5 Cara Ajarkan Body Positivity ke Anak Sejak Dini, Wajib Tahu!

Pernahkah kamu mendengar anak kecil bilang, “Aku gendut, jelek, atau gak cantik”? Kata-kata itu mungkin terdengar biasa, tapi bisa jadi tanda bahwa mereka mulai menilai dirinya dari standar yang gak sehat. Di era media sosial dan tayangan visual yang serba “sempurna,” anak-anak makin cepat terpapar konsep citra tubuh yang keliru.
Padahal, masa kanak-kanak adalah fondasi penting buat membentuk persepsi diri yang sehat dan penuh kasih. Mengajarkan body positivity sejak dini bukan cuma soal tubuh, tapi juga soal membentuk rasa percaya diri yang tahan banting. Yuk, simak lima cara mudah dan bermakna untuk menanamkan nilai body positivity ke anak sejak kecil!
1. Jadilah panutan dalam mencintai tubuh sendiri

Anak belajar bukan dari ceramah, tapi dari apa yang mereka lihat setiap hari. Kalau kamu sering mengeluh soal bentuk tubuhmu sendiri, anak bisa meniru pola pikir itu tanpa sadar. Jadi sebelum mengajarkan anak mencintai dirinya, pastikan kamu juga sedang dalam proses menerima tubuhmu sendiri.
Alih-alih mengomentari ukuran atau berat badan, lebih baik fokus pada hal-hal positif tentang tubuh. Misalnya, katakan bahwa tubuh ini kuat karena bisa memeluk, berlari, atau bermain. Dengan begitu, anak akan belajar bahwa tubuh itu bukan soal penampilan, tapi soal fungsi dan rasa syukur.
2. Gunakan bahasa yang positif saat bicara soal tubuh

Sering kali, orang dewasa lupa bahwa kalimat kecil bisa membekas lama di pikiran anak. Kalimat seperti “Kamu tambah gendut ya” atau “Kamu harus kurus biar cantik” bisa merusak citra tubuh anak. Mulailah gunakan kata-kata yang membangun, bukan membandingkan.
Pujilah anak bukan karena bentuk tubuh, tapi karena keberanian, kreativitas, atau kebaikannya. Beri apresiasi ketika mereka menunjukkan rasa sayang pada tubuhnya, seperti makan dengan baik atau berolahraga dengan senang. Bahasa positif akan jadi bekal penting dalam membangun self-image yang sehat.
3. Hindari membandingkan anak dengan orang lain

Kalimat seperti “Lihat tuh, kakakmu lebih langsing” bisa bikin anak merasa gak cukup. Perbandingan, sekecil apa pun, bisa melukai harga diri anak dan menanamkan rasa tidak aman sejak dini. Lebih baik fokus pada keunikan dan keistimewaan tiap anak.
Setiap tubuh punya bentuk dan perkembangan yang berbeda, dan itu normal. Ajari anak bahwa menjadi berbeda bukan berarti buruk, justru itulah yang membuat mereka istimewa. Dengan begitu, mereka gak akan tumbuh dengan obsesi untuk “menyerupai” orang lain.
4. Ajak anak bicara tentang media dan standar kecantikan

Anak-anak zaman sekarang cepat banget mengenal influencer, karakter kartun kurus, atau bintang iklan dengan tubuh “sempurna.” Tanpa bimbingan, mereka bisa menganggap itulah standar yang harus diikuti. Di sinilah peran penting orang tua untuk meluruskan persepsi.
Ajak anak ngobrol soal bagaimana media kadang gak mencerminkan kenyataan. Katakan bahwa banyak gambar yang sudah diedit, dan kecantikan itu gak selalu soal fisik. Latih anak untuk berpikir kritis dan belajar memilah mana yang sehat untuk ditiru, mana yang hanya ilusi visual.
5. Bangun kebiasaan sehat tanpa terobsesi pada angka timbangan

Mengajarkan hidup sehat bukan berarti menekankan angka atau ukuran tubuh. Fokuslah pada bagaimana tubuh bisa merasa segar, kuat, dan bahagia. Libatkan anak dalam aktivitas menyenangkan seperti bermain di luar, memasak makanan sehat, atau yoga anak-anak.
Hindari kata-kata seperti “diet” atau “kurus itu bagus,” ganti dengan “makanan ini bikin kamu punya energi buat main.” Dengan pendekatan ini, anak belajar bahwa hidup sehat adalah bentuk sayang pada tubuh, bukan bentuk penolakan. Citra tubuh yang sehat berakar dari kebiasaan yang dijalani dengan cinta.
Mendidik anak dengan nilai body positivity adalah investasi jangka panjang untuk masa depannya. Gak cuma soal tubuh, tapi juga tentang bagaimana mereka mencintai dirinya secara utuh. Yuk, jadi bagian dari orang tua yang menumbuhkan generasi yang percaya diri, sehat, dan penuh kasih pada diri sendiri!