TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tips agar Anak Bisa Menerima Kehadiran Orangtua Sambung

Perlu hargai kenangan anak dengan orangtua kandung juga, ya!

ilustrasi mencium ibu (pexels.com/Kamaji Ogino)

Kehilangan sosok orangtua kandung, baik akibat kematian maupun perceraian, adalah pengalaman buruk dalam kehidupan anak. Jadi, penting bagi orangtua tunggal untuk memperhatikan kesejahteraan psikis anak ketika hendak menikah lagi.

Pernikahan itu akan serta-merta berdampak terhadap kehidupan anak karena seakan-akan ada orang asing yang tiba-tiba memasuki kehidupannya. Guna memudahkan penerimaan anak atas kehadiran orangtua sambung, lima tips berikut ini sangat cocok untuk diterapkan!

Langsung simak ulasannya berikut ini, ya!

1. Biarkan anak mengenal calon orangtua sambungnya secara bertahap

ilustrasi keluarga kecil (pexels.com/William Fortunato)

Tidak tergesa-gesa menikah lagi setelah perceraian orangtua atau kematian ayah/ibu adalah sikap yang bijaksana. Beri anak waktu untuk berduka, sekaligus berkenalan dengan calon orangtua sambungnya.

Berbeda dengan orang dewasa yang lebih luwes dalam bergaul dan tahu pentingnya berbasa-basi, anak-anak selalu hanya ingin dekat dengan orang-orang tertentu. Jangan membuat anak tidak nyaman apalagi ketakutan oleh kehadiran orangtua sambung yang terlalu cepat.

Baca Juga: Menikahi Single Parent di 2021, 9 Artis Kini Punya Anak Sambung 

2. Orangtua sambung tak boleh membedakannya dari anak sendiri

ilustrasi ibu dan dua putranya (pexels.com/Monstera)

Ini berlaku saat orangtua sambung juga telah memiliki anak dari pernikahan sebelumnya. Perasaan antar saudara tiri ini bisa menjadi sangat sensitif. Sedikit saja ada yang merasa dibedakan, bisa jadi masalah besar yang melukai perasaan anak sampai ia dewasa.

Sebaliknya, kalau mereka merasa diperlakukan secara adil, sangat mungkin merasa akan lekas akrab. Tidak perlu memaksa mereka untuk langsung bersikap layaknya saudara. Mau berkenalan dan berteman dulu pun sudah suatu langkah besar yang wajib diapresiasi.

3. Memberikan orangtua sambung sejak anak masih kecil biasanya lebih berhasil

ilustrasi ayah dan putrinya (pexels.com/Monstera)

Ini tidak bertentangan dengan penjelasan poin pertama, ya! Prinsip tak tergesa-gesa memberikan orangtua sambung untuk anak tetap berlaku. Hanya saja, berpikirlah lebih panjang bila anak sudah lebih besar.

Walaupun butuh trik-trik untuk membuat anak kecil dapat dekat dengan orangtua sambungnya, mengatasi anak yang beranjak remaja biasanya lebih sukar. Ingatan akan ayah/ibu kandungnya jauh lebih kuat, begitu pula dengan rasa traumanya.

Kalau orangtua tunggal ingin menikah lagi saat anak telah remaja, diskusi terbuka dengannya mutlak diperlukan. Tanyakan pendapatnya, mintalah izinnya, dan temukan kesepakatan tentang kriteria orangtua sambung yang terbaik untuknya.

4. Ambil inisiatif untuk mendekati anak tanpa mencampuri privasinya

ilustrasi makan bersama keluarga (pexels.com/Ron Lach)

Apabila orangtua sambung tak berinisiatif buat mendekati anak, jangan harap bakal terbentuk kedekatan emosional. Meski begitu, jangan pula terlalu agresif sampai tanpa sadar menerobos batas-batas privasi anak.

Sikap yang terakhir hanya akan membuat anak membentangkan jarak yang lebih lebar dengan orangtua sambungnya. Di satu sisi, orangtua sambung harus memiliki kepekaan ekstra. Di sisi lain, pasangannya wajib menceritakan hal-hal yang dianggap privasi oleh anak.

Baca Juga: 5 Alasan Seseorang Tidak Kunjung Menikah, Please Jangan Tanya Terus!

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya