TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Aturan yang Perlu Diperhatikan Orangtua Saat Harus Menghukum Anak

Jangan sampai kesalahan memberi hukuman disesali setelahnya

pexels.com/Josh Wilink

Memperbaiki perilaku anak yang salah adalah tugas semua orangtua. Kebanyakan orangtua percaya kalau memberi hukuman pada anak bisa membuatnya jera dan tidak lagi mengulangi perbuatan buruknya. Pendapat ini memang benar, tapi gak selamanya harus begitu. 

Bentuk hukuman yang seringkali kita lihat di lingkungan adalah orangtua yang membentak, memukul dan mengancam anak. Tapi apakah hasilnya efektif? Boleh-boleh saja memberi hukuman pada anak dalam rangka mendidik sedari kecil, sebab hukuman yang tepat juga menjadi bagian dari bentuk pendisiplinan anak. Tapi, yuk perhatikan dulu beberapa aturan berikut!

1. Hindari menghukum anak saat amarah sedang meluap

unsplash.com/Shelby Deeter

Kedengarannya memang gak realistis, tapi aturan inilah yang benar. Antara amarah dan hukuman, keduanya gak boleh dicampurkan. Kadang tingkah anak memang bikin orangtua hilang kesabaran, tapi menghukum anak saat marah mengajarkan mereka bahwa hukuman adalah suatu bentuk pembalasan. Untuk mematahkan anggapan ini, orangtua harus meredakan dulu amarah sebelum menghukum anak.

Pergi saja sejenak ke luar rumah atau alihkan pada aktivitas yang bisa mengurangi rasa marah, baru kemudian menghadapi perilaku buruk si kecil. Tujuan hukuman adalah mengajari anak supaya mau mengubah perilaku menjadi lebih baik di kemudian hari, bukan agar kedua belah pihak impas dengan saling "menyakiti". Terkadang, keputusan yang diambil saat amarah meluap bisa menjadi keputusan yang disesali setelahnya.

2. Jangan bikin anak malu dengan memberi hukuman di depan teman-temannya

unsplash.com/Jordan Whitt

Hukuman yang tepat itu tidak dengan cara mempermalukan, merendahkan atau menghina anak. Saat anak dibuat malu di depan teman-temannya, dalam diri anak bakal timbul perasaan negatif yang tidak sehat. Anak juga bakal menilai orangtuanya sebagai sosok yang jahat. Tujuan hukuman adalah memberi tahu anak kalau perilakunya salah.

Tahan dulu emosi untuk memarahi anak secara spontan. Ajaklah ia menjauh dari kawan-kawannya, baru kemudian bicarakan baik-baik tentang kesalahan dan hukuman apa yang pantas diberikan sebagai peringatan.

Baca Juga: 5 Alasan Orangtua Tak Harus Mengiyakan Anak yang Minta Pindah Sekolah 

3. Hukuman yang berhasil memberi efek jera adalah hukuman yang tidak berulang-ulang

unsplash.com/Bruno Nascimento

Hukuman yang berhasil adalah hukuman yang gak diperlukan berkali-kali. Banyak orangtua yang salah mengambil sikap karena lebih fokus pada bentuk hukuman daripada perilaku buruk anak. Membentak, mengancam bahkan memukul sering dianggap sebagai hukuman yang baik.

Padahal saat perilaku buruk anak gak berubah meski sudah dihukum berkali-kali, berarti hukuman itu gak berjalan efektif dan harus diganti dengan bentuk hukuman yang lain. Orangtua harus bisa membedakan mana hukuman yang mendidik dan mana hukuman yang hanya jadi bentuk pelampiasan dalam melepas kemarahannya.

4. Bersikaplah tegas dan tetap konsisten dengan aturan hukuman

unsplash.com/Jason Rosewell

Kebanyakan para ibu mengeluh karena perintahnya seringkali gak digubris oleh anak. Kenakalan atau perilaku buruk masih terulang meski hukuman sudah diberikan. Ternyata, faktor yang mempengaruhi hal itu adalah karena kurangnya ketegasan dan konsistensi dalam memberi hukuman. Orangtua hanya menghukum sesuai dengan keinginan saja. 

Saat anak kembali melakukan sikap buruk yang sama, orangtua kadang menyerah dan membiarkannya dengan alasan hukuman tidak berhasil. Padahal, bagaimana pun kondisinya, cobalah untuk tetap konsisten dengan aturan hukuman yang sudah disepakati bersama anak. Ketegasan ini bakal melatih anak untuk mau berubah.

5. Supaya mudah konsisten, pilih bentuk hukuman yang gak bikin repot

unsplash.com/Sai De Silva

Supaya lebih mudah konsisten, pilihlah bentuk hukuman yang mudah dan gak memberatkan pekerjaan. Misalnya, orangtua melarang anak bermain game dengan cara memindahkan semua perlengkapan game berikut kabel-kabel dari kamar anak setiap kali ia bersikap buruk. Karena cukup merepotkan, orangtua kadang membiarkan anak tetap bermain game padahal sikap buruknya kembali terulang.

Kenapa gak titipkan saja perlengkapan game anak ke rumah neneknya untuk sekian waktu? Selain orangtua gak repot memindahkan peralatan game berulang kali, anak juga bakal lebih jera. Carilah bentuk hukuman yang lebih praktis namun membekas pada anak karena konsistensinya.

6. Beri pemahaman pada anak bahwa hukuman adalah bentuk kepedulian, bukan pembalasan

unsplash.com/Eye for Ebony

Jangan sekadar memberi hukuman lalu meninggalkan anak begitu saja. Orangtua perlu memberi pemahaman kalau mereka bukanlah musuh bagi anak, mereka justru ingin membimbing dan memberi yang terbaik sebagai bentuk kepedulian. Bilang kalau hukuman itu justru tanda sayang. 

Mungkin anak bakal merespon dengan jawaban yang bikin jengkel, tapi orangtua cukup memberi penjelasan saja, gak perlu berdebat dan bertele-tele, sebenarnya anak bisa paham kok!

Baca Juga: 5 Hal yang Sering Menyakiti Hati Anak, Orangtua Wajib Tahu!

Verified Writer

Nita Nurfitria

Hai !

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya