Ilustrasi mainan anak (pexels.com/Alex P)
Apakah ini berarti orangtua harus berhenti membeli mainan baru untuk anaknya? Tidak. Tetapi membeli mainan yang dapat dimainkan dengan lebih dari satu cara (open-ended toys) dapat dipertimbangkan.
Open-ended toys mendorong kreativitas, imajinasi, dan pemecahan masalah pada anak karena mereka bebas untuk berkreasi dan mengembangkan cerita mereka sendiri. Para ahli merekomendasikan open-ended toys, seperti balok, dapur mainan, teka-teki, dan kostum.
“Anak-anak perlu bermain, tetapi ini tidak selalu memerlukan mainan. Mereka akan menjelajahi lingkungan mereka dan memeriksa barang-barang yang menarik, mulai dari panci dan wajan hingga balok,” kata Deborah MacNamara, seorang konselor klinis di Vancouver, mengutip Today's Parent.
Kuncinya adalah memberi mereka akses ke berbagai hal yang dapat menumbuhkan imajinasi. Dengan kata lain, anak-anak memang membutuhkan sesuatu untuk dimainkan, tetapi itu tidak harus berupa mainan. Hal ini dapat berupa objek dari rumah, seperti panci dan wajan atau mangkuk susun, dan hal-hal di sekitar rumah.
Pada akhirnya, jumlah mainan anak yang ideal bukan ditentukan oleh banyaknya benda, melainkan oleh kualitas interaksi dan nilai edukatif yang diberikan kepada anak. Sebagai orangtua, penting untuk menyeimbangkan antara kebutuhan bermain untuk anak mengeksplorasi imajinasinya tanpa terlalu banyak distraksi. Semoga informasinya bermanfaat!