Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Seljan Salimova)
ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Seljan Salimova)

Intinya sih...

  • Membantu anak memahami perbedaan kebutuhan dan keinginanLangkah awal yang penting adalah duduk bareng anak untuk bikin dua daftar: satu daftar berisi kebutuhan, seperti baju sekolah, sepatu, atau buku, dan satu lagi berisi keinginan, misalnya mainan baru atau game online.

  • Berani bilang tidak dan konsisten dengan keputusanAnak cepat tahu kalau orangtuanya gampang luluh. Penting banget untuk belajar bilang tidak dan tetap konsisten. Konsistensi ini bikin anak paham kalau keputusan finansial gak bisa digoyang hanya dengan rengekan.

  • Melatih kesabaran anak dengan konsep menunda keinginanHidup di era serba instan bikin anak

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap anak pasti pernah minta dibelikan mainan, baju, atau gadget baru. Apalagi sekarang iklan dan influencer di media sosial gencar banget mempromosikan barang-barang yang bikin anak mudah tergoda.

Menurut penelitian dalam The Journal of Pediatrics, anak-anak dan remaja sebenarnya bisa mengenali iklan, tapi sering kali gagal menolaknya ketika iklan muncul lewat konten yang mereka percaya atau disampaikan oleh figur idola. Dari situ terlihat betapa pentingnya peran orangtua untuk mengajarkan nilai uang sejak dini.

Kalau kamu sebagai orangtua bisa mendidik anak agar paham mana kebutuhan dan mana keinginan, anak jadi lebih siap menghadapi godaan konsumtif. Anak pun gak tumbuh jadi pribadi yang boros, tapi lebih bijak mengelola uang. Didikan frugal parents atau orangtua hemat bisa jadi inspirasi supaya anakmu lebih menghargai apa yang dimilikinya.

Berikut lima cara sederhana frugal parents mendidik anak agar gak boros lagi dan lebih menghargai uang.

1. Membantu anak memahami perbedaan kebutuhan dan keinginan

ilustrasi anak memakai sepatu (freepik.com/prostooleh)

Langkah awal yang penting adalah duduk bareng anak untuk bikin dua daftar: satu daftar berisi kebutuhan, seperti baju sekolah, sepatu, atau buku, dan satu lagi berisi keinginan, misalnya mainan baru atau game online. Dengan cara ini, anak jadi paham kalau kebutuhan itu harus dipenuhi, sedangkan keinginan bisa ditunda.

Kamu bisa kasih contoh nyata, misalnya sepatu sekolah itu wajib dipakai, tapi sepatu dengan merek tertentu sebenarnya gak terlalu penting. Daftar keinginan bisa dijadikan wish list untuk hadiah ulang tahun atau momen spesial. Semakin sering anak diajak diskusi begini, semakin mudah mereka membedakan prioritas dalam belanja.

2. Berani bilang tidak dan konsisten dengan keputusan

ilustrasi anak merengek (freepik.com/freepik)

Anak cepat tahu kalau orangtuanya gampang luluh. Sekali kamu sering menyerah karena rengekan, anak akan terus mengulang cara yang sama. Itu sebabnya, penting banget untuk belajar bilang tidak dan tetap konsisten.

Kalau anak sudah merengek minta dibelikan mainan, jangan langsung mengiyakan. Tunjukkan sikap tegas bahwa kamu punya alasan jelas untuk menolak. Konsistensi ini bikin anak paham kalau keputusan finansial gak bisa digoyang hanya dengan rengekan, sehingga mereka belajar menghargai batasan.

3. Melatih kesabaran anak dengan konsep menunda keinginan

ilustrasi anak naik sepeda (pexels.com/Yan Krukau)

Hidup di era serba instan bikin anak makin sulit sabar. Menurut penelitian dalam Psychological Science, anak lebih mau menunda kepuasan kalau tujuannya bersifat kerja sama atau melibatkan orang lain. Dari sini, kamu bisa melatih anak supaya terbiasa menunda keinginan demi hasil yang lebih baik.

Misalnya, ketika anak minta sepeda baru, kamu bisa ajak mereka menyusun rencana menabung sedikit demi sedikit. Ceritakan pengalamanmu ketika menabung untuk membeli sesuatu agar anak merasa termotivasi. Menunda keinginan bikin anak belajar bahwa kepuasan terbesar justru datang setelah perjuangan.

4. Memberi kesempatan anak untuk bekerja demi sesuatu

ilustrasi anak mencuci piring (pexels.com/Kampus Production)

Kalau anak sering minta sesuatu, coba arahkan mereka untuk mendapatkannya lewat usaha sendiri. Misalnya dengan memberi tugas tambahan di rumah atau pekerjaan kecil sesuai usia mereka. Saat anak berhasil membeli barang dengan hasil jerih payahnya, rasa bangga dan puas yang muncul akan jauh lebih besar.

Kebiasaan ini melatih pola pikir “harus usaha dulu sebelum bisa belanja.” Anak pun jadi lebih hati-hati sebelum mengeluarkan uang, karena mereka tahu rasanya mencari uang itu gak gampang. Pengalaman ini bisa jadi bekal penting sampai mereka dewasa nanti.

5. Memberi contoh cara menabung dengan sederhana

ilustrasi celengan anak (pexels.com/Tara Winstead)

Anak cenderung meniru apa yang mereka lihat. Itu sebabnya, penting banget untuk memberi contoh nyata soal menabung. Salah satu trik sederhana adalah membagi uang yang anak terima jadi tiga bagian: untuk belanja, untuk tabungan, dan untuk berbagi.

Seiring bertambahnya usia, kamu bisa ajak mereka ikut memutuskan alokasi uang itu. Misalnya, tabungan bisa ditaruh di rekening dan diperlihatkan bunganya supaya anak tahu uang bisa berkembang. Cara ini bikin anak semangat menabung sekaligus paham kalau uang bukan hanya untuk dihabiskan, tapi juga bisa tumbuh kalau dikelola dengan benar.

Anak-anak memang gampang terpengaruh iklan dan lingkungan, tapi di sinilah peran orangtua dibutuhkan. Dengan didikan ala frugal parents, anak jadi terbiasa menghargai apa yang mereka punya, lebih bijak mengelola uang, dan gak gampang terjebak sikap konsumtif. Mulai dari mengenalkan perbedaan kebutuhan dan keinginan, melatih kesabaran, sampai memberi contoh menabung, semuanya bisa dilakukan dengan cara sederhana di rumah.

Kalau kamu konsisten mendidik anak dengan cara ini, mereka akan tumbuh jadi pribadi yang lebih mandiri dan siap menghadapi tantangan finansial di masa depan. Dan percayalah, mereka akan berterima kasih nanti karena sudah diajari menghargai nilai uang sejak kecil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team