5 Bentuk Trauma Anak Apabila Melihat Orangtua Sering Berantem

Bertengkar di depan sang anak bisa menimbulkan trauma berat

Meskipun konflik dalam hubungan adalah hal yang alami, cara kita mengatasi konflik tersebut di depan anak sangat penting. Jika pertengkaran tidak dapat dihindari, penting bagi orangtua untuk menjelaskan situasinya kepada anak setelahnya dan menekankan bahwa apa yang terjadi bukan salah anak.

Hubungan setiap pasangan tentu memiliki dinamikanya sendiri, termasuk pertengkaran. Namun, saat memiliki anak, penting bagi orangtua untuk memahami dampak dari orangtua berantem di depan anak. Berikut lima alasan mengapa bertengkar tidak boleh dilakukan di depan anak kamu.

Baca Juga: 6 Alasan Mengelola Trauma Adalah Kunci Menuju Hidup Lebih Bahagia

1. Mengganggu keseimbangan emosional anak

5 Bentuk Trauma Anak Apabila Melihat Orangtua Sering Berantemilustrasi orangtua(pexels.com/joshwillink)

Anak-anak sangat peka terhadap suasana hati dan emosi orang di sekitar mereka, terutama orangtua mereka. Menyaksikan pertengkaran dapat menimbulkan rasa takut, kecemasan, dan stres pada anak. Beban emosional ini dapat mengganggu perkembangan emosional anak dan bahkan bisa menimbulkan trauma jangka panjang.

Anak-anak memiliki sensitivitas tinggi terhadap emosi orang di sekitar mereka. Menyaksikan pertengkaran dapat memicu perasaan ketidakamanan, kebingungan, atau kecemasan. Jika terjadi berulang-ulang, ini dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional mereka dan mempengaruhi perkembangan psikologis mereka di masa depan.

2. Membentuk pola perilaku negatif

5 Bentuk Trauma Anak Apabila Melihat Orangtua Sering Berantemilustrasi orangtua(pexels.com/dariaobymaha)

Bagi anak-anak, orangtua mereka adalah contoh utama tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Jika mereka sering melihat orangtua bertengkar, anak-anak mungkin menganggap bahwa perilaku tersebut adalah respons normal dalam mengatasi konflik. Hal ini bisa mengakibatkan mereka meniru perilaku agresif atau pasif-agresif ketika berhadapan dengan masalah di masa depan.

Bagi anak-anak, orangtua adalah model perilaku pertama dan paling berpengaruh. Jika mereka melihat cara mengatasi konflik dengan pertengkaran atau agresi, mereka mungkin akan meniru pola perilaku tersebut dalam hubungan mereka di masa depan.

3. Membuat anak merasa terjepit

5 Bentuk Trauma Anak Apabila Melihat Orangtua Sering Berantemilustrasi orangtua(pexels.com/joshwillink)
dm-player

Terkadang, ketika orangtua bertengkar di depan anak, anak mungkin merasa harus memihak salah satu pihak, yang bisa membuatnya merasa terjepit. Kondisi ini bukan hanya memberatkan secara emosional, tetapi juga dapat mengganggu hubungan antara anak dengan salah satu atau kedua orangtuanya.

Dalam banyak pertengkaran, mungkin tanpa disadari, salah satu atau kedua orangtua melibatkan anak dalam konflik, memintanya untuk memihak atau bahkan bertanya siapa yang 'benar'. Ini menempatkan anak dalam situasi yang sangat tidak nyaman dan bisa merusak hubungan antara anak dan salah satu orangtuanya.

Baca Juga: 5 Kesalahan Orangtua saat Menegur Anak, Bisa Bikin Trauma!

4. Mengurangi rasa aman anak

5 Bentuk Trauma Anak Apabila Melihat Orangtua Sering Berantemilustrasi orangtua(pexels.com/brettsayles)

Bagi anak-anak, keluarga adalah pondasi utama yang memberikan rasa aman dan stabil. Namun, ketika mereka melihat orangtua mereka bertengkar, rasa stabilitas dan keamanan tersebut bisa goyah. Hal ini bisa mempengaruhi kepercayaan anak pada dunia di sekitarnya dan merusak keyakinan mereka bahwa dunia adalah tempat yang aman dan mendukung.

Anak akan merasa tidak nyaman dan aman berada di tengah suasana yang tidak kondusif karena pertengkaran antar kedua orangtuanya tersebut, ini juga akan berpengaruh pada psikis sang anak, yang mana mereka akan rentan terhadap sebuah perilaku kurang terpuji.

5. Menghambat kemampuan komunikasi positif

5 Bentuk Trauma Anak Apabila Melihat Orangtua Sering Berantemilustrasi orangtua(pexels.com/joshwillink)

Salah satu tugas penting sebagai orangtua adalah mengajarkan anak cara berkomunikasi dengan cara yang sehat dan produktif. Bertengkar di depan anak, terutama jika pertengkaran tersebut penuh dengan kata-kata kasar atau tindakan agresif, akan mengajari anak bahwa komunikasi negatif adalah norma, bukan pengecualian.

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika mereka melihat orangtuanya menyelesaikan konflik dengan pertengkaran, mereka mungkin tidak belajar keterampilan penting seperti komunikasi, negosiasi, atau empati. Hal ini bisa berpengaruh pada bagaimana mereka menangani konflik di masa depan.

Penting untuk mempertimbangkan bagaimana dan di mana pertengkaran itu terjadi. Dengan menjaga agar konflik tetap jauh dari pandangan anak, kita tidak hanya melindungi kesejahteraan emosional mereka tetapi juga mengajarkan mereka pentingnya mengatasi perbedaan dengan cara yang sehat dan konstruktif.

Baca Juga: 5 Trauma yang Disebabkan Orangtua dan Efek Jangka Panjang Pada Anak

febi wahyudi Photo Verified Writer febi wahyudi

Seorang pecinta alam dan menyukai dunia menulis serta membaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Fajar Laksmita

Berita Terkini Lainnya