TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Cara Mencegah Anak Jadi Korban Pelecehan Seksual, Mulai Sejak Dini!

Pelecehan seksual itu tidak mengenal umur dan gender

ilustrasi anak ketakutan (unsplash.com/Caleb Woods)

Sebagai orangtua, kamu pasti mengajarkan ke anak segala macam cara untuk menjaga diri mereka. Seperti misalnya, kamu mengajarkan kalau hati-hati kalau kompor itu panas, hati-hati dengan pisau dan gunting karena itu tajam, lihat ke kanan kiri sebelum menyeberang jalan, dan sebagainya. Namun sayangnya, banyak orangtua yang menunda mengajarkan anak untuk menjaga dirinya dari pelecehan seksual.

Padahal, pelecehan seksual bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak kecil. Topik mengenai pentingnya menghargai badan sendiri adalah topik yang dihindari orangtua, sampai anak dirasa cukup besar—yang bisa saja sudah terlambat. Semakin anak besar, orangtua akan semakin canggung membahas masalah tubuh. Akhirnya, topik ini justru dihindari.

Sedini mungkin, anak perlu dibekali caranya melindungi diri dari pelecehan seksual. Memulainya sederhana kok, yaitu dari ajarkan pada anak cara menghargai tubuhnya seperti berikut ini. 

1. Mulai dari mengenalkan penamaan yang tepat pada organ intim tubuh

ilustrasi anak (unsplash.com/Marisa Howenstine)

Mata adalah mata, lengan adalah lengan, dan penis adalah penis. Hindari memberikan nama panggilan pada area tubuh tertentu, seperti "titit" dan lainnya. Dengan membiasakan anak dari kecil menyebutkan nama yang tepat akan mengurangi kecanggungan anak untuk membahas masalah organ intimnya di masa depan nanti.

Mulailah sejak dini, bahkan ketika anak belum jelas berbicara sudah gunakan bahasa yang tepat untuk organ intim. Jangan buat anak merasa nyaman dengan nama panggilan yang tidak tepat untuk organ intimnya. Hal ini akan menyulitkan orangtua jika anak mengalami pelecehan seksual. Dengan mengetahui nama organ intimnya dan fungsinya sejak dini, anak bisa bicara dengan jelas jika sesuatu yang tidak pantas terjadi.

Baca Juga: Pelecehan Seksual, Pelanggaran HAM dalam Pandangan Hukum dan Islam

2. Berikan edukasi seks sedini mungkin

ilustrasi anak (unsplash.com/Natasha Hall)

Topik soal seks sering sekali dihindari orangtua karena menganggap anak belum cukup umur. Padahal semakin menunda, anak justru akan mendapatkan informasi yang simpang siur dari lingkungan sekitarnya dan online. Salah informasi bisa membuat anak tak paham soal apa yang wajar dan tidak mengenai hubungan seksual.

Dilansir Child Mind Institute, topik mengenai seks sudah harus dibicarakan sedini mungkin, ketika anak mulai bertanya mengenai organ intimnya. Jangan tunda sampai mereka menginjak usia remaja, karena anak pasti akan lebih canggung dalam membahasnya.

Jika orangtua kesusahan untuk membahasnya, sekarang ini sudah banyak buku yang membantu anak untuk memahami soal seks. Orangtua dapat membantu anak memahami dan menjawab rasa penasarannya, bukan hanya diberikan begitu saja ke anak untuk dibaca.

Janet Rosenzweig, penulis buku The Sex-Wise Parent yang dikutip dari Today menyarankan, orangtua dan anak juga dapat melakukan aktivitas membuat daftar pertanyaan tentang seks. Aktivitas ini bisa diawali dari orangtua yang menanyakan ke anak soal hal pribadi seperti "Siapa yang bisa melihatmu telanjang?".

Minta anak untuk menjawabnya, dan jelaskan alasannya. Seiring bertambahnya usia, anak juga bisa bertanya dan orangtua perlu menjawabnya dengan jujur. Semakin dini memulainya, semakin baik untuk mengurangi kecanggungan.

3. Ajarkan pada anak soal batasan dan seberapa boleh orang menyentuhnya

ilustrasi anak (unsplash.com/Markus Spiske)

Ketika anak sudah mulai sadar mengenai organ intim tubuhnya, ajarkan ke anak soal safe touch dan bad touchSafe touch adalah area tubuh yang tak tertutup oleh pakaian, di mana anak merasa nyaman jika bagian tubuh tersebut dipegang oleh orang asing sekalipun. Sebalikynya, bad touch adalah area tubuh yang tertutup oleh pakaian, di mana orang tidak boleh sembarangan melihatnya, termasuk orangtua dan dokter sekalipun.

Di saat yang bersamaan, ajarkan juga anak mengenai batasan. Bahwa tidak ada orang yang boleh menyentuhnya tanpa persetujuan anak. Hal ini juga berlaku pada orangtua, yang kadang dilupakan. Bukan cuma itu saja, anak juga tidak boleh sembarangan menyentuh organ intim orang lain. Ingat, ini juga termasuk bentuk pelecehan seksual pada anak.

4. Dorong anak untuk selalu bercerita kesehariannya

ilustrasi keluarga (unsplash.com/Tyson)

Kenyataannya, pelecehan seksual pada anak itu justru tidak dilakukan oleh orang asing,  tapi oleh orang terdekat yang sangat dikenalnya. Karena itu, mendorong anak untuk menceritakan kesehariannya akan membantu orangtua untuk dengan cepat mengidentifikasi jika sesuatu yang buruk terjadi.

Memulainya mudah saja kok, justru harus dari orangtua terlebih dahulu. Responslah dengan baik saat anak bercerita. Jangan menghakimi mereka, biarkan anak bercerita sebebas-bebasnya termasuk tentang kenakalan mereka. Minta anak juga untuk selalu mendeskripsikan teman, guru, bahkan kenalan mereka. Dengan begitu, orangtua tahu siapa saja yang ada di sekitar anak.

5. Ajarkan ke anak cara menolak ketika diminta melakukan sesuatu yang tak disukainya

ilustrasi anak (unsplash.com/Janko Ferlič)

Beberapa anak kecil susah mengatakan "tidak" pada orang lain. Hal ini karena bisa saja terbiasa di rumah, orangtua juga tidak menghargai anak ketika mengungkapkan rasa tidak nyamannya. Mulai dari rumah, anak perlu dihargai ketika bilang "tidak" akan sudah hal yang membuatnya tidak nyaman.

Ajarkan ke anak juga bahwa jangan ragu menolak jika diminta orang melakukan sesuatu. Seperti misalnya, difoto, dipegang, atau digelitik tanpa izin. Seiring bertambahnya usia, anak bisa diajarkan kata sandi antara orangtua dan anak. Kata sandi ini bisa menjadi panduan untuk orangtua jika anak merasa tak aman atau terancam. Hal ini akan sangat berguna untuk melindungi anak ketika jauh dari orangtuanya.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Masih Memiliki Edukasi Seks yang Minim, Jangan Apatis!

Verified Writer

Liem Ling

"Don't let the muggles get you down." -Ron Weasley

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya