TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Dasar Mengajarkan Kerapian ke Anak, Sabarnya Kudu Ekstra

Salah satu metode melatih kedisiplinan anak juga, nih!

ilustrasi berantakan (pexels.com/jonas-mohamadi-621232)

Tidak dapat disangkal, mengajarkan apa pun pada anak memang membutuhkan kesabaran ekstra. Kadang juga perlu mencoba berbagai trik khusus yang menyesuaikan dengan karakter anak.

Begitu juga dalam upaya mengajarkan kerapian. Sekalipun tak mudah, bayangkan jika anak tumbuh dengan kebiasaan berantakan dalam segala hal.

Kita sebagai orang tua tentu akan gemas melihatnya dan mengubah kebiasaannya itu tidaklah mudah. Maka dari itu, sedini mungkin kita harus mengajarkan kerapian padanya.

Dari mana kita harus memulainya? Yuk, coba ikuti sederet panduan berikut ini.

1. Merapikan tempat tidur

ilustrasi menata tempat tidur (pexels.com/tatianasyrikova)

Kalau belum apa-apa anak sudah diserahi tugas memasang seprai tentu ia akan kesulitan. Kita mulai dari yang gampang-gampang saja dulu, seperti menata bantal-bantal misalnya.

Anak mau melakukannya saja sudah harus kita apresiasi. Apalagi bila ia dapat menaruh setiap bantal dengan cukup rapi saja sudah bagus. Urusan memasang seprai biar kita yang melakukannya. Anak cukup melihat atau membantu menarik salah satu sisinya.

Baca Juga: 5 Akibat Menerapkan Metode Strict Parenting pada Anak Remaja

2. Menyimpan kembali mainan-mainannya

ilustrasi mengeluarkan semua mainan (pexels.com/keira-burton)

Mainan anak yang berantakan memang masalah sejuta keluarga, kok. Jadi, kita tidak perlu bersikap kasar pada anak agar ia selalu mau merapikannya. Nanti mood-nya berubah jelek dan justru sama sekali tidak mau melakukannya.

Tidak apa-apa kita masih membantu anak membereskan mainannya. Sebagai pendorong agar anak mau membereskan mainannya, kita bisa berkata tak akan mengganti mainannya jika ada yang hilang atau terselip.

3. Menata pakaian di lemari dan packing

ilustrasi packing (pexels.com/ketut-subiyanto)

Anak yang masih kecil tentu belum mampu untuk mencuci dan menyetrika pakaiannya sendiri. Akan tetapi, ini bukan berarti anak boleh bersikap tidak peduli.

Setelah kita atau asisten rumah tangga menyetrika pakaian-pakaiannya, minta anak untuk memasukkannya sendiri ke lemari atau rak. Ajari anak memisahkan baju dari celana dan yang lain agar mudah mencari setiapnya ketika hendak dikenakan.

Tentu, kita perlu menyediakan lemari atau rak pakaian yang terjangkau olehnya. Begitu pula saat kita hendak berlibur. Alih-alih kita yang menyiapkan seluruh pakaian anak, libatkan anak untuk menatanya sampai muat di dalam travel bag tanpa membuatnya kusut.

4. Membereskan peralatan belajarnya

ilustrasi mewarnai (pexels.com/ryutaro)

Inilah pentingnya tidak memforsir tenaga anak ketika belajar. Sebab setelah kegiatan belajar usai, ia masih memiliki kewajiban membereskan peralatan belajarnya dan menyiapkan apa saja yang besok akan dibawanya ke sekolah.

Sama seperti mainan, kalau sampai ada yang terselip, nanti anak bingung sendiri. Maka sebaiknya ia tahu di mana harus meletakkan setiap peralatan belajarnya.

5. Menata alas kaki selepas bepergian

ilustrasi melepas sepatu (pexels.com/kamaji-ogino)

Setelah pulang dari bepergian atau bersekolah, biasanya anak paling tidak sabar untuk masuk ke rumah. Akibatnya, sepatu atau sandal seperti sengaja ditendang sampai terlepas.

Mulai sekarang, anak harus belajar kebiasaan baru yaitu melepasnya dengan hati-hati dan meletakkannya di tempat yang seharusnya. Bagus jika ada rak sepatu. Bila tidak, anak cukup menatanya di dekat pintu.

Baca Juga: 5 Cara Menghentikan Rantai Toxic Parenting dalam Keluarga

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya