TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kiat Menumbuhkan Sikap Resilien pada Anak agar Lebih Tangguh 

Diperlukan di tengah kehidupan yang tak menentu

ilustrasi anak berlari (pexels.com/Pixabay)

Hidup berjalan sangat dinamis. Bak roda berputar, terkadang kita berada di titik teratas, namun ada kalanya juga kita bergerak di titik terbawah. Hal itu tentu saja tak bisa dihindari. Agar bisa menghadapi segala tantangan dengan baik, kita membutuhkan sikap resilien.

Resiliensi ialah kemampuan untuk menyesuaikan diri saat dihadapkan dengan masalah. Ini membantu kita untuk tetap bangkit walau sedang terpuruk. Nah, faktanya, kemampuan ini bisa dilatih sejak masih kanak-kanak.

Sayangnya banyak orangtua merasa tak tega jika harus membiarkan anak pada situasi yang kurang menguntungkan. Padahal sikap ini sangat penting di tengah kehidupan yang berkembang pesat. Lantas bagaimana tips menanamkan resiliensi pada anak? Simak informasinya berikut ini, ya!

1. Dorong anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya

ilustrasi anak-anak bermain (unsplash.com/Fabian Centeno)

Menempatkan anak pada lingkungan sosial membantu mereka mengembangkan kemampuan beradaptasi yang baik. Melalui interaksi dengan teman sebaya, dia akan memelajari banyak hal yang nantinya menjadi fondasi untuk kemampuan sosialnya di masa mendatang.

Jika anak tampak kesulitan bergaul dengan teman sebaya, coba tanyakan hambatan apa yang dia hadapi. Bantu dia dengan memikirkan solusi dan strategi yang tepat. Selain itu, jangan paksakan anak jika dia sedang tidak mood. Hal ini justru akan menciptakan pengalaman yang tak menyenangkan untuknya.

Baca Juga: 5 Tips Atasi Anak Mengalami Gagap, Orangtua Wajib Paham

2. Buat rutinitas harian 

ilustrasi keluarga belajar bersama (pexels.com/Annushka Ahuja)

Secara alami, anak-anak menyukai keteraturan. Melakukan rutinitas harian menjadi salah satu hal yang bisa diterapkan. Hal ini sekaligus melatih kedisiplinan pada anak, lho. Karenanya, coba susun jadwal yang sesuai dengan kegiatan anak sehari-hari. Jangan lupa libatkan anak selama proses penyusunannya.

Atur waktu untuk bersekolah, belajar di rumah, bermain, dan berinteraksi dengan keluarga. Sebagai orangtua, kita juga harus tegas dalam menerapkan rutinitasnya. Ingat, anak merupakan peniru ulung. Jadi kita perlu memberikan contoh yang baik agar dia mau melakukannya.

3. Bantu anak memecahkan masalah

ilustrasi keluarga (pexels.com/Gustavo Fring)

Banyak orang mengira anak belum cukup mampu untuk memecahkan masalahnya sendiri. Karenanya para orangtua akan menyelesaikan masalah tersebut tanpa melibatkan anak. Selain itu, tak sedikit orang menyepelekan permasalahan yang dihadapi anak.

Padahal bisa saja masalah tersebut mengganggunya bahkan pada tingkat yang membahayakan kondisi mentalnya. Alih-alih menganggap remeh, orangtua seharusnya melatih kemampuan pemecahan masalah pada anak. Misalnya dengan melakukan brainstorming dengan anak.

Contoh sederhana yang bisa diterapkan ialah berdiskusi soal baju yang akan dikenakan, kegiatan ekstrakurikuler yang akan diikuti, atau mendorong mereka membersihkan mainan setelah digunakan. Meski tampak sepele, hal-hal kecil ini sangat krusial baginya.

4. Validasi perasaan anak

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Tak bisa dimungkiri, anak juga bisa merasakan emosi layaknya orang dewasa. Dia bisa merasa bahagia, sedih, kecewa, dan marah. Emosi ini sama nyatanya dengan yang dialami kita sebagai orang dewasa. 

Penting bagi orangtua untuk memberikan label untuk setiap emosi yang dirasakan anak. Bantu mereka mengidentifikasi pemicunya. Jelaskan juga bahwa it's okay untuk merasakan emosi tersebut. 

Buat dia nyaman dengan memberikan bahasa tubuh tertentu, seperti menggenggam tangannya, atau mengelus pundaknya. Ini bisa membantu mereka untuk lebih tenang dan terbuka dengan orangtuanya.

Baca Juga: 6 Hal yang Boleh dan Dilarang Berlebihan Kamu Ceritakan ke Orangtua 

Verified Writer

Nadhifa Aulia Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya