Ego dan Ekspektasi Bikin Anak-Orangtua Gagal Komunikasi, Ini Solusinya

Biasakan mengobrol dan turunkan ego

Jakarta, IDN Times - Jika bicara mengenai hubungan dengan orang lain, terutama orangtua, komunikasi mungkin menjadi hal yang utama bahkan kunci berjalannya keharmonisan. Meski terdengar klise, namun komunikasi yang baik dapat menjadi fondasi bagi hubungan yang minim konflik. 

Cindy Gozali selaku co-creatorJivaraga Wellness Space bersama Family Constellation facilitator, Silvia Basuki membahas lebih lanjut mengenai kegagalan berkomunikasi yang kerap terjadi dalam hubungan orangtua dan anak. Dalam talkshow yang diselenggarakan oleh BeautyFest Asia by Popbela.com 2024, Cindy dan Silvia berbincang dalam sesi "Love Across Generations: Bridging Communication Gaps and Creating Happy Connections”. 

Sesi inspiratif yang berlangsung pada Sabtu (4/5/24) ini menjadi bagian dari pameran kecantikan BeautyFest Asia yang berlangsung selama 3-5 Mei 2024. Jika kamu ingin mendapatkan insight menarik lainnya, kunjungi BeautyFest Asia by Popbela.com 2024 di Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta. 

1. Dua hal yang sering jadi hambatan dalam berkomunikasi: persepsi dan ekspektasi

Ego dan Ekspektasi Bikin Anak-Orangtua Gagal Komunikasi, Ini SolusinyaBeautyFest Asia 2024 dalam sesi “Love Across Generations: Bridging Communication Gaps and Creating Happy Connections”. (instagram.com/beautyfest.asia)

Komunikasi pada dasarnya adalah proses pertukaran informasi atau pesan. Namun, apabila pesan yang dikirim oleh satu pihak tidak dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara, akan menimbulkan konflik. Terlebih, komunikasi yang berlangsung dalam keluarga, terdapat sejumlah aturan, norma, maupun kebiasaan yang perlu diperhatikan.

Pada sesi siang itu, Cindy menegaskan terdapat dua poin yang dapat menghambat terjadinya komunikasi yang efektif dalam keluarga,  “Hambatan komunikasi itu biasanya, persepsi kita terhadap orang tersebut dan juga asumsi, misalnya orang itu gak pernah ngertiin kita, orang itu egois. Jadi sebelum komunikasi, kita udah males dulu atau mungkin sama orangtua udah takut dulu.”

Penilaian pribadi yang dilakukan oleh salah satu pihak, baik anak ataupun orangtua, ternyata dapat menimbulkan tantangan tersendiri dalam berkomunikasi. Misalnya sebelum menyampaikan pesan, seorang anak telah berprasangka mengenai respons yang akan dilontarkan oleh orangtuanya. Akibatnya, komunikasi yang terjadi tak berlangsung lancar.  

2. Ego juga bikin komunikasi anak dan orangtua terganggu, selesaikan dengan komunikasi dua arah

Ego dan Ekspektasi Bikin Anak-Orangtua Gagal Komunikasi, Ini SolusinyaBeautyFest Asia 2024 dalam sesi “Love Across Generations: Bridging Communication Gaps and Creating Happy Connections”. (IDN Times/Dina Fadillah Salma)

Membenarkan pernyataan Cindy sebelumnya, Silvia menambahkan hambatan dalam berkomunikasi tak lepas dari pikiran manusia yang terlibat di dalamnya. Adanya ego dan ekspektasi akan mempengaruhi sebuah pesan. 

“Kadang ego kita jadi hambatan, dan juga ekspektasi kita sebenarnya. Kita berharap bahwa mungkin orangtua lebih bisa mengerti, atau lebih bisa melihat kita apa adanya," Silvia menjelaskan hal itu sulit terjadi sebab manusia tak bisa membaca pikiran orang lain. 

Oleh karenanya komunikasi menjadi hal yang esensial dan mendasar dalam keluarga.  Penting untuk dapat menyampaikan gagasan, pikiran, ide maupun perasaan terhadap orang lain, bukannya mengharapkan dipahami tanpa melalui proses komunikasi.

Namun terbentuknya komunikasi dua arah bukanlah proses yang instan. Proses komunikasi dua arah membutuhkan kesabaran serta kebiasaan yang terus dibangun oleh setiap anggota keluarga. Contohnya orangtua bisa sampaikan keinginan dan harapannya kepada anak, sementara anak mendengarkan. Hal ini dilakukan secara bergantian dengan sikap terbuka, tidak saling menghakimi. 

3. Setiap orang punya ekspektasi, jika tak diutarakan jangan harap orang lain akan memahami

Ego dan Ekspektasi Bikin Anak-Orangtua Gagal Komunikasi, Ini SolusinyaBeautyFest Asia 2024 dalam sesi “Love Across Generations: Bridging Communication Gaps and Creating Happy Connections”. (IDN Times/Dina Fadillah Salma)

Membentuk keluarga yang minim konflik dapat dimulai dengan biasa lakukan komunikasi dua arah. Orangtua dan anak harus mampu mengutarakan perasaan satu sama lain dan mendengarkan keinginan kedua belah pihak, tanpa proses ini komunikasi tak dapat berjalan efisien. 

"Semua orang mempunyai ekspektasi sendiri-sendiri, tapi kalau kita tidak mengkomunikasikan ekspektasi tersebut, kita bukan dukun, kita gak bisa baca pikiran orang. Jadi kita harus belajar untuk berkomunikasi supaya mereka mengerti kita sebenarnya maunya apa," kata Silvia. 

Silvia turut menegaskan, orang lain tidak bisa memahami apa yang diri kita rasakan juga harapkan tanpa mengutarakannya. Maka itu, berdiskusi jadi jalan terbaik yang bisa ditempuh. Tanpanya, jangan berharap orang lain akan paham.

"Jadi kalo kita banyak berekspektasi di dalam, tapi kita tidak berani mengutarakan, jadi kalau kamu gak mengutarakan, bagaimana caranya orang mau mengerti kamu maunya apa," tambah Silvia.

Baca Juga: 24 Daftar Diskon dan Promo Makeup di BeautyFest Asia 2024

4. Membangun komunikasi keluarga gak bisa instan, harus dirawat dan dibina

Ego dan Ekspektasi Bikin Anak-Orangtua Gagal Komunikasi, Ini SolusinyaBeautyFest Asia 2024 dalam sesi “Love Across Generations: Bridging Communication Gaps and Creating Happy Connections”. (instagram.com/beautyfest.asia)

Komunikasi yang baik dengan orangtua tak bisa didapatkan secara instan. Perbedaan zaman, kondisi lingkungan, cara berpikir, serta berbagai aspek lainnya membuat proses komunikasi memerlukan penyesuaian yang lebih lama, terutama bagi keluarga yang sejak awal hubungannya tidak dibina dengan baik. 

“Kita punya mindset udah kebiasaan dapat secara instan, tapi untuk bicara pada orangtua, kita butuh waktu, gak bisa intan," kata Silvia.

Oleh karenanya, terapis keluarga tersebut menyarankan untuk terus merawat hubungan dengan orangtua, “Jangan ekspektasi one time selesai, tapi juga harus dirawat, dibina."

5. Komunikasi dua arah atau sekadar mengobrol bisa bikin hubungan dengan orangtua jadi lebih baik

Ego dan Ekspektasi Bikin Anak-Orangtua Gagal Komunikasi, Ini SolusinyaBeautyFest Asia 2024 dalam sesi “Love Across Generations: Bridging Communication Gaps and Creating Happy Connections”. (instagram.com/beautyfest.asia)

Gap antara anak dan orangtua dapat diselesaikan dengan memahami pola pikir antar generasi yang berbeda. Menumbuhkan rasa empati dan saling pengertian dalam keluarga memungkinkan kedua belah pihak untuk menciptakan hubungan yang lebih harmonis. 

Silvia dan Cindy sepakat bahwa komunikasi dua arah menjadi kunci dari permasalahan hubungan antara anak dan orangtua. Membangun komunikasi yang tak saling menghakimi namun lebih menitikberatkan pada diskusi akan membuat hubungan lebih minim konflik. 

 “Menurut saya kita harus banyak mengobrol dua arah," tutup Cindy.

Baca Juga: BeautyFest Asia 2024: Pameran Kecantikan Terbesar yang Hadir di 5 Kota

Topik:

  • Dina Fadillah Salma
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya