Apa Itu Hurried Child Syndrome? Berikan Efek Buruk terhadap Anak!

Di tengah tekanan zaman modern serta pengaruh media sosial, orangtua serasa dituntut untuk melihat anak-anaknya cepat sukses. Fenomena ini dikenal sebagai 'Hurried Child Syndrome'.
Meski sering dimulai dengan niat baik, seperti ingin anak lebih pintar atau lebih mandiri, sikap terburu-buru ini justru bisa berdampak negatif pada perkembangan anak secara keseluruhan. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Hurried Child Syndrome, dan mengapa orangtua perlu mewaspadainya? Cari tahu di sini, yuk!
1. Apa itu Hurried Child Syndrome?

'Hurried Child Syndrome' (sindrom Hurried Child) adalah kondisi ketika anak-anak tergesa-gesa melewati masa kecilnya, dan dipaksa bertindak di luar tingkat kedewasaan mereka.
"Anak-anak didorong untuk tumbuh terlalu cepat, menanggung kekhawatiran, tanggung jawab, dan tekanan kehidupan orang dewasa. Hal ini terjadi di semua bidang kehidupan mereka, termasuk sekolah, kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga, dan bahkan kehidupan sosial," ungkap Sanam Hafeez, PsyD, seorang neuropsikolog yang berbasis di New York, mengutip Parents.
Thomas Priolo, MD, seorang psikiater di Jersey Shore University Medical Center, memberi tahu mengatakan di laman Parents, contoh 'Hurried Child Syndrome' misalnya memberikan bimbingan belajar melebihi tingkat yang sesuai dengan usia anak.
2. Penyebab Hurried Child Syndrome

Tugas orangtua adalah memberi anak-anak kehidupan terbaik. Itu berarti membantu mereka berhasil di sekolah, atletik, bersosialisasi, dan dalam usaha mereka di masa depan. Namun terkadang, orangtua secara tidak sengaja bertindak terlalu jauh.
Mulai dari persaingan di bidang pendidikan yang terus meningkat, hingga pengaruh media sosial, rasa urgensi dapat menjangkiti orangtua karena mereka tidak berbuat cukup banyak.
“Norma budaya yang menekankan prestasi dan kesuksesan dapat menyebabkan orangtua percaya bahwa kurangnya kesuksesan di awal akan menghambat peluang anak-anak mereka di masa depan,” tambah Dr. Hafeez.
Bahkan ada lebih banyak faktor yang berperan, Dr. Hafeez menunjukkan bahwa tekanan ekonomi dapat menyebabkan orangtua mencari kegiatan terstruktur sebagai pilihan pengasuhan anak. Tekanan ini menghasilkan situasi yang tidak bisa dihindari dan penuh tekanan bagi orangtua yang seringkali tidak menyadari dampak emosionalnya terhadap anak.
3. Efek Hurried Child Syndrome terhadap anak

Fenomena ini merupakan kecenderungan orangtua untuk memenuhi jadwal anak-anak dengan terlalu banyak kegiatan dalam upaya untuk "membantu" mereka tumbuh lebih cepat. Kenyataannya, mereka mungkin membuat anak-anak mereka kelelahan.
Kate Eshleman, PhD, psikolog di Cleveland Clinic Children's mengatakan ketika seorang anak terus-menerus bepergian, mereka mungkin mulai merasa stres, cemas atau bahkan kelelahan. Terutama karena menjadi aktif membutuhkan banyak fokus.
Hal ini juga dapat berdampak pada kehidupan di rumah karena mereka tidak memiliki waktu untuk duduk makan malam bersama keluarga, atau bermain. Padahal, bermain merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak.
“Jika seorang anak begadang karena mereka terlalu banyak berlatih, dan mereka perlu mandi, lalu setelahnya perlu mengerjakan pekerjaan rumah, dan tidak cukup tidur, hal itu dapat memengaruhi suasana hati, konsentrasi, dan interaksi," katanya mengutip laman Cleveland Clinic.
4. Tanda-tanda anak mengalami Hurried Child Syndrome

Terdapat tanda-tanda apabila anak mengalami Hurried Child Syndrome, yang ditulis oleh Lauren Cook PsyD, MMFT, seorang Therapist, di laman Psychology Today.
- Kesulitan tidur, pola makan yang buruk, dan tidak cukup melakukan aktivitas fisik. Jika anak tidak memiliki cukup waktu untuk memenuhi kebutuhan fisik dasarnya, ini merupakan tanda bahwa mereka terlalu sibuk.
- Perkembangan emosi yang terhambat. Mereka tidak mampu menjalin hubungan dekat, menyelesaikan konflik, atau duduk dengan tempo yang lebih lambat karena mereka selalu sibuk.
- Perasaan tidak berharga dan obsesi dengan pencapaian. Alih-alih berfokus pada kualitas hubungan, mereka bertekad untuk mendapatkan bintang emas dan mendapatkan cinta melalui medali.
- Ketidakmampuan untuk bersantai secara bermakna. Mereka mungkin menonton YouTube secara berlebihan. Bentuk-bentuk relaksasi yang tenang, seperti membaca buku atau berjalan-jalan terasa seperti "kegiatan yang tidak ada gunanya."
- Mengekspresikan rasa kesal dan penolakan terhadap orangtua. Ketika anak terlalu lelah, mereka dapat melampiaskan rasa frustrasi mereka dengan cara mereka sendiri.
5. Apa yang bisa orangtua lakukan untuk menghindari fenomena ini?

Daripada melakukan kegiatan yang padat setiap hari, otak anak yang sedang berkembang akan mendapat manfaat besar dari waktu bermain yang tidak terstruktur (unstructured playtime). Ini memberikan anak lingkungan yang aman untuk menyerap, memproses, dan menerapkan informasi baru.
Sementara itu, mengurangi paparan anak terhadap teknologi merupakan cara lain untuk mendorong permainan dan eksplorasi bebas. Memberikan anak-anak pilihan untuk mengejar minat juga merupakan hal yang penting. Harga diri anak-anak harus didasarkan pada lebih dari sekadar prestasi sekolah.
"Orangtua sering menyalahkan diri sendiri karena melakukan kesalahan di setiap kesempatan. Kunci untuk menghilangkan pikiran negatif ini adalah menjadi ingin tahu dan tidak selalu benar. Tunjukkan kepada anak-anak bahwa kamu tidak sempurna namun bersedia mencoba lagi," saran terapis keluarga Colette Brown, mengutip laman Today.
Anak-anak mungkin mengalami kesulitan mengenali tanda-tanda Hurried Child Syndrome. Ini merupakan tugas orangtua yang harus mengamati mereka dengan saksama. Mengenali tanda-tanda ini sejak dini dapat membantu orangtua memperlambat langkah dan menurunkan risikonya. So, semoga fenomena ini membuat kita lebih perhatian terhadap anak, ya!