Hubungan antara menantu dan mertua memang rentan konflik. Hal itu sangat wajar karena tak hanya terjadi di generasi sekarang, melainkan sejak generasi terdahulu.
Seorang mertua tidak akan pernah sepenuhnya bisa menganggap menantu sama seperti anak kandungnya. Bagaimanapun, sejak awal menantu hadir dengan membawa latar belakangnya sendiri. Begitu juga sebaliknya, menantu tidak akan pernah bisa menganggap mertua layaknya orangtua sendiri. Dia tetap akan menjaga batasan diri dengan mertua dan bersikap sepatutnya saja.
Itu sebabnya, jika ada mertua yang cukup banyak memberi masukan kepada anak dan menantunya dalam perkara sederhana maupun kompleks, itu bisa dikategorikan sebagai sifat cerewet. Jika mertua mulai menunjukkan sifat cerewetnya, tidak semua menantu bisa menganggap itu sebagai maksud baik dan hal positif.
Merasa tersinggung, sebal dan dongkol adalah reaksi yang biasanya dirasakan menantu jika mertua mulai banyak memberikan komentar tentang berbagai hal. Namun, kedongkolan yang dirasakan menantu bisa berkurang jika disikapi dengan bijak. Lantas, apa saja cara bijak menyikapi mertua yang cerewet? Simak lima cara berikut ini.