TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tabungan yang Perlu Disiapkan untuk Anak jika Rezeki Kita Longgar

Lihat kebutuhan anak 20 sampai 25 tahun lagi

ilustrasi diskusi dengan pasangan (pexels.com/RODNAE Productions)

Menjadi orangtua memang sama dengan mengambil tanggung jawab yang amat besar dalam kehidupan. Kita tidak cukup hanya membicarakan kehidupan bersama pasangan sampai tiba masa tua, melainkan juga wajib memikirkan masa depan anak-anak.

Oleh karena itu, menyiapkan dana darurat dan tabungan pensiun untuk diri sendiri belumlah cukup. Sejauh rezeki kita longgar, kelima tabungan buat anak di bawah ini juga perlu disiapkan sejak dini. Cek apa saja kegunaannya dan segera bicarakan dengan pasangan mumpung anak masih kecil.

1. Tabungan untuk pendidikannya

ilustrasi wisuda (pexels.com/RODNAE Productions)

Semua orangtua yang berharap anak bisa bersekolah setinggi mungkin bahkan melebihi tingkat pendidikan orangtuanya tak boleh berpikir dua kali untuk menyiapkan tabungan pendidikan. Menyisihkan penghasilan buat tabungan pendidikan memang kadang tak mudah.

Ada saja kebutuhan yang sepertinya lebih penting untuk saat ini. Namun, seiring bertambahnya jumlah anak, kita juga yang bakal kesulitan apabila tahu-tahu "ditodong" uang sekian guna biaya pendidikannya.

Belum lagi kalau di tengah perjalanan kita sempat kehilangan pekerjaan atau menghadapi ujian hidup lainnya. Jangan sampai pendidikan anak langsung terhenti karena kita tidak mengantisipasinya sejak awal.

Baca Juga: 5 Perbedaan Dana Darurat dan Tabungan, Lebih Penting yang Mana? 

2. Tabungan untuk kelak anak menikah

ilustrasi pesta pernikahan (pexels.com/Анна Хазова)

Sekalipun anak kita baru akan menikah setelah ia dan pacarnya bekerja, biaya pernikahan tidaklah murah. Bisa saja pernikahan dibuat sesederhana mungkin. Bahkan tanpa mengadakan pesta kalau memang tak ada anggarannya.

Hanya saja, pernikahan sengirit ini besar kemungkinan akan ditentang keluarga besan. Mereka, bahkan kita sendiri dan anak, bakal merasa malu seakan-akan ada yang ditutupi dari pernikahan tersebut. Pun pernikahan menjadi momen spesial bagi anak.

Sebisa mungkin sebagai orangtua, kita menyokong anak dari segi biaya. Tak harus penuh, tetapi paling tidak jangan sampai lepas tangan dan menyuruh anak memikirkan sendiri biaya pernikahannya. Kalau kita dapat membantunya, sebagian tabungan hasil anak bekerja jadi bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain selepas pernikahan.

3. Tabungan untuk anak membeli rumah pertama

ilustrasi membeli rumah pertama (pexels.com/Thirdman)

Sekarang saja kita telah merasakan sendiri beratnya perjuangan membeli rumah. Kenaikan penghasilan per tahunnya seperti tak sebanding dengan kenaikan harga properti. Nah, apabila kelak rezeki kita melimpah, apa salahnya membantu anak buat membeli rumah pertamanya?

Toh, selain untuk ditempati sendiri, rumah juga bisa menjadi instrumen investasi yang pasti menguntungkan di kemudian hari. Kalau membelikan satu rumah terasa berat, dengan tabungan berpuluh-puluh tahun kita mungkin dapat membantu membeli tanahnya atau mencukupi uang mukanya.

4. Tabungan untuk anak berinvestasi dan agar ia memiliki pendapatan pasif

ilustrasi menghitung pengeluaran (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kebiasaan berinvestasi perlu diajarkan dalam keluarga. Bukan dengan sekadar berteori melainkan langsung melibatkan anak begitu ia cukup dewasa. Misalnya, sekarang kita mampu membeli sebuah ruko mungil. 

Selama anak belum dewasa, hasil menyewakan ruko tersebut menjadi sumber pendapatan pasif kita sambil kita terus memperbanyak investasi. Kelak anak telah dewasa, kita dapat mengoper kepemilikan ruko tersebut pada anak. Jangan menunggu kita meninggal dunia dan menjadikannya warisan.

Sebab saat itu, barangkali anak telah mapan dan mampu hidup mandiri. Sokongan kita amat diperlukan anak ketika ia baru menapaki masa dewasanya serta belajar hidup sendiri. Apakah kita tega melihat anak bekerja terlampau keras hanya untuk penghasilan yang tak seberapa?

Baca Juga: Asuransi Pendidikan dan Tabungan Pendidikan, Apa Bedanya?

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya