TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bukan Cuma Ibu, Ayah Juga Bisa Menderita Depresi Pasca-persalinan

Sedihnya, kondisi ini jarang disadari oleh ayah sendiri

miss7mama.24sata.hr

Istilah postpartum depression atau depresi pasca-persalinan, identik dilekatkan pada kondisi psikologi ibu yang baru melahirkan. Kondisi ini berarti ibu terus menerus cemas pada kondisi bayi, tidak bahagia, susah tidur, susah berkonsentrasi, bahkan parahnya menolak kehadiran bayi tersebut. Jika dibiarkan, kondisi ini akan punya efek yang besar pada kondisi kesehatan psikologis ibu.

Nyatanya, bukan cuma ibu yang bisa terkena depresi pasca-persalinan. Bagi ayah baru, terlebih lagi jika ini kelahiran anak pertama, juga rentan terkena depresi pasca-persalinan. Sedihnya lagi, ayah dipaksa kuat supaya bisa ikut membantu dan menopang beban ibu. Karena terpaksa itulah, kondisi depresi pasca-persalinan di ayah ini jarang disadari, bahkan oleh dirinya sendiri.

Berikut fakta mengenai depresi pasca-persalinan yang bisa saja terjadi pada ayah. Jika dibiarkan, efek kesehatan psikologisnya juga sama dengan ibu lho.

1. Apa itu depresi pasca-persalinan bagi ayah?

pexels.com/Robin Mitchell

Dilansir dari Parents, sebanyak satu dari 10 ayah baru, sangat mungkin sekali terkena depresi pasca-persalinan. Karena jumlahnya yang sedikit ini, gak heran kalau depresi sangat jarang terdeteksi dan tenaga profesional lebih fokus ke kondisi psikologi ibu.

Depresi pasca-persalinan menyerang setiap ayah dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang sudah merasakan gejalanya semenjak kehamilan istri, ada yang baru saja merasakan pada saat anak lahir atau pada saat minggu pertama anak pulang dari rumah sakit. Bahkan bisa saja setelah satu bulan anak lahir.

Depresi pasca-persalinan pada ayah ini punya gejala yang sama dengan ibu. Namun sayangnya, kondisi ini cenderung ditiadakan karena kritik sosial yang mengatakan bahwa menjadi ayah harus kuat dan harus bisa membantu ibu yang baru saja melahirkan. Karena itu tidak heran ayah cenderung mengabaikan kondisi ini dan bertahan demi kesehatan ibu dan anaknya.

2. Penyebab depresi pasca-persalinan pada ayah

rawpixel.com/McKinsey

Depresi pasca-persalinan pada ayah bisa menyerang siapa pun, termasuk ayah yang tadinya semangat menyambut kehadiran calon anggota keluarga yang baru. Hal ini karena kenyataan yang mendadak 'menampar' mereka setelah kelahiran bayi, seperti tanggung jawab baru dan hal lainnya. Berikut pemicu kondisi depresi pasca-persalinan pada ayah yang dilansir dari Baby Center:

  • Rasa takut tidak bisa menjadi ayah yang sempurna.
  • Masalah finansial dengan bertambahnya satu orang lagi dalam tanggung jawabnya.
  • Tekanan untuk menjadi ayah yang datang dari keluarga besar.
  • Rasa takut hubungan dengan istri yang bisa terganggu.
  • Kurang tidur dan waktu sendiri.
  • Ikut merawat istri yang juga sedang menderita depresi pasca-persalinan.

Perlu diingat, depresi pasca-persalinan bukanlah karena ayah secara karakter tidak mampu jadi 'ayah'. Bukan berarti juga ayah tidak bisa menyayangi anaknya yang baru lahir. Justru karena dia terlalu sayang, sehingga dia takut tidak bisa menjadi ayah yang sempurna. Hal ini terbawa dalam pikirannya sehingga memicu kondisi depresi pasca-persalinan.

Baca Juga: 5 Tips yang Harus Ibu Baru Ingat Supaya Terhindar dari Baby Blues

3. Tanda depresi pasca-persalinan pada ayah

stillwaterschools.org

Sebenarnya, tanda depresi pasca-persalinan pada ayah itu hampir sama dengan ibu. Namun mendeteksi tandanya itu yang masih jadi tantangan. Hal ini karena banyak ayah cenderung menutupi atau mengabaikan gejala yang dirasakan.

Stigma yang ada di masyarakat cenderung meminta ayah untuk tabah dan lebih kuat dalam menghadapi sesuatu. Seorang laki-laki juga jarang mau menceritakan perasaanya ke orang lain. Akibatnya, ayah tidak punya wadah untuk berbagi perasaannya. Berbeda dengan ibu yang bisa dengan mudah berteman dengan sesama ibu yang mengalami hal sama.

Belum lagi dengan perubahan zaman seperti sekarang ini, di mana tekanan sosial semakin tinggi, dan apalagi jika status pekerjaan suami jauh lebih rendah pendapatannya daripada istri, sangat tinggi sekali kemungkinan terjadinya depresi pasca-persalinan pada ayah. Berikut tanda munculnya depresi pasca-persalinan pada ayah, semua ini dimulai dari rasa stres terlebih dahulu.

  • Muncul kebiasaan tak sehat yang tak biasa dilakukannya.
  • Selalu berpikir negatif soal keluarganya.
  • Kehilangan gairah seks, baik pada pasangan atau hal lainnya.
  • Mudah marah, sedih, menangis, dan tersinggung.
  • Menghindari interaksi sosial dengan keluarga, tetangga, atau rekan kerja, bahkan mencari alasan untuk tidak pulang rumah.
  • Perubahan pola makan (bisa jadi tidak makan atau bahkan lapar terus) dan tidur.
  • Mudah terserang penyakit seperti sakit kepala dan masalah pencernaan.
  • Ada kecenderungan untuk bertindak kasar.
  • Sering menyalahkan diri sendiri untuk semua hal, bahkan hal yang tidak dilakukannya.

Untuk para ayah, atau para istri yang melihat suami mulai mengeluarkan tanda ini satu per satu, jangan diam saja dan mengabaikannya. Apalagi, meminta ayah untuk menjadi pribadi yang lebih tegar dan sabar. Bukan seperti itu penanganan depresi pasca-persalinan pada ayah. Meredam emosinya tidak akan menyelesaikan masalah, justru malah memperburuknya.

4. Depresi pasca-persalinan pada ayah juga dapat berakibat pada bayi lho!

directadvicefordads.com.au

Bukan cuma kesehatan mental ibu yang penting untuk perkembangan bayi, kesehatan mental ayah ternyata juga. Dilansir dari Psychology Today, perkembangan bayi yang ayahnya menderita depresi pasca-persalinan, dipastikan memiliki perkembangan emosional, sosial, dan perilaku yang jauh lebih terlambat dari anak pada umumnya

Psychology Today juga menambahkan, anak dari ayah yang depresi pasca-persalinan juga akan cenderung jadi pribadi yang pemalu, atau bahkan kasar. Terutama jika anak laki-laki, dia akan mencontoh kebiasaan ayahnya yang kasar tersebut.

Selain itu, ayah yang depresi juga sangat lebih mungkin untuk menggunakan kekerasan untuk mendisiplinkan anaknya. Yang di mana bagi perkembangan mental anak, kekerasan bukanlah hal yang baik.

Nct.org juga menambahkan, depresi pasca-persalinan juga mengganggu antara hubungan ayah dan ibu. Ayah dan ibu jadi semakin jarang berbicara satu sama lain. Sekali pun berbicara, pasti nadanya negatif. Padahal hubungan ayah dan ibu yang harmonis itu juga penting sekali untuk perkembangan bayi lho.

Baca Juga: Gak Hanya Ibu, Baby Blues Ternyata Juga Rentan Menyerang Ayah Lho!

Verified Writer

Winnie Hw

We like to party, yeah yeah yeah~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya