5 Dampak Fatherless pada Pengembangan Diri Perempuan

- Ketiadaan figur ayah dapat meninggalkan luka emosional berupa ketakutan akan penolakan dan kegagalan, menghambat potensi karier.
- Ayah yang memberikan dukungan emosional membantu anak perempuan merasa layak dan mampu, menumbuhkan rasa aman dan kepercayaan diri.
- Kehadiran ayah yang sehat secara emosional bisa menjadi role model dalam kepemimpinan, disiplin, dan keberanian di dunia kerja.
Ketidakhadiran ayah, baik secara fisik maupun emosional, memiliki efek jangka panjang terhadap perkembangan psikologis anak perempuan—termasuk dalam hal pencapaian karier. Sosok ayah sering kali menjadi sumber validasi, dorongan, dan panutan yang penting dalam membentuk rasa percaya diri, keberanian mengambil risiko, dan pola pikir dalam menghadapi dunia kerja.
Berikut adalah lima dampak fatherless terhadap pengembangan diri perempuan dalam berkarier.
1.Kurangnya kepercayaan diri dalam mengambil keputusan besar

Ayah yang memberikan ruang pada anak perempuan untuk mencoba, membuat pilihan, dan belajar dari kesalahan, membangun fondasi kemandirian. Anak yang terbiasa dipercaya oleh ayahnya akan lebih yakin mengambil keputusan sendiri di dunia kerja dan tidak mudah terombang-ambing oleh opini orang lain.
Ayah yang hadir dan suportif biasanya membantu anak perempuan merasa aman saat mengambil keputusan penting dalam hidupnya. Tanpa figur tersebut, anak bisa tumbuh dengan keraguan terhadap kemampuan dirinya. Hal ini membuat mereka cenderung menghindari tantangan besar dalam karier, seperti memimpin tim, berwirausaha, atau mengejar posisi strategis.
2.Takut gagal dan takut ditolak

Ketiadaan figur ayah dapat meninggalkan luka emosional berupa ketakutan akan penolakan dan kegagalan. Ini bisa membuat anak perempuan lebih hati-hati secara berlebihan, tidak berani keluar dari zona nyaman, dan ragu untuk menonjolkan diri. Akibatnya, potensi karier yang sebenarnya besar bisa terhambat karena mereka enggan mengambil risiko.
Ayah yang secara konsisten memberikan dukungan emosional tanpa mengaitkannya dengan pencapaian atau performa, membantu anak perempuan merasa bahwa ia layak dan mampu, terlepas dari hasil. Ini menumbuhkan rasa aman dan kepercayaan diri bahwa ia bisa mencoba, gagal, belajar, lalu bangkit lagi. Ini merupakan sikap mental yang sangat penting dalam dunia karier.
3.Sulit menetapkan batasan dan mengelola relasi profesional

Ayah sering menjadi sosok yang mengajarkan anak perempuan tentang batasan dan perlindungan diri. Tanpa pengalaman ini, anak perempuan bisa mengalami kesulitan menetapkan batas profesional yang sehat di lingkungan kerja. Mereka bisa terlalu berusaha menyenangkan orang lain atau merasa tidak nyaman menolak permintaan yang membebani.
Ayah yang menghormati istri, rekan kerja perempuan, dan perempuan lain dalam hidupnya akan menjadi contoh nyata tentang bagaimana perempuan layak diperlakukan di ruang publik dan profesional. Anak perempuan akan menyerap nilai bahwa ia layak dihargai, didengarkan, dan diperlakukan setara (ini akan membentuk rasa percaya diri dalam berinteraksi di dunia kerja).
4.Kebutuhan validasi eksternal yang tinggi

Anak perempuan yang fatherless cenderung mencari validasi dan pengakuan dari luar, termasuk dari atasan atau rekan kerja. Hal ini dapat menghambat perkembangan otonomi pribadi dan membuat mereka terlalu bergantung pada penilaian orang lain. Mereka bisa menjadi overachiever untuk mengisi kekosongan emosional, tapi tanpa merasa benar-benar puas.
Komentar, pujian, dan afirmasi dari ayah memiliki dampak besar pada bagaimana seorang anak perempuan memandang dirinya. Saat ayah berkata, “Kamu pintar,” “Ayah bangga kamu berani mencoba,” atau “Kamu bisa jadi pemimpin hebat,” maka kata-kata itu bisa menjadi suara batin positif yang terus hidup di dalam diri anak, terutama saat menghadapi tantangan di dunia karier.
5.Kurangnya figur teladan maskulin yang positif

Kehadiran ayah yang sehat secara emosional bisa menjadi role model dalam kepemimpinan, disiplin, dan keberanian. Tanpa teladan tersebut, anak perempuan mungkin tidak memiliki referensi tentang bagaimana cara bersikap tegas, rasional, atau berani dalam lingkungan kerja yang kompetitif. Ini bisa berdampak pada kurangnya keterampilan kepemimpinan dan kepercayaan diri saat bersaing.
Sikap ayah dalam menghadapi masalah, mengambil keputusan, atau bertanggung jawab bisa menjadi contoh langsung bagi anak perempuan. Saat melihat ayahnya tetap tegas namun bijak dalam menghadapi tekanan, anak belajar bahwa ketegasan dan logika adalah bagian dari kemampuan yang bisa ia miliki juga, bukan hanya milik laki-laki.
Kondisi fatherless memang bisa meninggalkan luka batin, namun bukan berarti menjadi penghalang mutlak bagi perempuan untuk sukses dalam karier. Dengan kesadaran diri, dukungan lingkungan yang sehat, dan bantuan profesional bila perlu, anak perempuan tetap dapat tumbuh menjadi pribadi yang kuat, percaya diri, dan sukses dalam jalur karier yang mereka pilih. Yang penting adalah membangun kembali rasa aman dan berdaya dalam diri sendiri.