TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kesalahan Parenting yang Menyebabkan Anak Menjadi Pembully, Catat!

Pentingnya bagi orangtua untuk memperhatikan gaya parenting

ilustrasi bullying (unsplash.com/@z734923105)

Semua orangtua tentunya mengharapkan hal yang terbaik bagi anak-anaknya meski pada kenyataannya terkadang karakter yang dimiliki anak bisa berbeda-beda. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak hal, termasuk salah satunya pola asuh atau parenting.

Kesalahan dalam parenting dari orangtua ternyata dapat membawa dampak yang kurang baik pada anak. Salah satu dampak tersebut adalah dapat menyebabkan anak menjadi pelaku bully bagi teman-teman sebayanya. Hal ini tentunya menjadi sesuatu yang tidak ingin terjadi bagi semua orangtua. Oleh sebab itu, orangtua harus tahu beberapa kesalahan parenting berikut ini yang dapat menyebabkan anak menjadi pelaku bully.

1. Terlalu memanjakan anak

ilustrasi ayah dan anak (unsplash.com/@nate_dumlao)

Kesalahan yang pertama adalah apabila orangtua terlalu memanjakan anak dalam berbagai hal. Memanjakan yang dimaksud adalah secara materi ataupun kasih sayang. Segala sesuatunya tentu harus memiliki porsi yang tepat sehingga tidak sampai terkesan berlebihan.

Anak-anak yang terlalu dimanjakan oleh orangtuanya akan tumbuh menjadi pribadi yang selalu merasa superior. Hal ini juga akan berpengaruh pada sikap anak kepada teman-teman sebayanya sehingga mudah untuk melakukan perundungan.

Baca Juga: 5 Dampak Buruk Konten Pornografi bagi Anak, Bisa Picu Kekerasan Seks

2. Berkata kasar pada anak

ilustrasi mengumpat (unsplash.com/@usmanyousaf)

Satu hal yang perlu orangtua perhatikan pada saat berinteraksi dengan anak adalah manajemen emosi. Ada banyak orangtua yang tidak mampu mengontrol emosinya sehingga kemudian melakukan hal-hal yang tidak-tidak pada anak. Salah satunya adalah dengan mengucapkan kata-kata kasar ataupun merendahkan anak sendiri.

Meskipun hanya melalui ucapan verbal, dampaknya bisa sangat luar biasa pada anak. Apalagi, anak akan meniru segala sesuatu yang dilakukan oleh orangtuanya, termasuk kekerasan verbal tersebut. Hal inilah yang kemudian akan membentuk pribadi anak menjadi sosok yang temperamen dan mudah membully orang lain.

3. Menormalisasi kekerasan

ilustrasi anak marah (pexels.com/@moh-adbelghaffar)

Kerap kali banyak orangtua yang masih belum memahami bagaimana membantu anak untuk menyelesaikan masalahnya dengan teman sebaya. Tidak jarang banyak orangtua yang kemudian menormalisasi kekerasan apabila anak memperoleh tindakan pemukulan atau hal lain yang melibatkan fisik.

Padahal, sebetulnya dukungan pada anak untuk melakukan kekerasan seperti itu merupakan contoh yang tidak baik. Justru anak-anak akan merasa bahwa kekerasan merupakan hal wajar, lalu menormalisasi segala tindak pembullyan terhadap teman sebayanya.

4. Sulit memvalidasi perasaan anak

ilustrasi anak kecil (pexels.com/@sunbaelegacy)

Salah satu hal sederhana yang juga sulit untuk dilakukan orangtua adalah melakukan validasi terhadap perasaan anak. Kadang kala mungkin anak sering bercerita mengenai keluh kesahnya tentang beragam hal sehingga mengharapkan reaksi yang positif dari orangtuanya. Sayangnya, tak semua orangtua dapat memberikan reaksi yang diharapkan sehingga terkesan menghakimi anak.

Banyak orangtua yang tidak setuju apabila anak-anaknya merasa sedih sebab dianggap terlalu lemah. Hal seperti itu juga dapat menyebabkan anak tidak mampu memvalidasi perasaannya sendiri. Dampaknya, anak juga akan kesulitan dalam memvalidasi perasaan orang lain apabila sampai melakukan pembullyan terhadap mereka.

Baca Juga: Marahi Pembully Anaknya, Seorang Ibu Malah Dihajar hingga Tewas

Verified Writer

Tresna Nur Andini

Terima kasih sudah membaca tulisan saya | Seorang penulis biasa yang gemar berdiskusi. Mari berteman melalui ig : @tresnajaa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya