#MahakaryaAyahIbu: Perjalanan Ini Belum Usai, Kapalku akan Segera Berlabuh

Ayah dan Ibu, tunggulah mahakaryaku di pelabuhan impian.

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


Pagi itu mentari terasa lebih hangat dari biasanya, cahaya pagi memanggil, memasuki jiwa yang sedang bergembira. Hangat dan kegembiraan itu masih kuingat hingga sekarang. Bagaimana bisa kulupa? Merekalah sumber kehangatan itu, Ayah dan Ibuku.

Pagi itu hari pertama aku menyandang status sebagai mahasiswa, maha-nya para siswa. Tidak pernah juga luput dari ingatanku ketika mereka tahu aku berhasil masuk ke universitas impianku. Mereka memberikan kehangatan dan kegembiraan yang sama seperti di pagi itu. Kebanggaan mereka terhadapku, membuatku tersadar bahwa akulah sumber kebahagiaan mereka dan merekalah sumber kebahagiaanku. Untuk itu, ingin sekali aku persembahkan sebuah Mahakarya kepada mereka, si pemberi kehangatan.

Satu hal yang kukagumi dari mereka, mereka tidak pernah menuntutku. Mereka tidak pernah mengkotak-kotakan aku harus menjadi A, B, C, atau D. Hal inilah yang menjadikanku seperti sekarang, mereka memberikanku kepercayaan. Akulah yang harus menjadi nahkoda di kapalku sendiri, akulah yang nantinya memutuskan kemana kapalku akan berlabuh, dan mereka mempercayai itu semua kepadaku.

dm-player

Kepercayaan dari mereka sangat berarti, mereka percaya aku dapat menghadapi gelombang pasang ditengah-tengah lautan, mereka percaya aku dapat menerjang badai di malam hari, tidak pernah khawatir aku tersesat, tidak pernah khawatir kapalku karam, karena mereka yakin aku mampu mengatasi masalahku sendiri. Hal ini membentukku menjadi nahkoda yang kuat, yang kokoh tak tertandingi.

Tidaklah berlebihan rasanya bila aku ingin mengganjar kepercayaan mereka dengan sebuah Mahakarya. Kembali lagi teringat di pagi itu, kehangatan yang terpancar membuatku tersadar bahwa inilah buah dari kepercayaan yang mereka pupuk di dalam diriku. Aku duduk di universitas impianku, jembatan bagiku untuk menggapai mimpi-mimpiku. Ya, mahakaryaku teruntuk Ayah dan Ibuku adalah tercapainya mimpi-mimpiku. Mimpi yang terkumpul sedari kecil, mimpi yang kupupuk bersama dengan mereka, sebentar lagi akan menampakan wujudnya.

Terdengar klise memang, tetapi memang itulah yang diinginkn oleh seluruh Ayah dan Ibu di dunia, tidak terkecuali Ayah dan Ibuku. Ketahuilah bahwa mereka tidak pernah meminta apa-apa. Tercapainya mimpi-mimpiku adalah sebuah ganjaran yang paling sempurna untuk seluruh kepercayaan yang telah mereka berikan.

Salah satu mimpiku yang tercapai saat ini, duduk di universitas impian dan mempelajari bidang yang juga menjadi impianku sedari kecil adalah buah dari kepercayaan yang telah mereka berikan. Ini akan kujadikan jembatan untuk menggapai mimpi-mimpiku selanjutnya.

Perjuanganku belum usai, kepercayaan itu akan terus mengiringi perjalananku. Suatu hari aku pernah merasa lelah, rasanya ingin usai, rasanya sudah tidak sanggup lagi mengejarkan puluhan paper yang terdiri dari beribu kata-kata ilmiah. Tetapi disaat yang sama pula aku tersadar, aku teringat wajah mereka di pagi itu, kehangatan dan kegembiraan itu, kepercayaan itu, yang tak akan pernah aku khianati.

Setiap aku terjatuh, wajah mereka di pagi hari itu pulalah yang membangunkanku. Teruntuk Ayah dan Ibu, mimpiku semakin dekat, aku ingin kalian menyaksikan, dan merasakan Mahakarya terbesarku yang kupersembahkan untuk kalian si pemberi kehangatan.

Ismi Nabila Photo Writer Ismi Nabila

21 Tahun - Mahasiswa S1 Ilmu Politik, Universitas Indonesia

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya