5 Cara Membantu Anak Mengatasi Trauma Karena Perceraian Orangtua

- Perceraian orangtua mempengaruhi tumbuh kembang anak, terutama dari sisi perkembangan emosional.
- Orangtua harus memberikan penjelasan singkat dan jelas pada anak mengenai perceraian tanpa melibatkan emosi.
- Hindari bersikap dramatis di depan anak, tetap jujur, dan pastikan keseharian anak tidak berubah secara drastis.
Perceraian orangtua bisa menjadi salah satu hal yang paling mempengaruhi tumbuh kembang anak, terutama dari sisi perkembangan emosional anak. Lebih mengkhawatirkan jika anak sebelumnya sudah sering menyaksikan orangtuanya bertengkar.
Anak-anak dari broken home family tidak bisa disamakan dengan anak-anak pada umumnya yang berasal dari keluarga utuh. Pasalnya, anak dari orangtua yang bercerai bisa jadi akan tumbuh dengan memandang pernikahan sebagai hal yang negatif. Meskipun begitu, anak-anak dari orangtua yang bercerai biasanya menjadi lebih mandiri dan lebih cepat dewasa dari usianya, sehingga tidak menutup kemungkinan mereka menjadi lebih bertanggung jawab dalam hidupnya.
Hanya saja, perlu diperhatikan beberapa hal yang harus dilakukan agar anak tidak trauma dengan perceraian orangtua. Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu anak mengatasi traumanya.
1. Lakukan diskusi singkat dan jelas tentang perceraian orangtua

Sebaiknya sebagai orangtua, kamu harus memberikan penjelasan singkat dan jelas pada anak mengenai apa yang sedang terjadi terhadap kedua orangtuanya. Ada baiknya kamu tidak menggunakan bahasa yang rumit dan penjelasan yang terlalu melibatkan emosi.
Untuk anak yang masih di bawah lima tahun atau sebayanya, sebaiknya kamu mennggunakan alat bantu seperti foto atau semacamnya untuk memberikan gambaran apa yang akan terjadi setelah kedua orangtua berpisah. Misalnya saja, kamu bisa menggunakan foto saat anak bermain dengan ayah dan foto saat anak bermain dengan ibu di tempat berbeda.
2. Usahakan untuk tidak bersikap dramatis dan emosional di depan anak

Sebagai orangtua yang mengalami perceraian, kamu tentu tidak bisa menghindari rasa sedih yang muncul. Tapi, sebaiknya kamu tidak pernah menunjukkan kesedihan yang berlebihan di depan anak, seperti misalnya menangis tersedu-sedu apalagi menyalahkan pasangan.
Bahkan ketika kamu menelpon sahabat untuk bertukar cerita dan berkeluh kesah, hindarkan dari pendengaran anak. Jika memang kamu dalam kondisi di mana anak tanpa sengaja melihat kamu menangis, jelaskan saja bahwa kamu sedang rindu kebersamaan kalian sebagai keluarga dan sebaiknya jangan ulangi menangis di depan anak.
3. Sebisa mungkin, tetaplah bersikap jujur pada anak

Jangan berbohong atau mengarang cerita untuk mengalihkan perhatian anak soal perceraian orangtuanya. Berkata bohong seperti misalnya mengatakan bahwa ayaknya sedang keluar kota dalam jangka waktu lama adalah cara yang salah.
Sebaliknya, kamu harus menerangkan dengan jelas bahwa ayahnya tidak lagi tinggal dengan kalian. Di sisi lain, yakinkan anak bahwa dia tetap bisa bertemu dengan ayahnya di waktu-waktu tertentu yang sudah disepakati.
4. Jika perlu, lakukan diskusi dengan bantuan pihak ketiga

Jika memang tidak bisa berdiskusi dengan pasangan, sebaiknya kamu mencari bantuan pihak ketiga. Pasalnya, anak akan melihat jika kamu sedang berdiskusi dengan pasangan dan berakhir dengan pertengkaran. Hal tersebut tidak baik bagi tumbuh kembang anak.
Yang jelas, hindari kondisi dimana kamu dan mantan pasangan untuk berselisih pendapat langsung di depan anak. Opsi untuk mencari bantuan pihak ketiga seperti psikolog atau konselor pernikahan adalah solusinya.
5. Pastikan keseharian anak tidak berubah secara drastis

Meskipun ada perceraian orangtua dan kamu sudah berpisah dengan pasangan serta tidak ingin bertemu lagi dengannya, tidak begitu halnya dengan anak. Dia mungkin masih ingin terus bertemu ayah atau ibunya, termasuk kakek dan neneknya yang merupakan mantan mertua kamu.
Alangkah baiknya jika kamu tidak memutuskan hubungan keluarga. Hal ini akan membantu anak untuk menjalani hidup dengan lebih stabil di tengah perubahan yang terjadi di antara kedua orangtuanya. Jika memungkinkan, kamu juga tidak perlu memindahkan sekolah anak, meskipun kamu dan pasangan sudah pisah rumah. Dengan demikian, anak akan tidak merasakan tekanan emosional yang berlebihan akibat perceraian orangtuanya.
Itu tadi lima cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu anak untuk menghindari atau mengatasi trauma akibat perceraian orangtua. Tentu tidak mudah dan butuh kebijaksanaan dari kamu dan pasangan demi kestabilan dan kebahagiaan anak.



















