TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jarang Disadari, 5 Tanda Ibu dengan Perilaku Misogini Internal ke Anak

Anaknya sendiri dianggap pesaing!

cw.com.tw

Kamu mungkin sering mendengar ketidak-akuran antara ibu dan anak perempuannya. Biasanya, ketidak-akuran ini tidak sampai membuat keduanya berada dalam persaingan.

Namun, berbeda dari hubungan antara ibu yang memiliki misogini internal dengan anak perempuannya. Perdebatan dan ketidaksetujuan dari keduanya tidak lagi menjadi sesuatu yang lazim dan sehat. Jika mengacu pada narasi populer, beragam media biasa menyebutnya sebagai internalized misogyny.

Menurut info.umkc.edu, misogini internal atau internalized misogyny adalah sikap perempuan yang meremehkan dan mengatur bagaimana perempuan lain seharusnya bertindak, karena merasa bahwa gendernya inferior. Kita semua perlu tahu, ini 5 tanda ibu dengan misogini internal pada anak perempuannya!

1. Ibu dengan misogini internal melihat anak perempuannya sebagai pesaing

aminoapps.com

Sikap misoginis yang ditunjukkan sesama perempuan tidak kalah menyebalkan dari yang dilkakukan oleh laki-laki. Seorang ibu yang memiliki misogini internal tidak bisa saling mendukung secara sehat pada sesama perempuan. Tidak terkecuali pada anaknya, perempuan misoginis akan menganggap anak perempuannya sendisi sebagai ancaman. Ia takut bahwa pusat perhatian direbut oleh anaknya dan takut tersaingi dalam hal apapun.

Bisa jadi ia mungkin bangga dengan prestasi anaknya, tapi tidak ingin anaknya melebihinya dan mendapat spotlight dari orang lain. Dalam hal fisik sekalipun, ibu dengan misogini internal tidak bisa memberikan afirmasi positif tentang ketubuhan. Sangat mungkin baginya untuk tidak mendukung anaknya dalam mempercantik diri karena tidak mau merasa tersaingi.

2. Gemar menjatuhkan anak perempuannya

aminoapps.com

Seorang ibu yang memiliki misogini internal juga gemar mengejek bentuk tubuh, gestur, cara bicara intonasi, dan sebagainya. Hal ini dilakukannya agar anaknya selalu merasa kurang sebagai perempuan. Berbeda dengan kritik, penjatuhan yang dilakukannya bersifat menyerang pribadi anaknya secara langsung.

Misalkan menggunakan kata-kata:

  • "Kamu ini perempuan kurus banget kayak tikar, gak enak dilihat nanti!"
  • "Jadi cewek jangan item-item nanti gak ada yang mau sama kamu!"

Ibu seperti ini juga sering menghina anaknya karena dianggap kurang feminin ala stereotip yang dilekatkan pada perempuan. Mulai dari gaya berpakaian, selera musik, sampai gestur, dan ekspresi wajah, semuanya harus sesuai dengan ideal perempuan dalam pikirannya. Dalam pikiran seorang ibu yang misoginis, gambaran perempuan domestik lah perempuan yang ideal. Jadi, ia akan sulit menerima anak perempuannya apa adanya.

Baca Juga: 5 Tanda Jika Toxic Positivity Bisa Pengaruhi Keadaan Mental Seseorang!

3. Alih-alih mendukung, ibu dengan misoginis internal selalu membuat anaknya merasa kurang baik dalam hal apapun

joonni.com

Masih sedikit berhubungan dengan poin sebelumnya, dikarenakan sikap yang gemar meremehkan, anak perempuan dari perempuan misoginis akan selalu merasa kurang dan buruk dalam banyak hal. Ibu dengan sikap misoginis ini juga akan selalu memaksakan apa yang ia anggap ideal terhadap anaknya.

Sebetulnya, sikap ibu misoginis yang toksik seperti ini adalah bentuk rasa tidak aman dari dirinya sendiri. Ia tidak ingin anak perempuannya lebih baik dari dirinya sehingga sengaja menjatuhkan mental anaknya di balik sikap 'seakan-akan memberi kritik'.

4. Meremehkan anaknya namun juga iri

joonni.com

Karena ia melihat dirinya lebih baik daripada perempuan lain, perempuan misoginis akan sangat mudah mencela bentuk tubuh, sikap, keputusan, dan apapun yang dilakukan perempuan lain. Pada anaknya sendiri, ia akan sangat gemar meremehkan pilihan anaknya bahkan pada hal terkecil sekalipun, misalnya selera baju.

Anehnya, sikap meremehkan tersebut juga terkadang disertai dengan rasa iri. Jadi, rasa iri tersebut terkadang ditutupi dengan sikap meremehkan agar dirinya tampak lebih baik dari yang lain. Ibu semacam ini juga tidak akan memuji perempuan lain dengan cuma-cuma, selalu ada imbuhan 'tapi' di belakangnya.

Baca Juga: Dear Parents, Jangan Jadi Toxic, Hindari Katakan 6 Kalimat Ini!

Verified Writer

Novia Aisyah

Some Scandinavian thoughts addict

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya