil merasa aman dan nyaman, salah satunya dengan menyediakan potty atau dudukan kloset yang pas. Bila memiliki budget lebih, ayah ibu juga dapat membeli pijakan khusus yang dapat memudahkan anak untuk naik ke kloset.

6. Buat jadwal pergi ke toilet 

6 Hal yang Perlu Diingat Saat Toilet Training AnakIlustrasi ayah mengganti popok anak (Pexels/Ketut Subiyanto)

Untuk meminimalisir kemungkinan mengompol, ibu ayah dapat mengajak si kecil untuk ke toilet setiap 1-2 jam sekali. Bila dibutuhkan, ayah ibu juga dapat menggunakan alarm sambil mempelajari jadwal dan kebiasaan anak untuk buang air. 

Bila anak menolak dengan alasan belum ‘kebelet’, dan ayah ibu merasa sudah saatnya mereka buang air, maka tetap ajaklah mereka. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko mengompol dan risiko penyakit akibat menahan BAK atau BAB. Terkadang anak suka menunda dan mengabaikan sinyal buang air, terutama saat sedang bermain.

Dalam prosesnya, mungkin ada perasaan ingin menyerah karena overwhelmed dengan keadaan rumah yang berantakan atau emosi karena melihat anak mengompol. Namun yakinlah ibu ayah! Proses ini akan selesai, dan hasilnya: anak akan menjadi lebih mandiri dan pengeluaran popok kita akan semakin berkurang.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Sejarah Toilet, Ada Sejak 5000 Tahun Lalu

Bangarani Masah Nadila Photo Writer Bangarani Masah Nadila

Queen of Home a.k.a Ibu Rumah Tangga. Penulis lepas yang suka sharing tentang printilan sehari-hari. Q: Ingin jadi apakah kamu kelak? A: Ingin menjadi manusia bermanfaat :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya