Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Perempuan sering mengalami dilema terkait dengan mengasuh anak. Di satu sisi, sebagai seorang istri sekaligus ibu, kita ingin suami terlibat aktif dalam tugas ini. Namun ketika suami hendak menggantikan tugas kita mengasuh anak, malah kita yang tiba-tiba merasa tidak percaya.
Kita cemas suami melakukan hal-hal yang dapat membahayakan anak, seperti teledor ketika menemaninya bermain. Padahal sebagai seorang ayah, tentu saja ia juga punya naluri untuk melindungi anak.
Sudah waktunya nih, buat para istri belajar lebih memercayai pasangannya dalam pengasuhan anak. Jangan sedikit-sedikit kita memprotes cara suami ketika mengasuh anak. Berikut lima alasan pentingnya.
1. Kalau suami tak pernah diberi kepercayaan, dia malah kagok
ilustrasi pusing mengasuh anak (pexels.com/Ketut Subiyanto) Seperti disebutkan di awal, meski naluri untuk mengasuh biasanya lebih kuat dalam diri perempuan, bukan berarti pria tak memilikinya, lho. Apalagi naluri mengasuh anak sendiri, suami pasti juga merasakannya.
Hanya saja, bila belum terbiasa mengasuh, dia menjadi terlihat kaku dan mudah bingung. Namun, biarkan saja suami mendapatkan pengalaman pertamanya bersama anak.
Bila kita cepat-cepat mengambil anak darinya, kapan dia akan belajar cara mengasuh anak dengan lebih baik dan luwes? Kita sangat boleh memberinya instruksi, tetapi juga tak perlu terlalu cerewet. Nanti suami malah jadi panik dan takut mengasuh anak sendiri.
Baca Juga: 5 Keluhan Suami Ini Jarang Diketahui Istri, yuk Pahami Satu Sama Lain!
2. Agar anak mengenal dan merasakan kasih sayang dari kedua orangtua
ilustrasi keluarga kecil (pexels.com/Arina Krasnikova) Tentu saja ayah juga menyayangi anak. Oleh dasar itulah, ia bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan. Akan tetapi, bentuk kasih sayang berupa nafkah materi begini butuh waktu untuk dapat dimengerti anak dengan baik.
Anak yang masih kecil bahkan belum mengerti nilai uang dan berbagai kebutuhan. Akan lebih mudah baginya merasakan kasih sayang orangtua melalui kedekatan fisik dan komunikasi yang lancar. Ikut mengasuhnya adalah cara jitu agar anak merasakan cinta ayah sejak dini.
3. Anak perlu belajar tentang dunia ayah
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi bekerja sambil mengasuh anak (pexels.com/Andrea Piacquadio) Dunia ayah mencakup pekerjaan, hobi, teman-temannya, dan sebagainya. Penting untuk anak mengetahui hal-hal tersebut supaya wawasannya bertambah luas. Dengan anak mengenal pekerjaan ayah misalnya, ia menjadi terdorong mempunyai cita-cita.
Tak hanya itu, anak juga belajar perihal cara ayah mengatur waktu antara pekerjaan dengan mengasuhnya, jiwa kepemimpinan, dan banyak lagi hal lainnya. Tentu ini tak berarti ibu tak punya dunia serupa dunia suaminya yang perlu dikenal oleh anak.
Namun kian banyak yang bisa anak lihat dan pelajari tentang kehidupan kedua orangtuanya, kian baik pula untuk menunjang perkembangan intelektualitasnya. Ini berlaku untuk semua anak baik laki-laki maupun perempuan. Jadi, jangan cuma anak laki-laki yang dibolehkan ikut ayahnya terus.
4. Dengan peran ayah dan ibu, nilai-nilai lebih mudah ditanamkan ke diri anak
ilustrasi mengasuh anak (pexels.com/Ron Lach) Simak contoh berikut ini. Kita tidak tahu arah jalan menuju suatu tempat. Lalu kita bertanya pada seseorang. Jawaban dari satu orang saja kadang masih membuat kita kurang percaya.
Akan tetapi jika ada orang lain yang menunjukkan jalan yang sama, kita menjadi lebih percaya dan mantap mengikuti arahannya. Begitu pula yang dirasakan anak ketika kita mengajarinya berbagai nilai.
Kedua orangtua yang kompak membuat anak lebih mudah menerima nilai-nilai yang ditanamkan. Pun dengan kemampuan anak untuk berpikir kritis, kalau kita kesulitan menjawab pertanyaannya, suami dapat membantu menjelaskan.
Baca Juga: Apa Jadinya Jika Anak-anak Nonton Sinetron Tanpa Orangtua