Jenis Pola Toksik Antara Anak Perempuan dan Ibunya, Ada Apa Saja?

- Kurangnya kehangatan dan validasi dari seorang ibu, bisa merusak kepercayaan diri anak
- Pengabaian dan penolakan dapat meningkatkan kebutuhan anak perempuan, mendorongnya ke dalam pola tuntutan aktif
- Hubungan yang terlalu erat antara ibu dan anak perempuan dapat menghentikan sang putri menemukan jati dirinya sendiri
Kurangnya kehangatan dan validasi dari seorang ibu, bisa merusak kepercayaan diri sang anak. Hal ini membuat mereka waspada terhadap hubungan emosional yang dekat.
Anak yang tidak dicintai, akan merasakan sesuatu yang berbeda dari anak lain yang tumbuh dalam kehangatan dan keharmonisan keluarga. Nah, kali ini kita akan menyimak pola-pola toxic antara kedekatan ibu dan anak. Simak selengkapnya!
1. Dismissive atau mengabaikan

Pengabaian yang terjadi di berbagai hal, dapat semakin parah jika ibu terus-terusan melakukannya. Sementara itu, anak perempuan secara alamiah membutuhkan kedekatan dengan ibu. Kebutuhan anak akan perhatian dan kasih sayang ibu, tidak akan berkurang walaupun ada penolakan dari ibunya.
Penolakan dapat meningkatkan kebutuhan, mendorong anak perempuan ke dalam pola tuntutan aktif, seperti bertanya mengapa ibu tidak peduli padanya dan tidak mencintainya. Sayangnya, responsnya biasanya adalah penarikan diri lebih lanjut dari ibu, yang sering kali disertai dengan penyangkalan tentang apa yang terjadi.
2. Mengontrol

Dalam banyak hal, mengontrol adalah bentuk lain dari pengabaian meskipun disajikan dengan cara berbeda. Ibu mengatur putrinya secara mendetail dan menanamkan rasa tidak aman serta tidak berdaya.
Melansir laman Psychology Today, penulis Peg Streep mengatakan, "Sebagian besar perilaku ini dilakukan dengan kedok untuk kebaikan anak itu sendiri. Pesannya adalah bahwa anak perempuan itu tidak kompeten dan hanya akan gagal dan gagal tanpa bimbingan ibunya."
3. Tidak tersedia secara emosional

Ibu yang tidak hadir secara emosional, yang menarik diri saat anaknya datang, atau tidak memberi kasih sayang kepada satu anak namun memberikan pada yang lain, akan menimbulkan dampak berbeda. Perlu diingat bahwa semua anak sudah ditakdirkan untuk bergantung pada ibu, selain ayahnya.
Perilaku-perilaku ini membuat anak perempuan jadi haus emosi. Anak perempuan mungkin bisa menemukan anggota keluarga lain untuk mengisi kekosongan emosionalnya, tetapi hal ini tidak bisa menyembuhkannya.
"Anak perempuan yang tidak memiliki rasa aman ini, sering kali jadi sangat tergantung dalam hubungan dewasa, membutuhkan kepastian yang terus-menerus, baik dari teman maupun kekasih," jelas Streep.
4. Hubungan yang terlalu erat

Dalam hubungan yang terjalin erat, garis pemisah antara seorang ibu dan putrinya yang sudah dewasa, sangat kabur. Hubungan ini tidak memiliki batasan yang jelas. Sang ibu sering mengambil alih kehidupan putrinya, memanfaatkan untuk kebutuhannya sendiri.
Melansir laman Sunshine City Counseling, penulis Vivian Gornick membahas hal ini dalam bukunya yang berjudul Fierce Attachments. Ia berbagi cerita tentang bagaimana ikatannya dengan ibunya terlalu erat. Kedekatan semacam ini menghentikan sang putri menemukan jati dirinya sendiri. Hal ini juga menyebabkan siklus saling membutuhkan yang berlebihan.
5. Tidak dapat diandalkan

Ibu yang tidak dapat diandalkan dapat membuat anak perempuannya merasa tidak aman. Sering mengubah cara asuh, menjadikan hal tersebut makin kompleks. Hal ini membuat anak perempuan merasa bingung dan tidak yakin mereka dapat memercayai ibunya.
Kurangnya stabilitas ini, membuat anak perempuan sulit merasa aman dengan ibunya. Merasa aman adalah kunci untuk membangun hubungan yang baik di kemudian hari. Tanpa itu, anak perempuan mungkin selalu merasa tidak cukup baik dan cemas.
Memiliki ikatan yang kuat dengan orangtua sangatlah penting. Ikatan tersebut membantu anak jadi lebih percaya diri dan kuat secara emosional. Namun, jika ikatan ini lemah karena pola asuh yang tidak dapat diprediksi, hal tersebut dapat benar-benar memengaruhi anak perempuan di kemudian hari.