Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak perempuan (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi anak perempuan (pexels.com/Kampus Production)

Coba ingat-ingat, kapan kamu paling kerap mendapatkan hadiah dari orang lain? Pasti lebih sering saat kamu masih anak-anak daripada setelah dewasa, kan?

Misalnya, ketika kamu berulang tahun, naik kelas, bahkan setelah dikhitan untuk anak laki-laki. Oleh sebab itu, waktu yang tepat untuk mengajari anakmu sendiri tentang sikap menghargai pemberian orang ialah selagi ia masih kecil.

Jangan biarkan ia menunjukkan ketidaksukaan dan sikap kurang sopan lainnya ketika memperoleh hadiah yang tidak diharapkannya. To the point saja dalam menyampaikan kelima hal berikut ini:

1. Jangan lihat merek dan harganya, tetapi bentuk perhatiannya

ilustrasi memberikan kado (pexels.com/Nicole Michalou)

Anak yang sudah paham merek dan harga barang-barang biasanya buah dari ajaran atau kebiasaan dari orangtuanya juga. Contohnya, kamu selalu memberinya barang-barang bermerek terkenal dan mahal.

Dalam obrolan, kamu kerap memberitahunya bahwa apa yang kamu belikan untuknya ialah barang branded dan harganya tak main-main. Terlepas dari tujuanmu saat mengatakannya, terkadang ini dapat berakibat kurang baik untuk anak.

Ketika ia mendapatkan hadiah dari orang lain, yang pertama dilihatnya adalah merek dan harganya. Jika setara dengan barang-barang yang biasa kamu belikan, dia baru akan menghargainya.

Segera luruskan kesalahpahaman ini. Bukan dengan mengatakan tidak semua orang mampu membeli barang bermerek dan mahal, melainkan yang lebih penting dari kedua hal itu adalah perhatian pemberi hadiah pada anak.

2. Pemberi hadiah tidak selalu tahu apa yang diinginkan anak

ilustrasi hadiah kejutan (pexels.com/Any Lane)

Orang dewasa saja bisa kecewa ketika mendapatkan hadiah yang berbeda dari keinginannya, apalagi anak-anak. Meski begitu, bukan berarti kamu boleh membiarkan saja rasa kecewa anak dan sikap kurang terpujinya atas hadiah itu.

Dengan pemikirannya yang masih amat polos, anak barangkali mengira semua orang seharusnya tahu apa yang sedang diinginkannya. Dia jadi tak habis pikir mengapa seseorang bisa salah memberinya hadiah.

Ingatkan anak perihal pada siapa saja dia pernah menceritakan keinginannya. Apakah pemberi hadiah tersebut termasuk? Bahkan bila dia termasuk, ia tidak memiliki kewajiban buat memenuhi keinginan anak.

3. Tak semua anak pernah mendapatkan hadiah sepertinya

ilustrasi memberi hadiah (pexels.com/RODNAE Productions)

Membandingkan diri sendiri dengan orang lain ternyata tak selalu buruk. Seperti dalam kasus anak sulit menghargai hadiah dari orang lain. Dia perlu mengetahui bahwa tak sedikit anak di luar sana yang tidak pernah memperoleh hadiah dari siapa pun.

Jika mereka saja dapat tetap merasa senang dan mensyukuri hidup, dia yang telah mendapatkan banyak hadiah seharusnya tidak mengeluh. Minta anak untuk membayangkan seandainya hadiah tersebut diberikan pada temannya yang belum pernah memperolehnya.

Temannya pasti bakal gembira sekali dan menerimanya dengan penuh rasa terima kasih. Setelah membayangkan hal ini, semoga anak makin menyadari betapa beruntungnya ia.

4. Sikap tak sopannya akan bisa membuat pemberi hadiah kapok

ilustrasi memberi hadiah (pexels.com/Yan Krukov)

Kapok apa? Tentu saja kapok memberinya hadiah lagi. Bukankah lebih baik memberikan hadiah pada anak yang lebih tahu terima kasih? Sebab setiap hadiah tetap dibeli dengan uang dan ada usaha lain untuk membelinya.

Misalnya, tante atau omnya sampai harus bertanya pada teman-temannya tentang hadiah yang cocok buat keponakannya tersayang. Sepulang bekerja, ia perlu meluangkan waktu untuk melihat-lihat kado yang mungkin tepat.

Terlepas dari hadiah apa yang dipilihnya, anak wajib memahami dan menghargai seluruh usaha pemberi hadiah untuk menyenangkan hatinya. Sepotong ucapan terima kasih saja sudah cukup sebagai balasan atas hadiah itu, kok.

5. Hadiah yang tak dapat langsung dinikmati bukan berarti tak berguna

ilustrasi anak perempuan dan anjing (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Untuk anak yang masih kecil, kemampuannya buat menghargai hadiah biasanya terbatas pada apa yang bisa seketika dinikmatinya. Contohnya, hadiah berupa es krim, cokelat, dan mainan.

Akan tetapi, orang dewasa justru kerap sengaja menghindari hadiah tersebut. Mereka memikirkan manfaat yang lebih besar untuk waktu yang lebih panjang. Misalnya, dengan memberikan buku atau hewan peliharaan.

Nah, tugasmu sebagai orangtua ialah menjelaskan pada anak tentang berbagai manfaat dari hadiah itu. Misalnya, buku bacaan akan membuat anak cepat lancar membaca dan punya banyak pengetahuan. Sementara hewan peliharaan bisa menemani anak saat ia tak memiliki teman bermain.

Menjelaskan kelima hal di atas pada anak tidak akan sulit sebab pada dasarnya ia sedang semangat-semangatnya mempelajari apa pun. Lagi pula, orangtua adalah sosok yang paling dekat dan dipercayai anak.

Jangan justru mendukung sikap anak yang kurang menghargai suatu hadiah, ya! Bisa-bisa lama-kelamaan ia pun sulit menghargai pemberianmu yang tidak sesuai dengan keinginannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team