Bagaimana Caranya Berdamai dengan Orangtua Toksik? 

Membatasi diri adalah salah satunya

Selain genetika, tumbuh kembang anak juga dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan dalam hal ini, termasuk pola asuh orangtua. Anak yang dibesarkan dengan orangtua toksik, pertumbuhannya tentu berbeda dibandingkan anak dengan orangtua berpola asuh demokratis atau otoritatif.

Beberapa anak yang dibesarkan dengan orangtua toksik, lebih sering mengalami kesulitan membawa diri ketika dewasa. Meski begitu, masih ada hal yang bisa diupayakan untuk menghadapi persoalan yang seperti lingkaran setan ini. Berikut beberapa hal yang dapat diusahakan individu untuk berdamai dengan tipe orangtua toksik.  

1. Mengetahui bahwa menghadapi hubungan toksik antara teman, pacar, atau orangtua itu berbeda

Bagaimana Caranya Berdamai dengan Orangtua Toksik? IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Menghadapi orangtua toksik tentu berbeda ketika kamu harus menghadapi hubungan dengan teman atau pacar yang toksik. Saat menjalin hubungan dengan orang lain yang bukan keluargamu, kamu masih dapat memberi batasan untuk berinteraksi agar kehadiran mereka tak terus berpengaruh negatif dalam hidup. 

Namun, bagaimana jika sumber hubungan toksik justru berasal dari keluarga, khususnya orangtua? Meski harus memahami lebih dalam tentang karakteristik orangtua ini, namun bukan tak mungkin individu dapat hidup berdampingan dengan orangtua toksik. Beberapa hal masih bisa diupayakan untuk menemukan cara efektif dalam hubungan demi mencapai kondisi emosi dan mental yang sehat. 

2. Menyadari tanda orangtua toksik

Bagaimana Caranya Berdamai dengan Orangtua Toksik? IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Dilansir dari Psychologytoday, ada beberapa tanda yang menjadi sinyal dari orangtua tipe ini. Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut:

  • Bereaksi secara negatif. Orangtua toksik kebanyakan kesulitan dalam mengontrol emosinya. Mereka kurang cakap dalam mengendalikan emosi sehingga lebih sering mengeluarkan emosi yang meledak, seperti marah atau kekerasan verbal yang destruktif.
  • Kurang memiliki empati. Segala sesuatu bagi orangtua toksik adalah tentang diri mereka. Mereka kerap gagal menyadari bahwa apa yang mereka lakukan, mungkin akan mengganggu atau berbahaya bagi orang lain, tak terkecuali untuk buah hatinya. 
  • Punya kemampuan kontrol yang ekstrem. Kebanyakan dari orang toksik, suka mengendalikan orang lain. Hal ini juga tentang mengasuh anak secara berlebihan dengan tuntutan yang gak masuk akal, bahkan hingga anak memasuki usia dewasa. 
  • Kritis dengan disertai menyalahkan. Orangtua yang beracun kurang dapat melihat prestasi anak. Mereka kerap merendahkan anak dengan menunjukkan ketidaksetujuan. Orangtua toksik juga sering tidak bertanggungjawab serta suka dalam memanipulasi. 

3. Mengenali keluarga dengan pola asuh dan komunikasi yang sehat

Bagaimana Caranya Berdamai dengan Orangtua Toksik? IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Dalam keluarga yang disfungsional, masalah cenderung berlangsung lama karena anak tak mendapatkan kebutuhan mereka sebelumnya. Oleh karena itu, perilaku orangtua yang negatif dan patologis lebih dominan, bahkan bersemayam hingga kehidupan dewasa. 

Keluarga dengan pola komunikasi sehat, barangkali juga tak selalu menunjukkan sisi ideal atau kesempurnaan. Namun, mereka memiliki karakteristik keluarga disfungsional lebih sedikit. Dilansir dari Clinmedjournals, berikut beberapa tanda keluarga sehat yang bisa kamu kenali:

dm-player
  • Mengizinkan dan menerima ekspresi emosional karakter dan minat individu
  • Mengatur secara jelas dan konsisten batasan antar individu, namun tetap menghormati
  • Membangun fleksibilitas untuk memenuhi kebutuhan individu 
  • Anggota keluarga merasa aman, tak ada rasa takut karena pelecehan emosional, verbal, fisik, atau seksual
  • Orangtua memberi perhatian pada anak, memaafkan kesalahan anak, dan memberi tanggungjawab sesuai dengan usia

Baca Juga: 5 Perkataan Toxic Orangtua yang Berpengaruh pada Tingkat Stres Anak

4. Ada beberapa pertanyaan bagi individu untuk meyakinkan bahwa orangtua telah berperilaku toksik

Bagaimana Caranya Berdamai dengan Orangtua Toksik? IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Anak yang dibesarkan dengan orangtua toksik, kerap kali harus berjuang dalam meningkatkan kepercayaan diri mereka. Apabila kamu masih ragu dengan tanda orangtua toksik, ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan untuk individu perihal pola asuh orangtua toksik yang barangkali telah ia dapat.

Dilansir dari Psychologytoday, berikut beberapa pertanyaan yang bisa kamu tanyakan kepada seseorang perihal perilaku toksik orangtua mereka. 

  • Apakah mereka bereaksi secara berlebihan saat menghadapi momen tertentu?
  • Apakah mereka selalu meminta permintaan yang tidak rasional?
  • Apakah mereka selalu mengkritik atau membandingkan kamu dengan anak lain?
  • Apakah mereka mendengarkan apa yang kamu minati?
  • Apakah mereka selalu menyalahkanmu?
  • Apakah mereka menghargai perasaan dan apa yang kamu butuhkan?
  • Apakah mereka menunjukkan iri dan ingin berkompetisi denganmu?

5. Mempertimbangkan dan memahami kebutuhan individu adalah salah satu cara untuk berdamai dengan orangtua toksik

Bagaimana Caranya Berdamai dengan Orangtua Toksik? IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Mengenali dan menerima bahwa orangtua itu toksik, bisa dilakukan dengan mempertimbangkan kebebasan dan kebutuhan individu. Anak yang beranjak jadi individu dewasa, punya kemampuan mendefinisikan hubungan untuk memenuhi kebutuhan emosional. Menyadari hal ini adalah salah satu cara agar terhindar dari perilaku negatif dan permusuhan. 

Dilansir dari Psychologytoday, Serry Gaba LCSW, psikoterapis addiction dan recovery menyebutkan beberapa hal yang dapat diupayakan dalam menghadapi orangtua toksik. Pertama adalah membatasi diri, di mana individu harus memahami batasan secara jelas dengan orangtua dengan hanya menghabiskan waktu berkualitas bersama mereka.

Kedua adalah kontrol lokasi, menetapkan batasan ruang agar orangtua mampu menghormati batasan individu. Ketiga adalah perawatan diri, yang mana termasuk bersikap baik terhadap diri sendiri dengan menghabiskan waktu melakukan hal positif untuk diri. 

Apabila dampak yang ditimbulkan terlalu masif, bahkan mengganggu kehidupan dewasa individu, bantuan profesional seperti psikiater atau psikolog selalu dianjurkan agar permasalahan bisa terselesaikan. 

Baca Juga: Hindari Jadi Orangtua yang Toxic dengan Tidak Mengatakan 6 Kalimat Ini

Topik:

  • Febriyanti Revitasari
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya