6 Alasan Kenapa Hyper Parenting Gak Baik untuk Anak, Bikin Manja?

Mau anak jadi ketergantungan terus?

Hyper parenting adalah gaya pola asuh yang berlebihan orangtua kepada kehidupan anak-anaknya. Memang, kebanyakan dari orangtua mungkin merasa resah dengan pergaulan di zaman sekarang. Bisa juga takut jika terjadi hal-hal yang gak diinginkan kepada anak-anaknya. Namun, berlebihan dalam mengasuh anak jelas gak baik, lho.

Meskipun niatnya mungkin baik, pendekatan ini bisa memiliki efek negatif pada perkembangan anak-anak. Selain itu ada enam alasan lain kenapa sebagai orangtua, kamu harus menghindari hyper parenting.

1. Ketergantungan yang gak sehat

6 Alasan Kenapa Hyper Parenting Gak Baik untuk Anak, Bikin Manja?ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Salah satu dampak negatif dari hyper parenting adalah menciptakan ketergantungan yang gak sehat pada anak-anak terhadap orangtuanya. Ketika anak-anak terbiasa dengan bantuan berlebihan, mereka jadi kesulitan mengembangkan kemandirian dan kemampuan untuk mengatasi masalahnya sendiri.

Mereka bisa menjadi bergantung pada orangtua dalam setiap aspek kehidupannya. Bahkan dalam tugas-tugas sehari-hari yang seharusnya mereka pelajari dan tangani sendiri. Tentu, kamu tak mau hal ini terjadi pada anak-anakmu, kan?

2. Stres dan tekanan berlebihan

6 Alasan Kenapa Hyper Parenting Gak Baik untuk Anak, Bikin Manja?ilustrasi sedang berkomunikasi (pexels.com/Monstera Production)

Hyper parenting juga sering kali tanpa sadar menciptakan stres dan tekanan berlebih pada anak-anak. Mereka mungkin aja jadi merasa terbebani dengan harapan yang sangat tinggi dari orangtua mereka untuk mencapai kesuksesan. Hal ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan emosional anak-anak, lho.

Anak-anak yang terus-menerus merasa ditekan untuk tampil sempurna bisa mengalami kecemasan berlebihan dan perasaan gak cukup. Bahkan, hal tersebut bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti kecemasan dan depresi.

Baca Juga: 5 Supportive Parenting yang Memaksimalkan Perkembangan Diri Anak

3. Kurangnya kesempatan untuk belajar dari kesalahan

6 Alasan Kenapa Hyper Parenting Gak Baik untuk Anak, Bikin Manja?ilustrasi sedang berkomunikasi (pexels.com/Kampus Production)

Salah satu aspek penting dalam perkembangan anak adalah belajar dari kesalahan yang mereka perbuat. Sementara, hyper parenting justru cenderung menciptakan lingkungan di mana anak-anak dihindarkan dari kesalahan dan kegagalan sebanyak mungkin.

Padahal, pengalaman belajar dari kesalahan adalah cara alami untuk membangun kecerdasan emosional dan juga keterampilan dalam mengatasi masalah. Tanpa kesempatan ini, anak-anak mungkin gak akan belajar bagaimana menghadapi kegagalan dalam kehidupan nyata.

4. Kurangnya kreativitas dan inisiatif

6 Alasan Kenapa Hyper Parenting Gak Baik untuk Anak, Bikin Manja?ilustrasi parenting diikut campuri (pexels.com/Nataliya Vaitkevitch

Hyper parenting juga bisa menghambat perkembangan kreativitas dan inisiatif pada anak-anak. Ketika orangtua terlalu terlibat dalam mengatur kegiatan dan mengambil keputusan, anak-anak jadi gak punya kesempatan untuk memikirkan ide-ide mereka sendiri.

Mereka juga tak bisa mengambil inisiatif dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Padahal, kreativitas dan kemampuan untuk mengatasi masalah, sering kali berkembang lewat pengalaman eksplorasi dan percobaan. Hal ini jelas akan sangat terbatas dalam lingkungan yang hyper parenting.

5. Keterlambatan dalam pengembangan keterampilan sosial

6 Alasan Kenapa Hyper Parenting Gak Baik untuk Anak, Bikin Manja?ilustrasi sedang berkomunikasi (pexels.com/Monstera Production)

Interaksi sosial adalah bagian yang sangat penting dalam perkembangan anak-anak. Sementara di sisi lain, hyper parenting bisa menghambat anak-anak dari berinteraksi dengan teman sebaya dan mengembangkan keterampilan sosial mereka sendiri.

Ketika orangtua terlalu terlibat dalam kehidupan sosial anak-anak, mereka jadi kesulitan memahami lingkungan sekitar dan menghadapi situasi sosialnya. Ini bisa mempengaruhi kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang sehat di masa depan.

6. Merasa bosan dan kekurangan waktu luang

6 Alasan Kenapa Hyper Parenting Gak Baik untuk Anak, Bikin Manja?ilustrasi gen z bekerja (pexels.com/fauxels)

Anak-anak membutuhkan waktu untuk bermain, menjelajah, dan berimajinasi. Sementara, hyper parenting biasanya mengarah pada jadwal yang sangat terstruktur dan diisi dengan aktivitas ekstrakurikuler ataupun akademis.

Akibatnya, anak-anak mungkin akan kekurangan waktu untuk bersantai, bermain bebas, atau merasakan kebosanan. Waktu luang adalah saat ketika anak-anak bisa mengembangkan kreativitas, mengeksplorasi minat mereka, dan membangun imajinasi. Kurangnya waktu luang jelas bisa menghambat perkembangan aspek-aspek ini dalam diri anak-anak.

Meskipun niatnya mungkin baik, hyperparenting bisa memberi efek negatif pada perkembangan anak-anak. Sebagai orangtua, penting banget untuk menciptakan keseimbangan antara memberikan dukungan, serta kebebasan yang diperlukan bagi anak-anak untuk tumbuh juga berkembang secara sehat. Jadi, tetap bebaskan anak dalam hal-hal yang masih bersifat positif, ya!

Baca Juga: 5 Tantangan Parenting di Era Modern, Orangtua Muda Wajib Paham

Desy Damayanti Photo Verified Writer Desy Damayanti

Read what I write and you will find out who I really am, ig: Desy_damay

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya