TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Strategi Menguatkan Bonding antara Orangtua dengan Anak

Kurangi perintah, perbanyak diskusi dengan anak, ya

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Yan Krukov)

Adakah di antara kalian yang merasa tidak pernah bisa dekat orangtua? Gak pernah mampu menceritakan masalah-masalahmu pada mereka, jarang sekali ngobrol, bahkan jujur saja susah merasa kangen.

Bila kamu mengalaminya, sumber masalahnya kemungkinan besar ada pada bonding antara kamu dengan orangtuamu yang lemah. Bonding di sini artinya ikatan emosional antara orangtua dengan anak

Tentu kamu tidak menginginkan kelak anakmu mengalami hal yang sama denganmu, kan? Jangan khawatir, ada sejumlah cara untuk mencegahnya, kok. Baca sampai tuntas sekaligus untuk mengetahui penyebab lemahnya bonding antara kamu dengan orangtuamu.

1. Kurangi perintah, tambah diskusi

ilustrasi mengobrol dengan anak (pexels.com/Keira Burton)

Ada perbedaan nyata antara memberikan perintah versus mengajak anak berdiskusi. Memerintah adalah komunikasi satu arah dari orang yang memiliki posisi lebih tinggi kepada orang dengan posisi lebih rendah.

Perintah juga cenderung harus dilaksanakan. Jika orangtua terlalu sering memerintah anak; anak akan merasa kehilangan kebebasannya, tidak memiliki hak suara, dan tertekan. Berbeda kalau orangtua lebih kerap mengajaknya berdiskusi.

Contohnya, alih-alih memerintah anak untuk mengerjakan tugas rumah tangga, orangtua bisa mengatakan, "Banyak sekali yang harus dibereskan hari Minggu nanti. Ayah dan Ibu tidak akan bisa mengerjakan semuanya sendirian. Bisakah kamu membantu? Kalau bisa, ayo kita pikirkan pembagian tugasnya."

Dengan membiasakan diskusi dan mengurangi perintah, anak dapat mengungkapkan pendapatnya. Ini juga akan memancing inisiatifnya untuk mengambil peran dalam hal hal apa pun.

2. Sering-sering mengadakan sesi curhat

ilustrasi mengobrol dengan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Curhat bukan hanya kebutuhan remaja atau orang dewasa, lho. Anak-anak pun butuh mencurahkan isi hati mereka. Dan tentu saja, orangtua sebagai orang terdekatnya ialah sosok yang paling tepat untuk menjadi teman curhat anak.

Jangan hanya menunggu anak mendatangi orangtua dan mengatakan masalah atau perasaannya mengenai sesuatu. Anak perlu dipancing untuk berbicara. Caranya, dengan menanyakan kegiatannya hari ini dan teman-temannya.

Namun, itu saja belum cukup untuk mendorong anak bercerita lebih banyak. Orangtua juga perlu untuk curhat pada anak, tentu dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami olehnya.

Misalnya, ketika anak masih lebih akrab dengan kata 'nakal' ketimbang 'toksik'. Orangtua dapat menceritakan perihal teman kantor yang nakal. Dengan anak mendapati orangtua juga mau curhat padanya, bakal lebih mudah untuknya bersikap lebih terbuka pada orangtua.

Baca Juga: 5 Tips Melakukan Bonding Time dengan Anak dari Psikolog Anak-Remaja

3. Yuk, bercanda dengan anak

ilustrasi kumpul keluarga (pexels.com/Tatiana Twinslol)

Tidak ada gunanya menjadi sosok orangtua yang terlalu serius di depan anak. Keseriusan orangtua justru membuatnya tampak sebagai sosok yang menakutkan bagi anak, tidak aman untuk didekati.

Lain bila orangtua mampu bercanda dengannya. Candaan akan menghapuskan jarak antara orangtua dengan anak. Orangtua menjadi terlihat lebih mengasyikkan dan bersamanya tak ubahnya sedang bersama teman-teman. 

Bebaskan diri untuk tertawa bersama anak. Jika anak mampu tertawa bersama orangtua, artinya dia telah merasa sangat nyaman. Ia akan makin suka menghabiskan waktu dengan orangtua serta menceritakan apa saja.

4. Membangun kebersamaan melalui berbagai kegiatan

ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/RODNAE Productions)

Kegiatan untuk membangun kebersamaan dengan anak tak harus dengan berlibur, kok. Kalau waktu dan budget mepet, setiap kegiatan di rumah juga dapat dilakukan untuk membangun kebersamaan.

Seperti menonton film, berolahraga, atau memasak seperti dalam ilustrasi. Agar anak lebih antusias, biarkan dia memilih film yang akan ditonton atau makanan yang hendak coba dibuat. 

Bahkan sesimpel rebahan bareng di hari libur pun bakal berguna. Dengan catatan, orangtua dan anak jangan saling mendiamkan. Mengobrol dan curhat, seperti dalam poin 2 atau bercanda seperti poin 3. 

5. Berteman dengan kawan dari anak-anakmu

ilustrasi sekelompok remaja (pexels.com/Min An)

Sudah pasti ada waktunya anak hanya ingin bersama-sama temannya. Jadi, orangtua juga tak perlu seperti pengawal yang terus mengikutinya ke mana pun. Hanya saja, orangtua harus tetap mengenal teman-teman anak dan bersikap ramah pada mereka.

Bukan malah pasang muka angker saban mereka main ke rumah. Nanti anak lebih suka menemui mereka di luar dan orangtua menjadi sama sekali tak tahu kegiatan apa saja yang mereka lakukan.

Bercakap-cakaplah dengan teman-teman anak. Jangan lupa, sesuaikan topiknya dengan usia mereka dan hal-hal yang sedang menjadi tren. Kalau perlu, sesekali ikut mereka nge-game. 

Baca Juga: 5 Alasan Orangtua Gak Boleh Bertengkar di Depan Anak-anak

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya