TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cara Tingkatkan Kesehatan Mental Anak, Orang Tua Wajib Tau

Pandemi memperburuk kesehatan mental anak

ilustrasi anak-anak (pexels.com/Samer Daboul)

Kesehatan mental pada anak sangat penting untuk diperhatikan. Terlebih pada masa-masa COVID-19 melanda. Kebijakan lockdown yang mengharuskan penutupan sekolah dan tempat-tempat umum lainnya berpengaruh sangat besar bagi kesehatan mental anak sampai usia remaja.

Berdasarkan data UNICEF yang dimuat dalam jurnal Clinical Epidemiology and Global Health, Volume 12 edisi Oktober–Desember 2021 menunjukkan menunjukkan bahwa 57 persen remaja Indonesia juga menghadapi masalah ekonomi karena pekerjaan orang tua mereka terpengaruh. Ketidak pastian ekonomi dan stres memperburuk kekerasan dalam rumah tangga.

Sumber lain menemukan bahwa mayoritas responden muda mengalami tekanan untuk tetap produktif, stres dan kurang konsentrasi selama pembelajaran online, serta perasaan tidak nyaman seperti mudah tersinggung, marah, atau kesal. Berikut adalah lima cara yang bisa dilakukan agar kesehatan mental anak meningkat, dilansir Psychology Today. 

Baca Juga: 5 Cara Tingkatkan Kesehatan Mental yang Patut Dicoba

1. Fokus pada hal yang bisa dilakukan anak

ilustrasi anak-anak (pexels.com/Rosemary Ketchum)

Sering kali orang tua memergoki anak-anak mereka melakukan sesuatu yang "salah" dan menghukum mereka karena perilaku itu. Meskipun bisa dibenarkan sebagai tujuan mengarahkan ke perilaku yang lebih baik, tetapi bagi anak-anak, cara seperti ini seolah menjadikan mereka tidak pernah melakukan sesuatu yang "benar".

Sebaliknya, memuji dan mengapresiasi perilaku positif anak membantu meningkatkan harga diri anak. Orang tua sebaiknya tidak memproyeksikan kemauannya sendiri kepada anak sehingga membuat mereka menjadi terbebani.

Fokuslah pada apa yang bisa mereka lakukan dan berikan untuk dirinya sekitarnya. Apakah anak itu mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan untuk mereka? Apakah mereka ingat untuk membuang sampah tanpa harus diminta? Apakah mereka membantu melipat cucian, memberi orang tua waktu untuk melakukan hal lain? Apakah mereka mengatakan sesuatu yang cerdas atau berwawasan luas selama percakapan? Ambil kesempatan untuk memberi tahu anak-anak apa yang mereka lakukan dengan baik, pujilah mereka, dan bangun keinginan mereka untuk bertindak dengan cara yang pantas dan bermanfaat.

Baca Juga: 5 Manfaat Art Therapy, Cara Unik Tingkatkan Kesehatan Mental  

2. Berikan peluang untuk anak mencapai keberhasilan dari melakukan sesuatu

ilustrasi anak dan ibu (pexels.com/Rodnae Productions)

Berikan kesempatan untuk anak-anak bisa mendapatkan hadiah atas perbuatan yang ia lakukan. Mungkin seorang anak menganggap pendidikan virtual membosankan. Jika mereka mengalaminya sepanjang minggu, maka izinkan mereka memilih film untuk ditonton bersama di akhir minggu. Berikan perlakuan spesial seperti memasak makanan favorit mereka untuk makan malam.

Hadiah yang melibatkan waktu keluarga dan minat bersama dapat sangat berdampak bagi anak-anak, memperkuat perilaku positif dengan hubungan keluarga. Semakin banyak keluarga terhubung dengan cara yang penuh cinta kasih, semakin besar kemungkinan anak  akan berbagi situasi dan perasaan sulit yang mereka hadapi dengan orang tua. Sebab, mereka merasa dekat dan tidak canggung untuk berkeluh kesah. 

3. Berikan tanggapan, bukan tindakan

ilustrasi anak dan ibu (pexels.com/Gustavo Fring)

Setiap orang terkadang kehilangan ketenangannya, tetapi jika Anda sebagai orang tua dapat mencontohkan ketenangan dengan merespons alih-alih bereaksi terhadap perilaku atau situasi yang sulit, Anda akan menunjukkan kepada anak Anda melalui contoh bagaimana menghadapi perasaan mereka.

Tidak mengetahui bagaimana menangani perasaan yang menantang seperti kemarahan atau frustrasi dapat memperburuk stres yang dialami oleh individu dan keluarga secara keseluruhan. Menunjukkan bagaimana sikap untuk tetap tenang dan memproses perasaan dengan cara yang konstruktif akan bermanfaat bagi anak-anak dan orang tua itu sendiri.

4. Berikan rasa aman dengan tetap konsisten menemani anak

ilustrasi keluarga (pexels.com/Emma Bauso)

Masalah kesehatan mental cenderung memburuk dalam isolasi dan membaik dengan koneksi. Jika keluarga terhubung secara emosional, remaja lebih mungkin mendiskusikan apa yang salah. Tekankan kepada anak-anak bahwa keluarga beroperasi sebagai sebuah tim. Saling mendukung satu sama lain, dalam suka dan duka. Dengan menciptakan pengalaman keterhubungan dan persatuan, anak-anak memiliki rasa aman untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.

Salah satu aspek pandemi yang telah merusak kesehatan mental anak-anak dan orang dewasa adalah ketidak pastiannya. Konsistensi dan rutinitas sangat membantu dalam menciptakan perasaan aman. Bahkan hal-hal kecil seperti menyikat gigi setiap hari sebelum tidur dapat membantu anak merasa aman. Ada banyak cara lain yang bisa disesuaikan dengan mengikuti rutinitas orang tua dan anak yang disepakati bersama. Cara ini membangun prediktabilitas dan keamanan di mana orang tua dapat membantu melindungi anak-anak dari inkonsistensi kehidupan. 

Baca Juga: Donny Jaga Kesehatan Mental Anak di Masa Pandemik Lewat Sepak Bola

Verified Writer

Alphabet stories

Hanya mencoba menguraikan isi kepala.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya