Ini 6 Cara Mengatasi Ketidakharmonisan Antar Calon Ibu Mertua

- Perbedaan budaya dan pandangan bisa memicu ketegangan
- Pentingnya memahami penyebab konflik dan menetapkan batasan
- Bertindak netral dalam menghadapi konflik dan melibatkan pihak ketiga jika diperlukan
Merencanakan pernikahan bukan hanya tentang menyatukan dua individu, tetapi juga mempertemukan dua keluarga dengan latar belakang, kebiasaan, dan ekspektasi yang berbeda. Dalam beberapa kasus, ketidakharmonisan antara calon ibu mertua bisa menjadi tantangan tersendiri bagi pasangan yang sedang mempersiapkan hari pernikahan mereka.
Perbedaan pandangan, ekspektasi, dan budaya sering kali memicu ketegangan yang tak terelakkan. Maka dari itu, pasangan perlu menyikapi dengan bijak agar persiapan pernikahan tetap berjalan lancar tanpa mengganggu keharmonisan keluarga. Berikut beberapa cara untuk mengatasi ketidakharmonisan antara calon ibu mertua. Cek, yuk!
1. Identifikasi penyebab masalah

Perbedaan dalam latar belakang, budaya, harapan terhadap pernikahan, atau gaya berkomunikasi dapat memicu ketegangan. Terkadang, perubahan dalam struktur keluarga, seperti bergesernya peran dan pengaruh terhadap anak mereka juga bisa menjadi sumber konflik.
Maka dari itu, memahami penyebab utama ketidaksepahaman sangatlah penting agar solusi yang diberikan sesuai dengan situasi. Calon pengantin dapat mengamati bagaimana kedua ibu berkomunikasi, mendengarkan kekhawatiran mereka, serta mencari cara untuk menciptakan keseimbangan yang membuat masing-masing merasa dihargai.
2. Tetapkan batasan yang jelas

Dalam perencanaan pernikahan, setiap pihak mungkin ingin berkontribusi dan memberikan pendapat, tetapi tanpa batasan yang tegas, hal ini bisa memicu konflik. Oleh karena itu, pasangan yang akan menikah perlu menentukan peran masing-masing pihak dalam pengambilan keputusan, terutama dalam hal yang bersifat pribadi atau melibatkan preferensi mereka sendiri.
"Dengan memberikan peran yang jelas, setiap orang bisa merasa dilibatkan dan dihargai. Jika tidak ada tugas tertentu, kamu bisa menciptakan peran kecil agar mereka tetap merasa berpartisipasi tanpa memengaruhi rencana utama pernikahan," kata Tami Sobell , ahli hubungan dan terapis, dilansir Glamour Magazine.
Komunikasikan batasan ini dengan cara yang sopan namun tegas, sehingga kedua ibu mertua memahami sejauh mana keterlibatan mereka tanpa merasa diabaikan. Dengan adanya batasan yang jelas, potensi kesalahpahaman dapat diminimalkan dan hubungan antara kedua keluarga pun tetap terjaga dengan baik.
3. Jangan memihak kepada salah satunya

Dalam menghadapi ketidakharmonisan antara calon ibu mertua, penting bagi pasangan yang akan menikah untuk tetap netral dan tidak memihak kepada salah satunya. Meskipun ada dorongan untuk membela ibu kandung sendiri atau mengikuti keinginan ibu mertua, bersikap berat sebelah justru dapat memperburuk situasi dan membuat salah satu pihak merasa tersisih.
Sebagai solusi, pasangan harus bersikap adil dengan mendengarkan kedua belah pihak, memahami sudut pandang mereka, dan mencari cara untuk menengahi konflik tanpa memperkeruh keadaan. Denga bersikap tetap netral, pasangan dapat menjaga keseimbangan hubungan dan mencegah perselisihan yang lebih besar di masa depan.
4. Dorong komunikasi yang sehat

Sering kali konflik muncul karena kesalahpahaman atau cara komunikasi yang kurang efektif. Oleh karena itu, pasangan yang akan menikah dapat berperan dalam menciptakan suasana yang kondusif agar kedua ibu dapat berbicara secara terbuka dan saling memahami.
"Calon pengantin dapat berbicara langsung dengan orangtua masing-masing untuk menyelesaikan masalah dengan lebih baik tanpa menambah ketegangan," kata Beverley Andre, seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, dilansir Brides.
Menghadirkan diskusi dalam suasana yang nyaman, mendengarkan dengan empati, dan mendorong mereka untuk menyampaikan perasaan secara sopan serta konstruktif dapat meredakan ketegangan. Dengan pendekatan ini, kesalahpahaman bisa dikurangi sehingga kedua keluarga lebih mudah menemukan kesepahaman yang mempererat hubungan mereka.
5. Intervensi dengan bijak

Intervensi dalam konflik antara calon ibu mertua harus dilakukan dengan bijak agar tidak memperburuk situasi. Pasangan yang akan menikah perlu memahami kapan harus terlibat dan kapan lebih baik membiarkan kedua ibu menyelesaikan perbedaan mereka sendiri.
Jika ketegangan mulai memengaruhi hubungan atau keputusan penting dalam pernikahan, pasangan dapat mengambil peran sebagai penengah dengan tetap menghormati perasaan masing-masing pihak. Sebaiknya, intervensi dilakukan secara tenang dan objektif tanpa menunjukkan keberpihakan.
6. Libatkan pihak ketiga jika diperlukan

Jika konflik antara calon ibu mertua terus berlanjut dan sulit diselesaikan, melibatkan pihak ketiga dapat menjadi solusi yang bijak. Pihak ketiga seperti anggota keluarga yang dihormati, sahabat dekat, atau bahkan konselor pernikahan, dapat berperan sebagai penengah yang objektif.
Pihak ketiga dapat berperan dalam meredakan ketegangan, memberikan perspektif netral, dan mempermudah komunikasi antara kedua ibu. Dengan bantuan mereka, masing-masing pihak bisa lebih leluasa mengungkapkan perasaan dan menemukan solusi tanpa tekanan.
Mengatasi ketidakharmonisan antara calon ibu mertua membutuhkan kesabaran, komunikasi yang baik, dan pendekatan yang bijaksana. Dengan langkah yang tepat, hubungan antara kedua keluarga dapat menjadi lebih harmonis, menciptakan fondasi yang baik untuk kehidupan pernikahan ke depan.