TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cara Melatih Manajemen Amarah pada Anak, Perlu Tetapkan Konsekuensi?

Orangtua wajib tahu!

ilustrasi anak marah (pexels.com/mohamed abdelghaffar)

Ketika harus berhadapan dengan anak yang marah, banyak orangtua merasa sulit untuk tenang. Meskipun itu adalah emosi yang normal dialami setiap orang, tapi jika dibiarkan itu akan membuat anak berubah menjadi pembengkang, gak hormat, agresif, dan melampiaskan amukan-amukan ketika ia gak tahu cara menghadapi emosinya tersebut.

Agar terhindar dari dampak-dampak buruk tersebut, berikut ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk melatih manajemen amarah anak. Yuk, simak dan perhatikan!

1. Kenali penyebab kemarahan

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Tara Winstead)

Bethany Cook, psikolog klinis, dilansir dari Purewow, mengatakan, anak-anak, terutama yang masih kecil, mungkin kesulitan mengungkapkan kemarahannya dengan bahasa. Ia mungkin akan berteriak dan menangis histeris saat merasakan kemarahan terhadap sesuatu. 

Pada awalnya mungkin kamu merasa bingung frustasi karena, anakmu gak memberi tahu alasan kemarahannya. Alih-alih memberikan banyak pertanyaan padanya, cobalah untuk lihat situasi sekitar, cari tahu kira-kira apa yang jadi penyebab kemarahan anakmu, dan bertanyalah dengan lembut.

Dr. Cook memberikan contoh, katakanlah misalnya, kamu memperhatikan bahwa anakmu sedang menyusun puzzle, tapi tiba-tiba potongannya mulai berhamburan dan jeritan tangis pun mulai terdengar. Kamu bisa mencoba pertanyaan dengan nada yang halus supaya anakmu merasa terhibur dan gak sendirian.

"Apakah kamu merasa frustasi karena gak tahu bagian mana yang ada di sini? Mama sering merasa frustasi seperti itu sebelumnya, ada yang bisa mama bantu?" ujar Dr. Cook.

2. Ajari anak melabeli perasaannya

ilustrasi anak menangis (pexels.com/ Jep Gambardella)

Karena anak-anak belum bisa mengenali emosi dan mengontrol perilakunya, maka cobalah untuk ajari ia cara melabeli perasaan. Sehingga, dia bisa mengungkapkan perasaan marah, frustasi, dan kecewa. Amy Morin, psikoterapis, mengungkapkan, cobalah katakan, "merasa marah boleh saja, tapi gak boleh memukul." Bantu ia agar bisa mengendalikan tindakannya saat marah.

"Berbicara tentang perasaan sering dan dari waktu ke waktu membantu anak-anak belajar cara mengenali perasaan mereka dengan lebih baik," ujar Morin.

Agar anak bisa mengendalikan kemarahannya, bantulah ia untuk cari tahu alasan di balik kemarahannya. Terkadang perasaan ini bisa muncul dari ketidaknyamanan seperti sedih atau malu. Dan dia memilih untuk marah karena ini adalah cara termudah untuk menutupi rasa sakit yang dirasakannya.

Baca Juga: [QUIZ] Berdasarkan Usiamu, Kami Tahu Manajemen Stres Terbaik untukmu

3. Tetapkan aturan kemarahan dan ajari cara mengatasinya

ilustrasi ibu dan anak perempuan (pexels.com/Alex Green)

Cara terbaik melatih manajemen amarah pada anak adalah, ajari ia cara menghadapi emosi. Karena, gak jarang banyak anak yang berperilaku agresif seperti merusak barang, memukul, dan berteriak saat sedang marah. Morin menjelaskan, aturan kemarahan harus berpusat pada perilaku hormat terhadap orang lain.

Kamu bisa mengajarinya cara latihan pernapasan agar ia bisa merasa lebih tenang saat marah. Atau, bisa juga menggunakan cara lain seperti menggunakan musik yang menenangkan, memberinya buku mewarnai dan krayon, dan sebagainya. 

"Juga, ajarkan keterampilan pemecahan masalah sehingga anak-anak belajar cara mengenali bahwa, mereka dapat memecahkan masalah tanpa menggunakan agresif. Bicara tentang cara menyelesaikan konflik secara damai," kata Morin.

4. Tawarkan konsekuensi jika dibutuhkan

ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/August de Richelieu)

Jika anakmu sudah bisa memahami tentang konsep konsekuensi, maka cara ini juga bisa dilakukan. Namun, sebelumnya anakmu harus sudah paham betul mengenai aturan kemarahan yang telah kalian sepakati.

Morin mengungkapkan, beri anakmu konsekuensi positif jika mereka mengikuti aturan kemarahan, dan konsekuensi negatif saat melanggarnya. Konsekuensi positif seperti memberi penghargaan, dapat memotivasi seorang anak untuk menggunakan keterampilan manajemen amarahnya.

Lalu, berikan ia konsekuensi negatif seperti kehilangan hak istimewa saat gak bisa mengendalikan amarahnya. Tapi, perlu diingat buat gak melakukan tindakan fisik seperti mencubit atau berteriak pada anak. Karena hal tersebut berisiko memicu trauma di masa depan.

Baca Juga: Emosi Adalah: Pengertian, Jenis dan Cara Kerja Emosi

Verified Writer

Nurkorida Aeni

Mari berteman!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya